“Ketika berada di Hong Kong, saya berkata kepada Master, ‘Saya tidak bisa apa-apa. Saya hanya melakukan Tzu Chi dengan hati seorang ibu.’ Master berkata, ‘Itu sudah sangat baik.’ Saya pun membawa semangat ini ke Kanada. Di Kanada, saya menemukan rumah yang hangat. Pertama-tama, saya ingin berterima kasih kepada Kakak Mei-hua dan suaminya, Kakak Ding-man,” kata Zhao Xiu-mei relawan Tzu Chi.

“Setelah suami saya meninggal, mereka menemani saya menjalankan Tzu Chi. Ada pula Kakak Guo Liang-jun yang banyak membantu saya. Saya tidak mengerti komputer sehingga semuanya bergantung pada mereka. Ibu saya pernah berkata, ‘Saat menjalankan Tzu Chi, jalankanlah dengan hati Buddha dan tekad Guru serta dengan hati yang tenang dan teguh.’ Jadi, saya terus menjalankan Tzu Chi seperti itu tanpa memikirkan hal lain,” pungkas Zhao Xiu-mei.

Orang-orang berkata, “Melewati satu perkara akan menambah satu kebijaksanaan.” Jika tidak menjalankan Tzu Chi, kita semua hanya akan memikirkan keluarga dan pekerjaan masing-masing. Bagaimanapun, cinta kasih yang kalian berikan hanya terbatas pada keluarga sendiri dan hanya diwariskan kepada anak dan cucu kalian sendiri. Namun, ketika terlibat dalam Tzu Chi, tentu kalian akan makin mengasihi keluarga kalian karena keluarga kalian bertambah harmonis dan memiliki didikan yang baik.

Saya mendengar banyak kisah tentang orang yang berubah menjadi lebih baik dan keluarganya menjadi lebih harmonis, bahkan semua anggota keluarganya mendedikasikan diri di Tzu Chi. Mereka menapaki Jalan Bodhisatwa dan saling berbagi pengalaman. Ketika mereka mengunjungi orang kurang mampu dan saling berbagi pengalaman, itu akan membuka hati mereka lebih lebar untuk dapat merangkul semua orang di dunia ini. Tutur kata baik yang penuh keharmonisan ini dapat menyucikan hati manusia, mulai dari keluarga, masyarakat, hingga dunia internasional.

Tzu Chi sudah hampir berusia 60 tahun. Saat ini, kita telah bersatu hati. Seperti yang kita bahas hari ini, kita harus menyatukan hati kita serta percaya pada diri sendiri. Kita percaya bahwa orang lain memiliki cinta kasih dan percaya bahwa diri kita tidak egois. Saya sering berkata bahwa saya percaya pada diri sendiri. Belakangan ini, saya sering berkata bahwa saya berterima kasih kepada diri sendiri karena telah memutuskan untuk menjadi bhiksuni.

Setelah meninggalkan keluarga kecil saya, saya merasa sudah seharusnya bergabung dalam keluarga yang besar. Saat ini, kita semua adalah bagian dari keluarga besar. Saya memiliki kalian semua sebagai anggota keluarga yang baik yang selalu mendukung Tzu Chi dengan sukacita. Tentu saja, ini membawa manfaat bagi semua makhluk, termasuk para warga tunawisma dan pengungsi yang tidak memiliki hubungan dengan kita.

Namun, karena ingin meneladan Buddha, kita beranjak dari tataran makhluk awam yang egois dan memiliki hati yang sempit menjadi lebih terbuka dan bergabung dalam keluarga besar ini. Dunia ini memiliki banyak orang yang memiliki cinta kasih yang tulus, hanya saja belum berjodoh dengan kita. Kita belum memperluas jalinan jodoh dengan baik.

Saya merasa bahwa jumlah penduduk di dunia ini sangat banyak dan kita hanyalah seekor semut kecil yang berusaha mendaki Gunung Sumeru sambil berlomba dengan waktu. Setiap hari, kita terus menghabiskan waktu. Jika tidak tekun dan bersemangat, kita hanya lahir ke dunia untuk menyia-nyiakan waktu dan menghabiskan sumber daya tanpa menciptakan berkah.

Saat ini, semua orang harus mengenakan masker karena polusi. Kita harus berusaha untuk membuat dunia ini menjadi lebih bersih. Jika kita tidak menyucikan hati manusia, polusi udara akan makin memburuk. Saya berharap Bodhisatwa sekalian dapat membawa manfaat bagi dunia. Inilah nilai dalam kehidupan. Jika dalam sehari kita bisa menghubungi 1, 2, hingga 3 orang, dalam sebulan kita bisa menghubungi hampir 100 orang.

Dengan tutur kata yang baik, kita dapat menyentuh hati mereka dan menginspirasi mereka. Terlebih lagi, dalam 1 bulan ada 30 hari. Dalam 1 hari, kita dapat menelepon 3 orang. Meski kita menghabiskan pulsa, sedikit kata-kata yang baik dan sederhana dapat membangun hubungan baik dengan orang lain. Satu kalimat baik yang Anda sampaikan disebut dengan cinta kasih berkesadaran. Orang yang memiliki cinta kasih berkesadaran adalah Bodhisatwa.

Saya berharap semua orang dapat mempelajari Jalan Bodhisatwa untuk menjadi tercerahkan. Kita belajar untuk tercerahkan. Sesungguhnya, kita belum benar-benar tercerahkan, termasuk saya. Kita masih harus terus belajar dengan hati yang murni seperti anak kecil. Kita harus tekun dalam belajar. Apa yang disebut dengan silsilah Dharma? Itu adalah semangat dan prinsip.

Kita di Griya Jing Si hidup mandiri, menjaga tekad pelatihan dalam hati masing-masing, dan harus sungguh-sungguh bertindak sesuai ajaran. Buddha datang ke dunia dengan satu tujuan utama, yaitu mengajarkan praktik Bodhisatwa. Sebagai murid Jing Si, kita hendaknya mempraktikkan ajaran. Buddha mengajarkan praktik Bodhisatwa. Sebagai praktisi, tujuan kita ialah terjun ke tengah masyarakat.

Saudara sekalian, hari ini kalian telah mengenal Jing Si karena saya telah membawa semangat Jing Si ke luar dan menjalin jodoh dengan kalian. Berkat adanya semangat silsilah Dharma Jing Si, kalian semua bersedia bersumbangsih tanpa pamrih. Inilah yang disebut Bodhisatwa yang mempraktikkan Jalan Bodhisatwa.

Kita harus segera mendekati semua orang agar mereka mengetahui bahwa ada sebuah Jalan Bodhisatwa yang membawa nilai dalam hidup yang membantu kita untuk menciptakan berkah bagi dunia. Ajaklah mereka untuk mempelajari ajaran Buddha. Ajaran Buddha bukan hanya sebuah filsafat, melainkan juga psikologi, fisika, bahkan teknologi. Semua ini harus dipelajari untuk mencapai pencerahan. Kita harus mempelajari segala sesuatu. Bertutur kata baik dan berbuat baik adalah perilaku seorang Bodhisatwa.

Bodhisatwa datang ke dunia untuk bertutur kata baik, berbuat baik, dan membimbing orang lain. Hendaknya kita mengubah hati semua orang dari yang awam menjadi tercerahkan. Inilah yang harus kita pelajari, yaitu membimbing semua orang untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dan menjadi orang baik. Memiliki cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin, itulah yang disebut sebagai Bodhisatwa.

Membimbing orang lain dengan keyakinan dan ikrar sesuai jalinan jodoh
Mencari Dharma dengan tekun dan belajar untuk tercerahkan
Mempraktikkan ajaran di Jalan Bodhisatwa
Membawa manfaat bagi masyarakat dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin