“Kali ini, kami mengemban tanggung jawab sebagai tim mobilisasi. Sesuai namanya, tim ini terus bergerak setiap hari. Sesungguhnya, kami merasa sangat bahagia dan dipenuhi dengan sukacita Dharma. Tim mobilisasi dibagi menjadi sif malam dan sif pagi. Tugas kami setiap hari ialah menggelar karpet, menyiapkan lokasi, dan mengatur lalu lintas. Dalam tugas ini, semuanya merasa dipenuhi dengan sukacita Dharma. Semuanya telah bekerja dengan kesatuan hati dan keharmonisan untuk saling membantu dan menggantikan,” kata Luo Yi-jun relawan Tzu Chi.

“Setiap hari, kami bekerja dengan sukacita. Mengapa demikian? Karena kita dekat dengan Master. Master membabarkan ajaran kepada kita setiap hari dan kita selalu mendengarkannya. Ketika kita menerima Dharma sedikit demi sedikit, Dharma itu akan menyerap ke dalam hati kita,” pungkas Luo Yi-jun.

“Selama Master melakukan perjalanan, tim konsumsi, pelayanan, dan kebersihan dipegang oleh wilayah Taiwan Utara. Kami bersama-sama menjaga kantor cabang ini. Semuanya telah bekerja dengan kesatuan dan dipenuhi dengan sukacita. Tim konsumsi menghadapi tantangan yang besar,” kata Chen Shu-nü relawan Tzu Chi.

“Master, tim konsumsi ini sering kali saya uji. Ketika melihat lebih banyak orang hari ini, saya berkata, ‘Tambahkan 2 meja.’ Ketika saya bertanya, ‘Apakah ada masalah?’ Mereka menjawab, ‘Tidak ada masalah.’ Ketika saya berkata, ‘Malam ini tidak banyak orang. Kurangi 2 meja.’ Mereka akan segera mengurangi 2 meja,” lanjut Chen Shu-nü.

“Tim konsumsi sungguh-sungguh bekerja sama dengan sempurna. Tim Hexin juga datang untuk mendampingi tim konsumsi sepanjang hari. Mereka sangat sepenuh hati membantu memeriksa pilihan hidangan dan jumlah porsi,” pungkas Chen Shu-nü.

Saya bersyukur karena ladang pelatihan ini sangat penuh. Tanpa adanya para Bodhisatwa, ladang pelatihan tidak akan terwujud. Oleh karena itu, beberapa hari ini, kita melihat proses belajar dan sadar, yaitu belajar menapaki Jalan Bodhisatwa yang merupakan jalan tanpa batas.

Melatih diri tidak dapat dilakukan hanya dalam satu kehidupan. Buddha telah datang ke dunia dari kehidupan ke kehidupan, melewati waktu berkalpa-kalpa yang tak terhitung lamanya untuk melatih diri dan menyempurnakan berkah dan kebijaksanaan secara bersamaan dengan tidak mudah. Ini disebut dengan kesempurnaan. Oleh karena itu, Buddha mencapai kebuddhaan.

Dunia ini penuh dengan penderitaan. Bodhisatwa muncul karena adanya penderitaan. Tanpa adanya penderitaan, tidak akan ada Bodhisatwa. Seperti halnya di dunia ini, jika tidak ada penyakit, dokter tidak dibutuhkan. Empat Misi Tzu Chi hadir karena penderitaan semua makhluk.

Belakangan ini, kita membicarakan tentang banyaknya bencana alam akibat perubahan iklim. Empat unsur alam sedang tidak selaras. Saya sangat berharap semuanya lebih banyak melihat berita internasional. Sekelompok anak muda yang mengikuti saya selalu mengamati dunia internasional setiap hari dan setiap malam memberikan laporan tentang berbagai kondisi di dunia kepada saya, baik itu ketidakselarasan empat unsur alam, kekacauan hati manusia, maupun bencana di seluruh dunia. Menjelang malam, saya mulai melihat hal-hal ini dan merasa sangat sedih.

Saya senantiasa mengingatkan diri untuk tidak berhenti menggenggam waktu dalam kehidupan. Seberapa pun waktu yang tersisa, saya harus berbuat sebanyak mungkin sehingga sepanjang hidup ini tidak sia-sia. Setiap kali saya keluar dan duduk di sini mendengarkan laporan kalian, kesungguhan dan ketulusan yang kalian tunjukkan terasa sangat alami.

