“Pada pertengahan bulan Maret, tim pengerjaan kayu telah bekerja di lokasi. Setelah mereka menyelesaikan penataan dan perakitan, tim kelistrikan mulai untuk melakukan pengecekan terhadap semua jalur listrik dan lampu. Pada hari upacara pemandian rupang Buddha, ada sekitar 1.250 rupang Buddha yang menyala. Ini seolah-olah ribuan Buddha berkumpul dan menerangi tempat tersebut. Pada saat itulah, kami baru merasa tenang,” kata Liu Hong-ru relawan Tzu Chi.
“Pada saat kami naik ke atas untuk melakukan perekaman selang waktu, kami berterima kasih kepada tim tanggap darurat yang telah meminjamkan pakaian pelindung kepada kami. Di jalur yang kecil tersebut, sekitar pukul 5 pagi kami sudah tiba dan harus tetap di tempat hingga proses perekaman selesai. Setelah perekaman sesi pertama selesai sekitar pukul 7 pagi, kami mulai turun,” kata kata Xu Guo-jun relawan Tzu Chi.
“Di jalur tersebut, kami harus membungkukkan badan. Ketika kami hendak turun, hujan deras mulai turun. Berhubung kami harus turun dari ketinggian dengan perlengkapan yang berat dan besar, relawan di bawah dan para staf terus mengingatkan saya untuk berhati-hati dan turun perlahan. Beruntung, semua dapat berjalan dengan baik,” pungkas Xu Guo-jun.
Saudara sekalian, semua yang kalian lakukan sangat menginspirasi. Kalian telah menunjukkan ketulusan yang mendalam atas tekad dan ikrar kalian dalam memperindah ajaran Buddha. Inilah keindahan yang bajik. Kegiatan ini menunjukkan kepada khalayak ramai bahwa lebih dari 2.500 tahun yang lalu, Buddha datang ke dunia untuk menyebarkan Dharma, membawa manfaat bagi semua makhluk, dan menyucikan hati manusia.
Saat ini, kalian telah menunjukkan keindahan Dharma, menyucikan hati manusia, dan menginspirasi semua orang untuk memiliki hati yang tulus. Saya telah mendengar bagaimana sulitnya kalian naik hingga setinggi 5 lantai.
“Tahun ini, kami menggunakan sistem pengaman seluruh tubuh. Pada tahun ini pula, ada satu pengamanan tambahan. Bagaimana cara memastikan keamanannya? Apakah Anda tahu? Ada seorang relawan yang bertanggung jawab membawa tali utama hingga ke lantai 5 dan memastikannya terpasang dengan benar,” kata Jian Hong-xiong relawan Tzu Chi.
Ini bukanlah pekerjaan kalian sehari-hari, tetapi kalian telah menunjukkan makna dalam upacara pemandian rupang Buddha. Inilah ketulusan yang sesungguhnya. Saya merasa bahwa semua orang harus melihat dan mendengar tentang upacara ini agar mereka tahu bagaimana ajaran Buddha di Taiwan telah berkembang pesat.
Pada siang hari dengan matahari yang sangat terik dan tanah yang panas, kalian menempelkan penanda barisan di lantai. Saya sering berkata bahwa ini luar biasa. Kalian melakukan pekerjaan dari lantai hingga ke tempat yang tinggi. Sesungguhnya, warga yang mengikuti latihan pun merasa tidak nyaman karena harus berdiri dan menunggu lama. Namun, mereka menganggap ini sebaga wujudi ketulusan.
Dalam upacara pemandian rupang Buddha, semuanya melantunkan Sutra dari bagian awal hingga akhir dengan ketulusan yang tertinggi. Saya sungguh dapat merasakannya. Sesungguhnya, saya berada di sana pada hari itu dan melihat ketika kalian mulai memasuki lapangan dan bersiap untuk berbaris sesuai tanda yang telah ditempelkan.
Saat orang-orang mulai berdatangan, saya telah memberi tahu kalian bahwa sejak awal saya selalu ada di sana melihat, mendampingi, dan melindungi kalian. Setelah mendengar laporan kalian, saya merasa bahwa saya melindungi kalian kurang dari 10 persen. Kalian telah bekerja keras sejak awal persiapan. Saya hanya mendampingi kalian saat hari upacara saja. Setelahnya, kalian juga harus merapikan tempat tersebut.
“Ketika upacara selesai, kami kekurangan tenaga. Terlebih lagi, turun hujan deras pada hari itu. Kemudian, saya mendengar beberapa relawan berkata, ‘Jika di tempat kalian belum selesai, kami yang sudah selesai di sini bisa membantu.’ Saat mendengar itu, saya merasa bahwa inilah yang disebut kerja sama yang satu hati dan harmonis. Dengan kesatuan hati, kita dapat membentuk kekuatan untuk bergotong royong; dengan keharmonisan, kita dapat saling mengasihi dan menghargai,” Ke Ming-de relawan Tzu Chi.
“Hingga akhirnya, lampu utama tiba-tiba dimatikan. Apa yang dapat kami lakukan? Semuanya tetap mengenakan lampu di kepala dan terus melanjutkan pekerjaan. Kami bekerja hingga sekitar pukul 10.30 malam. Kami pulang dalam keadaan hujan deras dengan sepatu yang kemasukan air dan berat,” kata kata Liu Hong-ru relawan Tzu Chi.
Hati kalian sungguh dekat dengan saya dan ini tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Semua Buddha dan para makhluk pelindung Dharma bergembira dan tersentuh oleh ketulusan kalian. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih.
“Terima kasih, Master.”
Insan Tzu Chi seluruh dunia tidak tahu betapa kalian begitu bekerja keras. Jika saya punya waktu, kalian harus memberi tahu saya lebih banyak lagi sehingga saya dapat membagikannya kepada banyak orang dan mendorong mereka untuk mengambil bagian tahun depan.
Lihatlah, kalian juga membersihkan kanvas Buddha dengan kain yang basah dan kering. Kalian telah membantu persiapan sejak awal. Kalian telah menyiapkan tempat, menata meja, menaruh taplak meja, dan menempatkan rupang Buddha. Dupa, bunga, dan air telah kalian atur dengan sangat cermat. Ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih lagi, pencahayaan pada malam hari sangat lembut.
Tahun ini, air hujan telah menambahkan pemandangan. Saya menyadari bahwa hujan yang turun yang berpadu dengan cahaya lampu terlihat seperti ribuan cahaya emas yang menyinari. Hal ini biasanya tidak dapat kita lakukan. Para makhluk pelindung Dharma pasti tersentuh hingga menurunkan hujan surgawi dan bunga mandara. Lampu yang menyinari hujan membuat air hujan terlihat seperti bunga. Ini tidak dapat dibuat oleh manusia. Ini sangatlah tidak mudah.
Semuanya sangat tulus dan tidak meninggalkan tempat. Semua peserta yang masuk ke lapangan sangat tenang dan fokus. Tidak ada yang meninggalkan tempat. Semua peserta yang masuk menyatu dengan Buddha dan Dharma. Semuanya mengikuti upacara dengan hati Buddha. Menyatu dengan Buddha dan Dharma berarti dengan menerima Dharma, hakikat kebuddhaan kita akan terbangkitkan. Semua orang memiliki hakikat kebuddhaan. Namun, diperlukan Bodhisatwa dan ajaran Buddha untuk membimbing semua orang.
Bodhisatwa mewujudkan ladang pelatihan untuk dirasakan oleh semua orang. Dari sisi mana pun, semua orang sama seperti Buddha. Ladang pelatihan ini sangatlah agung. Hati saya dan Anda akan selalu bersatu dalam persamuhan Dharma Puncak Burung Nasar dari kehidupan ke kehidupan. Terima kasih, Bodhisatwa sekalian.
Hendaknya kita mewariskan Dharma dari kehidupan ke kehidupan. Jika tidak, ajaran Buddha akan berhenti sampai di sini. Oleh karena itu, kita harus mewariskan silsilah Dharma. Tahun ini, kebajikan dan keindahan telah kita tunjukkan. Kita harus bertekad untuk terus mengadakan persamuhan Dharma seperti ini pada tahun-tahun berikutnya.
Berpegang teguh pada tekad dengan kesabaran dan kerja keras
Menciptakan pemandangan di dalam ladang batin
Melakukan persiapan dengan cermat sebagai wujud melindungi Dharma
Melanjutkan yang sudah ada dan mewariskannya kepada generasi mendatang