“Kini, saya mengalami gangguan pendengaran sehingga tidak dapat mengemban berbagai tanggung jawab seperti sebelumnya. Saya hanya bisa melakukan tugas tertentu, seperti bertugas di bagian informasi, memasak, dan membantu di upacara pelepasan. Dalam menjalankan Tzu Chi, saya selalu berpegang pada yang dahulu Master katakan, yakni satu jalan, satu tekad, dan satu hati,” kata Chen Xiu-ju relawan Tzu Chi dengan nomor komite 278.

“Saya menapaki Jalan Tzu Chi dengan sepenuh hati dan tekad. Karena itu, saya tidak pernah menyimpang. Saya sangat bersyukur Master memberi kita keluarga besar Tzu Chi. Master, Anda sungguh telah bekerja keras. Demi kami, Master terus berjuang tanpa mengenal lelah. Semoga Master selalu sehat,” pungkas Chen Xiu-ju.

Mendengar anggota komite senior kita berbagi pengalaman, saya teringat akan saat itu, saya datang ke Taipei dan tidak mengenal siapa pun. Kalian yang hadir di sinilah yang mendampingi saya menjalankan Tzu Chi saat itu.

Saat saya ingin membangun rumah sakit, semua orang mendukung dengan sungguh-sungguh. Begitu jalur kereta api di Hualien dibuka, para relawan kita mengajak orang-orang berkunjung ke Griya Jing Si dengan naik Kereta Tzu Chi. Saat itu, saya berharap setiap orang dapat bersumbangsih, baik dengan sepotong bata maupun segenggam pasir. Hal baik hendaknya dilakukan bersama.

Melihat semua orang menciptakan berkah, saya sangat bersyukur. Tanpa fondasi yang dahulu kita bangun, kita tidak akan memiliki apa pun sekarang. Dahulu, kita bisa membangun rumah sakit berkat segenggam demi segenggam pasir dan sepotong demi sepotong bata. Kini, misi amal kita telah menjangkau dunia internasional.

Di hadapan saya, terdapat peta yang menunjukkan berapa banyak negara yang telah Tzu Chi bantu. Dengan melihat peta dunia ini, kita akan mendapati bahwa Tzu Chi telah tersebar di berbagai negara.

“Saya sangat bersyukur. Jika bukan menjadi murid Master, kehidupan saya tidak akan penuh berkah seperti sekarang,” kata Chen Xiu-qin relawan Tzu Chi.

“Selama bertahun-tahun, saya melihat ibu saya menjalankan Tzu Chi tanpa menyia-nyiakan satu hari pun. Tidak pernah. Saat terjadi bencana besar, seperti banjir atau gempa bumi, saya sungguh kagum kepada ibu saya. Bagaimana beliau menghimpun begitu banyak cinta kasih? Saya tidak bisa membayangkan bagaimana beliau melakukannya,” kata Chen Jia-ming Putra Chen Xiu-qin.

Berkat himpunan tetes demi tetes cinta kasih banyak orang selama puluhan tahun ini, barulah Tzu Chi bisa berkembang seperti sekarang. Saya merasa bahwa kehidupan saya penuh berkah. Berkah ini tercipta berkat dukungan banyak orang.

Sekitar 30 hingga 40 tahun yang lalu, saat saya ingin membangun rumah sakit, relawan kita menggalang dana dengan sungguh-sungguh. Saat itu, relawan kita bersungguh hati mengajak orang-orang berkunjung ke Griya Jing Si dengan naik Kereta Tzu Chi.

Saya juga teringat akan dahulu, kalian mengumpulkan donasi puluhan hingga ratusan dolar NT dari donatur kalian. Jika kalian tidak mengumpulkan donasi saat itu, tidak akan ada jalinan jodoh hari ini. Karena itulah, saya sering berkata bahwa semuanya bergantung pada sebersit pikiran. Sebersit pikiran dan jalinan jodoh bisa bertahan sangat lama.

Saya ingin memberi tahu kalian bahwa kita harus menjaga pikiran dengan baik. Semuanya berawal dari sebersit pikiran. Ada kalian yang mendukung saya dengan kesungguhan hati dan cinta kasih, saya sudah berpuas diri. Segala sesuatu bisa kita lakukan bersama. Makin banyak orang, makin banyak berkah yang diciptakan.

Saya sering berkata bahwa kita menggalang donasi bukan demi uang, melainkan demi menginspirasi orang-orang. Kita hendaknya berusaha untuk menggalang lebih banyak donatur karena dengan menggalang satu donatur, berarti kita menyucikan hati satu orang. Demikianlah kita menggalang Bodhisatwa dunia.

Buddha berkata bahwa tujuan utama-Nya datang ke dunia ialah mengajarkan praktik Bodhisatwa. Buddha mengajari orang-orang untuk melakukan kebaikan bersama. Ini disebut berkah. Dengan bersumbangsih, kita akan dipenuhi berkah. Dengan menjinjing tas, kalian terjun ke jalan untuk menggalang donasi. Demi mengumpulkan donasi senilai 15 atau 10 dolar NT, kalian naik kendaraan yang menghabiskan biaya ratusan dolar NT, bahkan menjangkau wilayah pegunungan.

Dahulu, Jing Ming sering berkata pada saya, “Saat pergi ke Yangmingshan, saya naik taksi demi menghemat waktu.” Saya bertanya, “Berapa biaya taksinya?” Dia berkata, “Lebih dari 200 dolar NT.” Saya bertanya, “Berapa donasi yang kamu kumpulkan?” Dia berkata, “Satu orang 10 dolar NT dan keluarga itu beranggotakan lima orang.” Saya berkata, “Apakah itu sepadan? Sepuluh dolar NT per orang, lima orang baru berapa? Apakah itu sepadan bagimu?”

Dia berkata, “Master, uang yang saya keluarkan adalah berkah saya, donasi yang saya kumpulkan pun adalah berkah saya karena saya diberi kesempatan untuk pergi ke sana guna mengumpulkan donasi. Saya mengeluarkan biaya sendiri. Saya sangat gembira bisa naik taksi untuk mengumpulkan donasi dari mereka. Saya bisa menghemat 200-an dolar NT itu dari pengeluaran lain. Selisihnya tidaklah banyak, tetapi jika saya pergi mengumpulkan donasi, mereka juga dapat menciptakan berkah. Saya pergi untuk membimbing mereka.” Inilah yang dikatakan Jing Ming saat itu. Dia memiliki perspektif seperti itu.

Saat pergi untuk mengumpulkan donasi 200-an dolar NT, jika dia naik taksi, pulang pergi juga membutuhkan biaya 200-an dolar NT. Dia berkata, “Saya mengeluarkan biaya sendiri, tetapi donasi yang terkumpul masuk ke Tzu Chi. Demikianlah saya menciptakan berkah.” Ini terjadi pada 30 hingga 40 tahun yang lalu.

Mengenang masa lalu, segalanya sungguh berawal dari sebersit pikiran. Dahulu, Tzu Chi berawal dari 30 celengan bambu di Hualien. Demikianlah awal mula berdirinya Tzu Chi. Para anggota komite kita harus pergi ke pegunungan atau pedesaan untuk mengumpulkan donasi. Mereka juga harus berpartisipasi dalam aktivitas Tzu Chi, sama seperti kita sekarang. Jadi, insan Tzu Chi selalu seperti ini.

“Saya menggalang donasi dan cinta kasih orang-orang. Saya pernah berkunjung 4 kali untuk mengumpulkan donasi 100 dolar NT. Saya berkata pada Master, ‘Saya bisa mendonasikan 100 dolar NT sendiri. Biaya transportasi yang dihabiskan bahkan lebih dari ini.’ Master berkata bahwa saya tetap harus pergi untuk mengumpulkannya,” kata Lin Yue-yun relawan Tzu Chi dengan nomor komite 359.

“Saya berkata, ‘Menggalang donasi seperti ini sangat melelahkan. Bagaimana jika kita menggalang donasi dari pengusaha besar, Wang Yung-ching?’ Master berkata bahwa Master tidak mengenal Wang Yung-ching, tetapi Master mengenal saya, Lin Yue-yun,” lanjut Lin Yue-yun.

“Kata-kata Master membuat saya sadar bahwa Master berharap yang menjadi donatur Tzu Chi bukan hanya orang berada, melainkan semua orang yang berniat untuk berdonasi. Meski saya hanyalah sebatang lilin kecil, tetapi asalkan memiliki niat, saya dapat meneruskan cahaya saya ke lilin-lilin sekitar dan menghimpun kebajikan kecil,” pungkas Lin Yue-yun.

“Saya berkata pada orang-orang bahwa Master pernah datang ke rumah saya, tetapi tidak ada satu orang pun yang percaya,” kata Li Chun-chou relawan Tzu Chi dengan nomor komite 648.

Benar, saya pernah pergi ke rumahnya.

“Pada tahun 1982, saya mengajak 20-an orang berkunjung ke Griya Jing Si. Kami berhasil membeli tiket ke Hualien, tetapi tidak mendapatkan tiket untuk pulang. Kami semua pergi dengan sukacita dan menginap satu malam di sana,” lanjut Li Chun-chou.

Li Chun-chou melanjutkan “Saat hendak pulang, para donatur saya yang pergi bersama saya mendonasikan uang dengan nilai 200, 300, atau 500 dolar NT. Saya lalu menyerahkan uang mereka kepada seorang perempuan untuk mendapatkan tanda terima. Kebetulan, Master keluar dari sebuah ruangan dan saya berkata, ‘Master, Amitabha.’ Saya lalu menceritakan hal ini kepada Master dan Master menyuruh perempuan tersebut untuk memberikan buku donasi pada saya. Saya pun menjadi anggota komite Tzu Chi.”

Sangat mudah.

“Master, meski mendapatkan buku donasi dengan mudah, saya tetap bersumbangsih dengan sungguh-sungguh. Saya telah berusia 81 tahun dan masih melakukan daur ulang. Dalam sebulan, saya bisa mengumpulkan satu truk kecil barang daur ulang,” pungkas Li Chun-chou.

Lihatlah, foto itu adalah bukti terbaik. Dia membawa foto untuk dilihat oleh orang-orang. Itu membuktikan bahwa saya pernah pergi ke rumahnya. Foto itu mengandung banyak kenangan. Jadi, waktu terus berlalu. Setiap jejak langkah yang kita tinggalkan akan menjadi jejak kehidupan kita.

Guru dan murid memiliki jalinan jodoh yang mendalam untuk menjalankan Tzu Chi
Bersatu hati untuk menciptakan berkah dan membawa manfaat bagi dunia
Mempertahankan tekad awal untuk menggalang Bodhisatwa dunia
Himpunan tetes demi tetes kebajikan dan cinta kasih membentuk aliran jernih