Saat ini, semuanya telah lanjut usia. Jangan pernah ada alasan untuk merasa tua. Beberapa ada yang sudah berusia 80 dan 90 tahun, tetapi masih tetap menjalankan misi Tzu Chi. Banyak juga yang terlibat dalam kegiatan daur ulang. Relawan Tzu Chi Taiwan adalah teladan Bodhisatwa yang baik. Sungguh beruntung kita memiliki Tzu Chi. Jika tidak ada Tzu Chi, ketika usia kita bertambah, kita akan berpikir, “Saya sudah berusia 65 tahun. Saya sudah tua.” Begitu berpikir tua, kita cenderung tidak mau bergerak. Namun, sekarang, meski tua, kita masih sangat berguna. Justru ketika sudah tua, kita harus makin berusaha.

Tubuh dan kehidupan kita diberikan oleh orang tua kepada kita. Oleh karena itu, kita harus membalas budi orang tua. Bagaimana kita menggunakan tubuh ini? Tubuh yang diberikan oleh orang tua ini harus kita gunakan untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Begitulah cara kita membalas budi orang tua. Inilah cara berbakti yang sesungguhnya.

Sebagian dari kita mungkin sudah tidak memiliki orang tua, tetapi kita masih bisa menggunakan tubuh ini untuk bersumbangsih. Ketika anak-anaknya terlibat dalam suatu kegiatan, orang tua mungkin merasa senang sehingga turut serta dalam kegiatan daur ulang. Setiap orang memiliki jalinan jodoh yang berbeda untuk menginspirasi orang tuanya. Jika kita merasa bahwa apa yang kita lakukan sangat bernilai, kita harus berkata kepada diri sendiri, “Saya beruntung karena memiliki kehidupan yang bernilai.” Bersumbangsih bagi dunia berarti mengakumulasi pahala yang sesungguhnya.

Dalam pertemuan ini, saya mendengar bahwa semuanya sangat energik. Kalian tidak hanya menunjukkannya di depan saya, melainkan juga membawa rasa sukacita itu ke depo daur ulang. Banyak lansia di depo daur ulang yang membawa sukacita bagi semua orang. Saudara sekalian, hendaknya kita mengembangkan berkah dan kebijaksanaan. Berkah diperoleh dengan menciptakan jalinan jodoh berkah dan jalinan jodoh Dharma lewat aktivitas membimbing semua makhluk. Kebijaksanaan berarti memahami ajaran Buddha secara mendalam.

Kita telah mewujudkan Empat Misi Tzu Chi, yaitu misi amal, misi kesehatan, misi pendidikan, dan misi budaya humanis. Kita telah menjalankan semuanya. Selain itu, kita juga mempraktikkan Delapan Jejak Dharma yang meliputi pelestarian lingkungan, bantuan bencana internasional, relawan komunitas, dan donor sumsum tulang. Jika semua digabungkan, inilah praktik Enam Paramita.

Ketika berbicara dengan donatur, kita harus membagikan kebenaran sejati. Setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda-beda sehingga kalian harus menggunakan metode yang berbeda untuk membagikan Dharma kepada mereka. Namun, pada akhirnya, yang disampaikan tetaplah kebenaran sejati. Oleh karena itu, dikatakan bahwa ada eksistensi ajaib di balik kekosongan sejati dan sebaliknya.

Kita memberikan bimbingan sesuai dengan kondisi masing-masing orang. Jadi, jalan ini sudah benar tanpa adanya kegelapan batin yang terselubung. Jalan ini sangat murni. Semuanya dilakukan demi Dharma. Hendaknya kita menggunakan Dharma untuk menyucikan hati kita dan orang lain. Kita menyucikan hati semua makhluk dengan berbagai ajaran sesuai dengan kondisi mereka. Inilah hal yang benar.

Saya sangat berterima kasih kepada Bodhisatwa sekalian. Kalian harus segera mencari beberapa orang untuk menuliskan kisah para relawan lansia. Setelah ditulis, kita harus meminta seseorang untuk memperindahnya. Namun, jangan sampai kehilangan kebenaran. Kita tetap harus menyampaikan kebenaran sejati. Pastikanlah bahwa tulisan dan cerita itu benar adanya.

Tulisannya pun harus rapi. Dengan demikian, kita dapat mengumpulkan semuanya dan menjadikannya sebagai catatan sejarah Tzu Chi di dunia. Catatan sejarah ini harus disimpan dengan baik. Dari selatan hingga utara, saya selalu menyerukan hal ini. Setiap tempat harus memiliki orang-orang yang bersedia mengemban tanggung jawab ini. Harap semua orang bersungguh hati.

Senantiasa melatih diri dalam jangka panjang dan memikirkan dunia
Memanfaatkan tubuh ini untuk berbakti kepada orang tua
Memahami ajaran Buddha dan membimbing semua makhluk
Memberikan ajaran sesuai kondisi demi melenyapkan kegelapan batin