“Sejak gempa dahsyat tanggal 3 April lalu, Asosiasi Sahabat Tzu Chi merasakan kesedihan akibat melihat banyaknya kerusakan. Kami juga berharap kami mampu menyumbangkan kekuatan kami dalam pekerjaan rekonstruksi,” kata Li Yi-hui relawan Tzu Chi.
“Master telah membentangkan Jalan Bodhisatwa yang begitu rata. Yang bisa saya lakukan sekarang ialah menggenggam kesempatan untuk berbuat lebih banyak lagi. Semua orang menyumbangkan uang dan tenaga mereka sehingga acara dapat berjalan lancar dan sukses,” kata Zhuang Zi-bei relawan Tzu Chi.
Setiap anggota Asosiasi Sahabat Tzu Chi hidup dalam kelimpahan dan penuh berkah. Semuanya memiliki keluarga yang hidup berkecukupan dan bahagia. Namun, mereka tetap bersedia mengabdikan diri bersama Tzu Chi. Saat ada ruangan yang kotor, mereka akan mengambil sapu dan mulai menyapu. Ketika ada yang kotor di meja, mereka segera mengambil lap dan membersihkannya. Bisa dikatakan, mereka telah melakukan sangat banyak hal untuk saya, baik hal kecil maupun hal besar.
Taiwan sudah beberapa kali dilanda bencana besar, seperti Gempa 21 September 1999, Topan Morakot, dll. Kalian tidak hanya mendorong penggalangan dana, tetapi juga turut berpartisipasi dalam pekerjaan-pekerjaan sederhana ataupun rumit, terutama dalam pekerjaan memasak.
Ingatan paling berkesan dalam pikiran saya tentang Qi-ling ialah bagaimana dia membawa sekantong terung, sebuah talenan, dan 2 bilah pisau dapur dari Taipei menuju Nantou. Ingatan ini sangat melekat dalam pikiran saya. Saya pun bertanya padanya, “Kamu sungguh bisa memasak?” Dia menjawab, “Tidak masalah, saya bisa belajar di sini.” Perkataannya benar adanya. Saya kembali bertanya, “Kamu tinggal di mana nanti?” Dia menjawab, “Saya akan tidur di lantai seperti yang lainnya.” Ingatan saya tentang hal itu sangatlah mendalam. Ini juga berlaku untuk kalian semua.
Setiap kali ada hal yang ingin saya lakukan, kalian selalu turun untuk membantu saya agar saya merasa tenang terlebih dahulu. Jika sudah merasa tenang, saya bisa melangkah dan mengambil tindakan yang diperlukan. Sekitar dua atau tiga tahun yang lalu, saya mulai membicarakan tentang bagaimana membawa manfaat ke kampung halaman Buddha. Sebenarnya, saya sering berpikir Buddha memberi kita sesuatu yang tak bisa dilihat ataupun diraba, yakni jiwa kebijaksanaan yang sangat besar, yang mengandung kebenaran sejati yang berlaku di dunia.
Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Buddha membangun tekad. Setelah meninggalkan istana, Beliau mulai melihat betapa banyaknya orang yang menderita. Beliau merasa tidak sampai hati. Beliau membandingkan kehidupan satu orang dengan orang lainnya dan bertanya-tanya mengapa Beliau hidup mewah di istana, sedangkan begitu keluar dari gerbang, yang terlihat di mana-mana hanyalah orang-orang sakit yang tergeletak di tanah. Tak ada yang memedulikan mereka, bahkan sampai mereka meninggal. Oleh karena itu, Buddha membangkitkan tekad.
Seperti kalian para Bodhisatwa dunia, di antara orang-orang yang berada, kalian adalah orang yang juga kaya secara spiritual. Demi Tzu Chi, kalian rela berjalan hingga kaki kalian kesakitan, bahkan sampai membengkak. Ada sebuah ungkapan yang berbunyi, “Mengubah kepahitan menjadi sesuatu yang manis.” Pekerjaan ini memang berat, tetapi kalian selalu menganggap pekerjaan yang berat sebagai sesuatu yang manis. Kalian bersedia untuk terus melangkah maju. Ada pula orang-orang yang bekerja begitu keras hingga tangan mereka berkeriput akibat terendam air. Saya mendengar itu semua. Intinya, semua orang bersedia untuk bersumbangsih.
“Di Asosiasi Sahabat Tzu Chi, saya bertanggung jawab sebagai koordinator keuangan dan survei. Sebagai pihak yang harus melakukan koordinasi, saya melakukannya dengan sukacita dan belajar banyak dari semua orang. Master, saya sangat bersyukur. Setiap tahun, bazar amal kita sangat ramai. Tujuan utama kita ialah menggalang hati dan cinta kasih,” kata Zhou Gui-ying relawan Tzu Chi.
“Meskipun kami mungkin sedikit lelah secara fisik karena panjangnya durasi acara yang berlangsung selama 3 hari ini, tetapi hati kami merasa sangat puas, sangat bernilai, dan penuh kekuatan,” kata Shi Shan-hua relawan Asosiasi Sahabat Tzu Chi.
Saudara sekalian, bisa bersumbangsih merupakan sebuah berkah. Saat melakukannya, kalian mungkin merasa sangat lelah. Namun, saya percaya bahwa di lubuk hati terdalam, kalian sangat sukacita. Bazar amal terdengar seperti sesuatu yang mudah. Namun, untuk menyiapkan lokasinya, kita perlu memindahkan kursi, mengangkat meja, membersihkan meja, membentangkan taplak meja, dll. Beberapa meja juga harus ditata dengan elegan karena akan dipakai untuk menjual perhiasan.
Perhiasan dan permata sangatlah bernilai. Ada yang menyumbangkan perhiasan, ada pula yang membantu menjualnya secara langsung di bazar amal. Kalian sangat menghargai perhiasan yang disumbangkan orang dan mengizinkan orang-orang memberikan penawaran. Kalian sangat penuh berkah. Karena bergabung dengan Tzu Chi, barulah kalian berkesempatan untuk melakukan ini. Jika tidak bergabung dengan Tzu Chi, kalian tidak bisa melakukan ini. Inilah yang disebut sejarah. Sejarah ini tercatat sebagai sejarah dunia kita.
Relawan Tzu Chi adalah sekelompok Bodhisatwa dunia yang benar-benar mengubah hal yang tak berwujud menjadi sesuatu yang berwujud. Kita adalah manusia. Kita harus bersyukur kepada orang tua kita yang telah memberikan tubuh ini pada kita. Saya selalu berkata bahwa setiap kali melakukan sesuatu, saya selalu mensyukuri budi luhur orang tua, budi luhur para Bodhisatwa dunia, dan budi luhur Buddha yang membimbing kita. Buddha memberi saya jiwa kebijaksanaan, sedangkan orang tua saya memberi saya kehidupan.
Para Bodhisatwa dunia di Tzu Chi telah mendukung pertumbuhan jiwa kebijaksanaan saya. Di jalan yang lapang ini, saya bisa bertemu dengan begitu banyak Bodhisatwa dunia. Ini merupakan sebuah berkah. Karena itulah, setiap hari saya membicarakan tentang jalinan jodoh berkah. Anda dan saya sama-sama penuh berkah. Kalian memiliki berkah bukan hanya karena bisa berada bersama-sama dengan saya. Orang-orang yang duduk di sekitar kalian juga merupakan Bodhisatwa. Jadi, para Bodhisatwa berhimpun bersama.
Relawan Tzu Chi ada di seluruh penjuru dunia. Kita lahir di dunia ini dan menikmati apa yang ada. Namun, di dunia ini, sungguh banyak orang yang menderita. Jadi, orang-orang yang penuh berkah harus bersumbangsih guna menolong sesama manusia yang menderita. Sesungguhnya, dapat bersumbangsih adalah suatu berkah karena kita dapat menciptakan berkah bagi masyarakat.
Kalian telah menyumbangkan perhiasan dengan sukacita dan sungguh-sungguh berusaha untuk menjualnya dalam bazar amal. Kalian juga melakukan transaksi jual beli di sana. Ada beberapa relawan yang sengaja membeli barang dan menyumbangkannya kembali untuk dijual lagi, lalu membelinyanya lagi untuk dijual kembali. Uang yang dikeluarkan untuk ini sangat banyak.
Ada seorang perempuan yang menyumbangkan sebuah barang, lalu membelinya lagi sendiri dengan harga yang berkali-kali lipat lebih tinggi. Jika nanti ada bazar amal lagi, perempuan itu mungkin akan kembali menyumbang pada Asosiasi Sahabat Tzu Chi. Intinya, saya tidak tahu bagaimana harus berterima kasih pada kalian yang telah terus-menerus menciptakan berkah. Namun, kita sendirilah yang akan menuai apa yang telah kita tabur. Kita telah menumbuhkan jalinan jodoh berkah dari kehidupan ke kehidupan.
Berbuat baik dengan sukacita membuat diri dipenuhi kekayaan batin
Menggalang dana untuk bantuan bencana tanpa menunggu orang lain
Menyadari prinsip kebenaran dengan hati Buddha dan tekad Guru
Menciptakan jalinan jodoh berkah dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin