“Karya-karya U-Theatre menampilkan pemahaman terhadap kehidupan dengan berbagai cara yang berbeda. Semuanya tentang makna kehidupan. Dalam latihan pementasan ‘Enam Pertanda Baik’, saat kami melantunkan kalimat demi kalimat yang dipadukan dengan pemutaran video, saya tiba-tiba menyadari bahwa kekuatan U-Theatre selama 30 tahun ini telah terpusat pada momen itu. Dharma yang disebarkan dengan hati yang tenang telah menginspirasi banyak orang. Yang terpenting bagi insan Tzu Chi ialah menapaki Jalan Bodhisatwa dan mengubah kekosongan sejati menjadi eksistensi ajaib dalam keseharian,” kata Liu Ruo-yu Pendiri U-Theatre.
“Eksistensi ajaib para relawan Tzu Chi ialah menjangkau seluruh dunia untuk menolong orang-orang yang menderita. Namun, sebagai rombongan pertunjukan, saya merasa bahwa kami bisa menggunakan pertunjukan seni untuk mengubah ajaran Buddha yang mendalam dan kekosongan sejati menjadi eksistensi ajaib dan mempersembahkannya untuk orang-orang,” pungkas Liu Ruo-yu.
“Dalam sebuah pertemuan mengenai pementasan adaptasi Sutra, saya mendengar Master berkata bahwa menyebarkan Dharma lewat pertunjukan seni bagaikan sebuah pintu bagi kami. Saya merasa bahwa ini selaras dengan pemikiran saya. Pertunjukan bukan memancarkan kekuatan keluar, melainkan mengeksplorasi hakikat sejati diri sendiri,” kata Huang Zhi-qun Penata seni U-Theatre.
Kehidupan sangat menakjubkan karena bagaikan panggung sandiwara. Karena itulah, kita sering mendengar bahwa drama merefleksikan kehidupan dan kehidupan bagaikan drama. Setiap orang merupakan sutradara dalam kehidupan masing-masing. Kita semua demikian.
Naskah kehidupan kita sekarang ditentukan oleh benih sebab di kehidupan lampau. Dengan perbuatan kita di kehidupan sebelumnya, kita menulis naskah yang kita bawa ke kehidupan sekarang. Karena itu, setiap orang hendaknya menerima nasib. Janganlah kita berkeluh kesah ataupun sombong. Kita harus sungguh-sungguh menunaikan kewajiban. Makin besar potensi kita, makin besar pula tanggung jawab yang harus kita pikul. Semua orang mampu melakukannya.
Tzu Chi juga merupakan sebuah panggung. Berkat adanya jalinan jodoh, kita dapat menyalurkan bantuan kemanusiaan ke 136 negara dan wilayah. Ini berkat para insan Tzu Chi di seluruh dunia yang menghimpun tetes demi tetes kekuatan selama ini. Kita selalu bersumbangsih dengan langkah yang mantap dan tidak pernah menyia-nyiakan sepeser pun. Kita memanfaatkan setiap donasi untuk bersumbangsih bagi orang yang membutuhkan. Inilah yang kita lakukan selama ini.
Di atas panggung Tzu Chi, relawan Tzu Chi di setiap negara terus bersumbangsih tanpa henti. Saat pagi hari di sini, di negara lain mungkin malam hari ataupun dini hari. Di negara yang sekarang tengah malam atau dini hari, mereka yang tahu tentang pertemuan kita ini juga terhubung dengan kita untuk turut melihat dan mendengarkan. Demikianlah insan Tzu Chi, selalu menggenggam jalinan jodoh yang ada.
Kini, semua yang kita dengar dan lihat adalah eksistensi ajaib. Saat kita melihat sesuatu, ia terasa nyata. Namun, setelah itu, tidak ada yang tersisa. Saat ini, kalian juga mendengarkan ceramah saya, tetapi berapa banyak yang bisa kalian ingat? Seiring waktu, yang kalian ingat mungkin makin sedikit. Namun, kalian harus sungguh-sungguh dan tulus. Ingatan ini sangatlah penting. Sutra menunjukkan jalan dan jalan harus dipraktikkan. Kita membentangkan jalan dengan Sutra dan menapakinya. Demikianlah kita membentangkan jalan.
Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Akan tetapi, jarak kita dengan hakikat kebuddhaan ini sudah sangat jauh. Ini karena kita terus mengalami kelahiran kembali di enam alam kehidupan dan telah lama tersesat. Beruntung, kita terus mengakumulasi jalinan jodoh baik. Kini, jalinan jodoh telah matang sehingga kita dapat membentangkan dan menapaki Jalan Bodhisatwa yang berujung pada pencerahan. Tercerahkan berarti telah melihat kondisi luar dan batin dengan jelas. Namun, apakah kita benar-benar melihatnya? Belum, kita masih belajar.
Dalam perjalanan saya kali ini, saya sering bertanya kepada relawan kita apa yang mereka lakukan. Setelah mereka menjawab, saya akan berkata, “Benar. Inilah Bodhisatwa.” Para relawan kita muncul untuk menolong orang-orang yang menderita. Proses ini disebut menapaki Jalan Bodhisatwa. Jadi, di Jalan Bodhisatwa ini, kita menyadari berkah setelah melihat penderitaan dan bersumbangsih tanpa pamrih hingga hati kita dipenuhi sukacita dalam Dharma.
Kehidupan penuh dengan penderitaan dan noda batin. Dengan merasa sukacita setelah bersumbangsih, berarti kita telah tercerahkan. Hati kita dipenuhi sukacita dalam Dharma. Ini sangatlah sederhana. Singkat kata, selama 50-an tahun ini, semangat dan filosofi Tzu Chi telah tersebar luas. Karena itu, saya mengucap syukur setiap hari.
Di dalam hati, saya senantiasa bersyukur karena di seluruh dunia, ada begitu banyak orang yang menuruti kata-kata saya dan melakukan hal-hal yang ingin saya lakukan. Mereka menyebarkan ajaran saya dan melakukan hal yang ingin saya lakukan. Sumbangsih nyata mereka telah menolong orang yang tak terhitung jumlahnya. Mereka sangat yakin pada saya dan selalu menuruti perkataan saya. Pikirkanlah, bisakah saya tidak bersyukur?
Setiap orang menaati aturan dan sila serta menapaki Jalan Bodhisatwa. Ini membuat saya sangat tenang. Jadi, saya bersyukur kepada Bodhisatwa di seluruh dunia yang telah bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Terima kasih. Selain itu, kalian juga harus bersatu hati. Semua orang harus menyatukan hati. Meski memiliki mulut yang berbeda-beda, kita harus menyebarkan Dharma yang sama. Ajaran Buddha serta semangat dan filosofi Tzu Chi sama-sama mengajarkan untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Jadi, kita hendaknya menapaki jalan yang sama dengan kesatuan hati, tekad, dan ikrar.
Menjadi sutradara dalam panggung kehidupan diri sendiri
Menghargai jalinan jodoh untuk bersumbangsih di tengah masyarakat
Membentangkan dan menapaki Jalan Bodhisatwa menuju pencerahan
Menapaki jalan yang sama dengan kesatuan tekad