“TIMA dibentuk pada tahun 1996. Selain mengadakan baksos kesehatan setiap bulan di Pingxi, Sanzhi, Ruifang, Shuangxi, dan Gongliao, sejak tahun 2015, TIMA Taiwan Utara juga memberikan pelayanan medis gratis di Genesis Social Welfare Foundation. Para penghuni di sana mengalami keterbatasan fisik. Saya berterima kasih kepada semua dokter dan asisten, terutama asisten dokter gigi dan relawan yang telah membantu,” kata Qiu Hong-ji Dokter TIMA.
“Genesis Social Welfare Foundation didirikan pada 1986 untuk melayani pasien vegetatif. Selama proses ini, anggota TIMA sungguh-sungguh mengembangkan semangat cinta kasih dan welas asih serta dapat turut merasakan penderitaan orang-orang. Para anggota TIMA menyadari bahwa orang-orang yang terbaring di tempat tidur ini membutuhkan bantuan,” kata Zhang Shu-juan Kepala Genesis Social Welfare Foundation Cabang Xindian.
“Hal yang paling menyentuh ialah demi para pasien yang tidak bisa keluar untuk berobat ini, anggota TIMA mengunjungi setiap cabang yayasan kami dan menjelajahi setiap sudut untuk memberikan pelayanan profesional kepada setiap penghuni. Dapat dilihat bahwa inilah wujud tertinggi dari semangat cinta kasih dan welas asih. Selain pelayanan yang profesional, ada pula perhatian kemanusiaan,” pungkas Zhang Shu-juan.
Banyak orang sakit yang tidak dapat keluar untuk berobat. Kita memiliki relawan TIMA yang selalu mengatasi berbagai kesulitan untuk menjangkau tempat yang sulit dijangkau. Terutama ketika melihat sumbangsih mereka di Genesis Social Welfare Foundation, saya sering merasa terkesan. Ada sebagian penghuni yang sepenuhnya kehilangan kemampuan untuk bergerak dan hanya terbaring di tempat tidur. Mereka sungguh menderita. Kehidupan mereka begitu hampa.
Kita mendengar bahwa anggota TIMA berkunjung ke sana dan membuka mulut mereka. Tidak ada orang yang membantu membersihkan rongga mulut mereka dan mereka sendiri pun tak dapat melakukannya. Saat mulut mereka terbuka, kita bisa membayangkan aroma yang tercium. Dharma mengatakan bahwa di dunia ini, yang paling tidak bersih ialah tubuh manusia. Ketika kita hidup, kita dapat membersihkannya sendiri, tetapi jika kita hidup tanpa kemampuan untuk mengurus diri sendiri, dapat dibayangkan bahwa ketidakbersihan itu akan menimbulkan aroma tidak sedap.
Saya sungguh-sungguh berterima kasih kepada relawan TIMA yang tidak takut akan kondisi tubuh pasien, seperti luka, lecet, dan borok. Kita bisa membayangkan aromanya, apalagi aroma di dalam mulut. Para pasien sungguh menderita. Namun, kita memegang teguh semangat cinta kasih agung yang tidak membeda-bedakan dan welas asih agung yang merasa sepenanggungan. Meski mereka tidak ada hubungannya dengan kita, kita tetap memiliki hati yang penuh welas asih untuk turut merasakan penderitaan orang lain.
Dengan berempati, kita selalu memikirkan penderitaan mereka. Oleh karena itu, saya sangat berterima kasih kepada anggota TIMA dan staf medis kita. Mereka telah mendedikasikan diri dengan cinta kasih dan memandang pasien sebagai keluarga, bahkan diri sendiri. Rasa sakit pasien adalah rasa sakit kita sendiri. Mereka tidak dapat mengungkapkan perasaan mereka. Kitalah yang mewakili mereka untuk mengungkapkannya. Namun, hanya mengungkapkan perasaan saja tidaklah cukup. Setelah mengetahui perasaan mereka, hendaknya kalian bertindak untuk mencurahkan perhatian dan membantu mereka.
Melihat pelayanan yang kalian berikan, saya merasa sangat bersyukur. Selain turut merasakan penderitaan pasien, saya juga berterima kasih kepada para anggota TIMA dan relawan kita. Saya tidak sampai hati melihat orang lain menderita, tetapi saya tidak dapat membantu mereka. Saya berterima kasih kepada dokter, perawat, dan relawan yang telah menjangkau mereka secara langsung. Tidak peduli harus melewati gunung atau lautan, tujuan mereka hanyalah membantu melenyapkan penderitaan orang-orang. Inilah hati Bodhisatwa.
Dokter memiliki hati seperti hati Buddha. Ketika welas asih terbangkitkan, baik Buddha, Bodhisatwa, maupun makhluk awam, semuanya tiada perbedaan. Dengan bersumbangsih, kita adalah Bodhisatwa. Bodhisatwa Avalokitesvara muncul di mana pun dibutuhkan. Begitu pula dengan anggota TIMA yang selalu berhimpun dan mengunjungi tempat-tempat terpencil. Meski tidak ada rumah sakit di sana, kita bagaikan memiliki rumah sakit dan klinik berjalan. Jika pasien tidak dapat keluar untuk berobat, kita yang akan menjangkau mereka.
Kalian selalu membawa peralatan medis di punggung maupun di tangan kalian. Semuanya adalah Bodhisatwa. Saya merasa sangat bersyukur. Kalian adalah Buddha dan Bodhisatwa hidup di dunia. Jika mereka tidak dapat menghampiri kita, kita yang akan menghampiri mereka. Oleh karena itu, saya sering mengucap syukur. Para relawan medis benar-benar membuat orang lain merasa hormat dan tersentuh. Terlebih lagi, mereka bagaikan penyelamat bagi orang-orang yang menderita.
Saya berterima kasih kepada relawan TIMA dan anggota Tzu Cheng yang telah mendukung dalam setiap kegiatan. Untuk mendukung para dokter dan perawat melindungi kehidupan, anggota Tzu Cheng membantu memasang lampu, menyapu lokasi, dan memasang pipa air sehingga ada air yang dapat digunakan untuk membersihkan gigi pasien.
“Dalam baksos kesehatan di dalam dan luar Taiwan, yang butuh paling banyak peralatan ialah departemen gigi. Kita membutuhkan kompresor udara, listrik, air, dan harus mengurus air limbah, termasuk darah dari perawatan gigi yang harus dikumpulkan dalam ember. Ketika selesai, para relawan yang akan membersihkannya. Di Genesis Social Welfare Foundation dan panti wreda, banyak yang mengalami Hepatitis B dan C yang sangat berisiko bagi asisten dokter gigi dan dokter,” kata You Yao-hui relawan Tzu Chi.
“Relawan yang bertugas dalam pembersihan final harus mengenakan APD dengan lengkap. Setelah selesai, semua pipa harus direndam dengan pemutih dan disterilkan sekaligus. Pipa pembuangan udara di Genesis Social Welfare Foundation dan panti wreda langsung diarahkan ke luar jendela. Udara yang dikeluarkan adalah udara yang disedot dari mulut pasien. Dengan begitu, dokter dan asisten dokter gigi di lokasi tidak akan mencium terlalu banyak aroma tidak sedap,” pungkas You Yao-hui.
Tanpa adanya anggota Tzu Cheng dan komite Tzu Chi, kita tidak akan bisa melakukannya. Para relawan kita membersihkan lokasi terlebih dahulu, seperti mengelap jendela, meja, kursi, dan area sekitarnya. Semua ini membutuhkan kerja sama tim.
Anggota Tzu Cheng dan komite Tzu Chi bersama-sama membantu memindahkan barang, memasang kabel, dan memasang saluran pipa. Banyak di antara mereka yang merupakan pengusaha besar yang biasa merekrut orang lain untuk bekerja. Namun, dalam baksos kesehatan, mereka mendampingi anggota TIMA untuk bersumbangsih. Mereka ikut terjun dan mengadakan peralatan medis yang dibutuhkan. Intinya, semua ini dilakukan demi orang-orang yang sakit dan tidak dapat keluar untuk berobat.
Bagi warga lansia sebatang kara yang membutuhkan bantuan, para Bodhisatwa kita juga menjemput mereka serta menggandeng atau memapah mereka untuk bertemu dengan dokter. Saya sering melihat pemandangan seperti ini. Apa yang saya lihat dapat dilihat pula oleh insan Tzu Chi di seluruh dunia. Ini sangat menyentuh. Hakikat manusia adalah hakikat kebuddhaan. Para Buddha dan Bodhisatwa hadir di dunia untuk merawat mereka yang menderita.
Turut merasakan penderitaan orang lain dan tak gentar untuk bersumbangsih
Memandang pasien sebagai keluarga sendiri dan melenyapkan penderitaan mereka
Bodhisatwa Avalokitesvara muncul di mana pun dibutuhkan
Mengobati jiwa dan raga untuk merealisasi Bodhi