Berita internasional setiap hari membuat saya merasa tidak sampai hati dan sedih. Banyak hal yang ingin saya lakukan, tetapi banyak hal yang terasa begitu jauh dan sulit untuk dicapai. Terlebih lagi, menyalurkan bantuan internasional tidaklah mudah. Jadi, saya tahu bahwa saya tidak dapat melakukannya.
Selama beberapa tahun ini, saya sungguh merasa tidak berdaya. Terkadang, ketika saya memberi tahu semuanya tentang berapa banyak orang yang kita bantu di dunia internasional, akan ada orang yang berpikir dalam hati bahwa itu tidak ada hubungannya dengan mereka. Sesungguhnya, dunia internasional berkaitan dengan kita. Berhubung kita semua tinggal di Bumi yang sama, ketika Bumi ini damai, maka kehidupan kita akan damai; ketika Bumi ini tidak damai, kita harus meningkatkan kewaspadaan.
Buddha membabarkan Dharma di dunia untuk mencerahkan semua orang. Beberapa hari ini, saya selalu memberi tahu semuanya bahwa untuk tersadarkan atau tercerahkan, kita perlu melihat kebenaran. Setelah melihat kebenaran, kita harus menghayatinya. Inilah yang disebut tercerahkan dengan melihat kebenaran. Zaman Buddha telah berlalu lebih dari 2.500 tahun. Tzu Chi telah berdiri lebih dari 50 tahun dan kita terus mempelajari Dharma tanpa henti.
Dengan menyalurkan bantuan internasional, kita dapat melihat bahwa dunia ini dipenuhi bencana. Kita juga dapat melihat bagaimana gejolak pikiran manusia menimbulkan konflik antarmanusia dan konflik antarnegara hingga menyebabkan munculnya pengungsi dan mendatangkan bencana alam. Baik bencana akibat ulah manusia maupun bencana alam yang terjadi di luar negeri, hendaklah kita segera bergerak untuk membantu. Kita harus senantiasa membuka hati kita dan membina kebijaksanaan dengan cinta kasih. Ketika melihat orang lain menderita, hendaklah kita membangkitkan tekad dan membantu mereka dengan kekuatan kita.
Saya pernah membagikan kepada semuanya tentang gempa di Jepang yang berkekuatan 7,6 SR. Ini adalah bencana yang sangat besar. Insan Tzu Chi di Jepang segera bergerak untuk menyediakan makanan hangat dan membagikan dana bantuan kepada para korban bencana. Para insan Tzu Chi telah bersumbangsih dengan sungguh-sungguh dan menunjukkan tata krama. Saat bersumbangsih, mereka membungkukkan badan lebih rendah dari penerima bantuan. Dana bantuan yang kita berikan bukan hanya formalitas, melainkan harus benar-benar dapat membantu mereka.
Bencana ini sudah berlalu 3 hingga 4 bulan. Meski para korban sangat tegar, kita dapat merasakan betapa sulitnya mereka menjalani hidup sehingga kita harus memberikan bantuan yang benar-benar bermanfaat bagi mereka. Kemudian, ketika Taiwan dilanda gempa pada tanggal 3 April, mereka yang berada di Jepang mengetahui hal ini dan berhemat untuk turut berdonasi. Jadi, saya bersyukur atas apa yang telah kita lakukan selama puluhan tahun ini. Di mana pun ada bencana, insan Tzu Chi akan muncul di sana untuk bersumbangsih.
Hendaklah kita menggenggam jalinan jodoh, menghimpun cinta kasih, dan mengerahkan kekuatan untuk memberikan bantuan yang bisa dilihat, didengar, dan dirasakan oleh semua orang. Inilah insan Tzu Chi. Begitulah sumbangsih insan Tzu Chi di dunia. Saya berterima kasih kepada semuanya.
Apa yang kita lakukan di masa lalu disebut dengan sejarah. Belakangan ini, saya memberi tahu kepada semuanya untuk menginventarisasi nilai kehidupan. Apa yang kita lakukan di masa lalu patut kita catat sebagai sejarah. Sejarah ini harus kita bagikan kepada orang lain. Jika kita membagikannya, anak-anak muda sekarang akan mencatatnya dan mengetahui kapan dan apa bencana yang pernah terjadi. Mereka juga akan menyadari bahwa ternyata para anggota komite dan Tzu Cheng yang sering disebut sebagai Bodhisatwa dunia ada di dekat mereka dan mereka sering berinteraksi. Jadi, Bodhisatwa dunia ada di hadapan kita dan Buddha ada di dalam hati kita.
Hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Kita adalah salah satu dari makhluk hidup. Kita memiliki hati yang sama dengan Buddha, tetapi kita belum tersadarkan. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari Dharma. Saya telah membabarkan Dharma di dunia. Jumlah insan Tzu Chi di dunia tidaklah sedikit. Terlebih lagi, Taiwan adalah tempat bermulanya Tzu Chi. Bodhisatwa sekalian, kalian semua adalah Bodhisatwa. Ada banyak hal yang belum kita lakukan. Mari kita menggenggam waktu yang ada.
Seiring berlalunya waktu, usia kita terus bertambah. Bisnis kita pun perlahan-lahan diambil alih oleh anak kita. Jika kita tidak melakukan apa-apa, bukankah kita menyia-nyiakan waktu? Kita hanya mengonsumsi sumber daya tanpa mengembangkan nilai kehidupan. Dalam 1 hari, kita makan sebanyak 3 kali dan akan lebih banyak lagi jika mengikuti nafsu makan. Inilah yang disebut dengan konsumsi. Banyak orang bersusah payah demi memenuhi nafsu makan kita.
Mengenai menikmati berkah, saya sering memberi tahu semuanya bahwa hanya menikmati berkah akan menghabiskan berkah. Janganlah kita hanya duduk diam dan menikmati berkah karena lama-kelamaan, berkah pasti akan habis. Kita harus menjalani kehidupan dengan baik. Karena itu, hendaklah kita membangun tekad dan ikrar untuk menciptakan berkah bagi dunia.
Bodhisatwa sekalian, inilah ladang pelatihan yang baik. Hendaklah kalian memanfaatkannya dengan baik dengan sering mengadakan kegiatan dan membagikan pengalaman kalian. Ini adalah hal yang sangat penting.
Turut merasakan penderitaan mereka yang terkena bencana
Bertindak dengan tekun setelah melihat penderitaan
Membina kebijaksanaan dengan cinta kasih dan melapangkan hati
Menciptakan berkah dengan melenyapkan penderitaan dan membawa kebahagiaan