“Saya sangat bahagia dapat melihat Master. Saya berasal dari Shulin. Di Jalan Bo’ai gang nomor 2, terdapat sebuah depo daur ulang kecil bernama Bo’ai. Sepuluh tahun yang lalu, saya memulai kegiatan daur ulang di tempat terbuka tanpa adanya atap. Kemudian, para relawan senior datang untuk membantu membangun rumah beratap seng. Dahulu, kami tidak memiliki air, listrik, dan toilet. Saya bersyukur karena para relawan tidak merasa keberatan. Dengan mengikuti jejak Master, saya telah melakukan kegiatan daur ulang selama 10 hingga 20 tahun dengan sukacita,” kata Gao Li A-tao relawan Tzu Chi.
Saya merasa sangat kagum dan bahagia. Saya melihat semua orang penuh dengan sukacita. Berbicara tentang sukacita, Buddha berkata bahwa kehidupan ini penuh penderitaan. Memang benar, jika pikiran tidak terbuka, kita semua pasti akan menderita. Baik yang miskin maupun yang kaya, semua orang mengatakan bahwa kehidupan penuh penderitaan.
Mereka yang miskin merasa menderita, tetapi yang kaya juga merasa menderita. Penderitaan adalah penderitaan. Banyak pula keinginan yang tidak tercapai. Jadi, meski seseorang kaya, dia masih merasa tidak cukup. Rasa ketidakpuasan inilah yang merupakan penderitaan sejati dan selamanya selamanya tidak akan pernah terpenuhi. Jika kita tahu berpuas diri, kita akan selalu bahagia.
Kita semua pasti melewati berbagai fase hukum alam. Ketika memasuki usia lanjut, bagaimana kita menjaga tubuh tetap sehat, hati bebas dari kekhawatiran dan keluh kesah, serta tidak tamak ataupun merasa tidak puas? Jika bisa seperti itu, kita akan dapat selalu merasa puas dan bahagia. Kita semua hendaknya mengenal rasa puas agar senantiasa bahagia.
Lihatlah bagaimana seorang anak berbakti membantu dan menyemangati orang tuanya dalam berbuat baik. Saat orang tuanya berbuat baik, dia mendukungnya. Saat ibunya ingin berbagi kisah, dia merapikan kalimatnya satu per satu sehingga saya dapat melihat setiap kata dan gambar dengan jelas. Saya merasa dia sangat berbakat. Saat setiap kata menjadi kalimat, ini membawa kebahagiaan tersendiri.
Saya juga mendengar tentang relawan lansia yang memiliki kelemahan kondisi tubuh, tetapi tetap mengajak orang lain untuk bergabung. Meski memiliki penyakit, dia tetap membantu orang lain bagaikan menyeberangkan orang dengan perahu. Bukankah Sutra Makna Tanpa Batas membicarakan tentang nakhoda? Meski tubuhnya sendiri sakit, dia masih memiliki perahu yang dapat menyeberangkan orang-orang.
Melihat bagaimana relawan merasa bahagia, kehidupan tidak selalu penuh penderitaan, terlebih jika kita bisa memandang segalanya secara terbuka dan dapat membimbing orang lain. Inilah arah hidup yang benar. Setelah berada di arah yang benar, kita harus terus tekun dan bersemangat.
“Lokasi pembersihan pantai kali ini berada di tepi sungai di bawah Jembatan Guandu. Panjang area yang kami bersihkan sekitar 400 meter. Kami menggerakkan sekitar 600 orang dan mengumpulkan sekitar 6.500 kilogram sampah,” kata Luo Heng-yuan relawan Tzu Chi.
“Alasan dimulainya kegiatan pembersihan pantai kali ini berawal dari kebiasaan saya berjalan kaki atau berlari dari Guandu ke Tamsui. Saya sering mengambil foto pemandangan dan melihat bahwa Sungai Tamsui dipenuhi sampah. Setelah berdiskusi dengan Kakak Luo, kami memutuskan untuk melakukan pembersihan,” kata Ni Ming-jun Wakil Direktur Penggalangan Dana Badan Misi Budaya Humanis Tzu Chi.
“Saya sangat berterima kasih kepada Kakak Luo yang telah mengajak kami untuk berpartisipasi. Kali ini, kami melihat antusiasme para staf yang sangat tinggi dalam berpartisipasi. Banyak yang membawa anak mereka untuk ikut serta. Hal ini memberikan dampak positif yang luar biasa bagi anak-anak. Kita dapat melihat begitu besar kekuatan dari kebersamaan. Meski kegiatan ini sangat sulit dilakukan, kami berhasil mengatasinya bersama-sama,” kata Xiao Zi-chuan Manajer Departemen Administrasi ASUS.
“Saya sungguh melihat langsung di lokasi dan merasa bahwa itu sangat sulit. Tanpa Kakak Luo, sesungguhnya tidak akan ada yang bersedia melakukan kegiatan pembersihan ini. Sesungguhnya, sampah itu bukan hanya sekadar sampah. Sampah adalah gambaran dari kekacauan dalam hati kita. Ketika memunguti sampah, kita sebenarnya tengah membersihkan kotoran yang ada di dalam hati kita,” kata Su Jin-xiong Ketua Barisan Penyedia Air bagi Gunung Guanyin.
“Pembersihan pantai bukan hanya tentang membersihkan pantai atau sungai, tetapi juga tentang membersihkan hati kita. Oleh karena itu, Master tidak perlu khawatir. Kami dari Barisan Penyedia Air akan selalu menjadi pendukung Master,” kata Su Jin-xiong.
Saya telah mendengar Bodhisatwa sekalian membangun tekad dan ikrar untuk melakukan hal yang orang lain tidak ingin lakukan. Saya juga melihat saat orang-orang mendaki gunung, ada yang menyediakan air mineral dan teh. Ternyata, itu adalah Barisan Penyedia Air. Semuanya melayani dengan tekad yang tulus.
Mereka bersumbangsih tanpa pamrih dan tidak meminta pengakuan orang lain. Mereka selalu bersumbangsih secara diam-diam. Sikap ini adalah cerminan niat dan tindakan yang baik. Mereka pasti adalah anak muda yang benar-benar baik di masyarakat. Ini benar. Insan Tzu Chi adalah orang-orang baik.
Saat ini, kita telah menemukan begitu banyak orang baik. Hendaknya kalian mengajak mereka untuk bergabung ke dalam tim orang baik untuk menyatukan hati.
“Hari ini adalah hari pertama Kakak Li Jin-zhong mengenakan seragam relawannya. Saat itu, kami berkenalan di Gunung Guanyin dan ketika saya mengajaknya untuk mengikuti pengenalan, dia tidak bersedia. Setelah saya mengajaknya dalam pembersihan kali ini, dia bersedia untuk mengikuti pelatihan relawan,” kata Luo Heng-yuan relawan Tzu Chi.
“Ada pula Kakak Zhuang Li-zhu. Pada bulan Maret, dia datang mengikuti kelas pengenalan, tetapi suaminya menentangnya. Kali ini, kami tetap mengajaknya untuk berpartisipasi dalam kegiatan cabut rumput dan pembersihan pantai. Hasilnya, dia kembali mengikuti kelas pengenalan dan kepercayaan dirinya makin kuat. Terlebih lagi, sikap suaminya juga telah berubah,” pungkas Luo Heng-yuan.
Hendaknya kita selalu ada dalam tim yang baik ini. Ketika informasi tersebar, semuanya akan mendedikasikan diri dengan senang hati. Terlebih lagi, ketika melihat hasil pembersihan yang sangat bersih, semuanya merasa sukacita. Oleh karena itu, insan Tzu Chi berkata bahwa kita harus melakukan dengan sukarela, dan menerima hasilnya dengan sukacita. Kita telah bersumbangsih dengan sukarela. Saat semuanya selesai, kita dapat melihat hasilnya sangat bersih.
Kita hendaknya memikirkan bagaimana membangun pendidikan di tempat itu. Ini berkaitan dengan kebiasaan manusia. Pendidikan yang baik penting untuk membuat orang-orang memahami bahwa selain menikmati keindahan alam, kita juga harus menjaga lingkungan. Intinya, diperlukan adanya sosialisasi dan edukasi.
Belakangan ini, saya sering membahas tentang menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk. Ini bukan hanya tentang mencari pencapaian demi diri sendiri, melainkan menghimpun banyak orang dalam kebajikan. Hendaknya kita terjun ke tengah masyarakat dan membimbing semua makhluk. Baik membersihkan gunung maupun pantai, semuanya adalah hal yang baik.
Kegiatan ini dapat menarik banyak orang. Namun, saya ingin memberi tahu kalian bahwa kegiatan seperti ini adalah hal yang baik, tetapi peralatan yang tepat juga harus disiapkan dengan baik, terutama untuk wajah dan mata, karena terkadang air kotor bisa mengenai mata dan itu sangat berbahaya. Begitu pula, tangan yang harus dilindungi karena sedikit luka dapat menyebabkan infeksi.
Setiap orang harus bertanggung jawab untuk menjaga diri sendiri. Tidak membuat saya khawatir juga merupakan tanggung jawab kalian. Menjaga diri sendiri juga merupakan tanggung jawab kalian. Setiap orang harus mengemban tanggung jawab ini sehingga saya bisa merasa tenang. Selain merasa tenang, saya juga merasa bersyukur.
Saya melihat bagaimana kalian merasa sukacita. Meski air yang dibersihkan sangat kotor dan rumputnya sangat panjang, kalian tetap mendedikasikan diri untuk bersumbangsih. Dengan lebih dari 600 orang yang terlibat, semuanya tetap menjaga ketertiban. Kalian juga telah mewakili saya untuk menjaga citra Tzu Chi dengan baik. Semua ini adalah hal yang patut disyukuri.
Mengenal rasa puas mendatangkan sukacita dan melenyapkan penderitaan
Nakhoda yang sakit tetap menyeberangkan orang-orang
Tekun dan bersemangat untuk menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk
Bersatu tekad untuk membangun citra yang bermartabat