“Meneladan hati Buddha dan mewarisi tekad Guru, saya bersedia. Bekerja sama dengan satu hati dan harmonis, saya bersedia. Menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk, saya bersedia. Menggalang lebih banyak Bodhisatwa, saya bersedia.”

Ini sungguh hal yang menggembirakan. Semua orang dengan tulus mengungkapkan kesediaan mereka dan saya yakin akan kesediaan kalian semua. Menjalankan Tzu Chi di masa lalu bukanlah hal yang mudah. Setiap langkah membutuhkan upaya yang sangat besar. Mengapa saya dapat memiliki keteguhan hati seperti itu? Ini karena dukungan dari semua orang.

Semua orang menyemangati saya dengan penuh cinta kasih. Mereka menjadi tempat bersandar bagi saya dan mendampingi saya untuk bersumbangsih. Jadi, ada banyak orang di depan yang membukakan jalan untuk saya. Mereka bahkan telah membentangkan jalan yang rata dan mulus.

Insan Tzu Chi selalu menggambarkan diri mereka sebagai kunang-kunang yang memancarkan cahaya bagi dunia. Seekor kunang-kunang memiliki cahaya yang redup. Namun, jika sekelompok kunang-kunang berhimpun, cahaya yang dihasilkan sangat hangat dan terang. Sekarang, sekelompok orang yang penuh cinta kasih telah berhimpun. Setiap orang dalam kelompok ini memancarkan cahaya masing-masing. Intinya, ketika mereka berhimpun menjadi satu kelompok, hati mereka akan bersatu.

Himpunan tetes-tetes cinta kasih dari orang-orang akan membentuk cinta kasih agung. Cinta kasih agung berasal dari orang-orang yang telah menyatukan hati mereka. Itulah yang disebut hati Buddha. Selain meneladan hati Buddha, kalian juga telah menggenggam jalinan jodoh. Kalian dan saya memiliki jalinan jodoh. Dalam istilah sekarang, ini disebut sebagai jalinan jodoh antara guru dan murid.

Sebagai makhluk hidup yang memiliki jalinan jodoh dengan Buddha, kita berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk. Saya telah menggenggam jalinan jodoh di era ini. Saya memiliki keyakinan pada kunang-kunang yang memancarkan cahaya. Saat kalian mengungkapkan kesediaan kalian tadi, saya sangat tersentuh dan bersyukur.

Saya juga yakin bahwa kesediaan kalian didasari ketulusan, kebenaran, dan keyakinan serta berasal dari lubuk hati terdalam. Kalian mengangkat tangan dan menyatakan kesediaan kalian dengan penuh energi. Suara kalian juga sangat lantang dan kuat. Dengan menyatukan energi dan hati kita, kita dapat membangkitkan ikrar agung.

Himpunan tiga orang atau lebih, itulah yang disebut kelompok. Jadi, sebelum meneladan Buddha, kita hanyalah makhluk awam. Setelah meneladan Buddha, kita membangun tekad dan ikrar. Inilah yang disebut cinta kasih Bodhisatwa. Cinta kasih Bodhisatwa adalah cinta kasih berkesadaran.

Kehidupan sangatlah sederhana, hanya antara tersadarkan atau tersesat. Yang tersesat disebut sebagai makhluk awam, sedangkan yang tersadarkan disebut sebagai Buddha atau Bodhisatwa. Kita telah berikrar untuk meneladan Buddha. Jika Buddha tidak lahir di dunia pada lebih dari 2.500 tahun yang lalu, mungkin kita sudah jauh tersesat.

Kita mungkin tersesat hingga mengalami banyak penderitaan, melakukan banyak kesalahan, atau memiliki pikiran yang menyimpang. Namun, sekarang kalian dan saya bisa berhimpun dan memiliki sebutan yang sama di seluruh dunia, yakni insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi tinggal di negara yang berbeda-beda, tetapi kita semua tetap bekerja sama dengan satu hati dan harmonis. Kita semua adalah satu keluarga dan hati kita semua telah bersatu.

Ketika kita berbicara tentang aksara Mandarin “xie”, aksara Mandarin ini terdiri dari satu aksara “hati” dan tiga aksara “tenaga”. Bermula dari tekad awal saya dan donasi 50 sen dari orang-orang, orang-orang terus-menerus menyatukan hati mereka sehingga kekuatan yang terhimpun bertambah besar. Kita harus menyatukan hati orang-orang agar dapat bekerja sama dengan harmonis Orang-orang mengatakan bahwa kesatuan adalah kekuatan.

Jika semua orang dapat bersatu, kita dapat membentuk kekuatan besar. Karena itulah, kita harus bekerja sama dengan satu hati dan harmonis. Jika orang-orang bisa saling bergandengan tangan dan mengerahkan kekuatannya, dengan tambahan kekuatan satu jari atau satu tangan saja, kita dapat melakukan banyak hal.

Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, Buddha berusaha mengubah pikiran orang-orang dari yang tersesat menjadi yang tersadarkan. Sekarang, jika dapat menyatukan hati, kita mungkin dapat mengubah pikiran orang-orang. Kita harus meneladan hati Buddha dan mewarisi tekad Guru.

Setiap manusia pada dasarnya memiliki hati Buddha. Kita sekarang menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya menuju arah itu dan sekarang semua orang juga bersama-sama menuju arah itu. Ini semua berkaitan dengan kehidupan lampau, kehidupan sekarang, dan kehidupan mendatang. Jika bukan karena jalinan jodoh di kehidupan lampau, kita tidak akan memiliki jalinan jodoh dengan orang-orang di kehidupan sekarang.

Berkat jalinan jodoh dengan orang-orang di kehidupan ini, kita dapat mewariskan semangat dan misi Tzu Chi dari kehidupan ke kehidupan. Saya yakin bahwa kita telah melakukan ini di kehidupan lampau dan di kehidupan sekarang, kita berusaha melakukannya lebih jauh dan luas.

Sebagai generasi pertama, kita harus terus mewariskannya. Kita harus bertekad untuk melakukannya. Jangan hanya keluar setiap hari untuk membimbing orang lain. Tentu saja, kita harus membimbing semua makhluk. Namun, perlu diingat bahwa kita juga harus membimbing putra kita, menantu perempuan kita, cucu kita, putri kita, menantu laki-laki kita, dan keluarga mereka. Kita dapat melakukan semuanya dalam satu hari.

Selama memiliki tekad, kita dapat membimbing lebih banyak orang. Untuk membimbing orang-orang, selain harus menjalin jodoh dari kehidupan ke kehidupan, yang paling penting ialah kita harus aman dan tenteram. Hanya dengan menciptakan berkah, barulah kita dapat hidup dengan aman dan tenteram. Energi berkah dapat melenyapkan bencana.

Bodhisatwa tidak pernah mundur dan bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa
Bekerja sama dengan harmonis untuk membangkitkan cinta kasih berkesadaran
Membangun ikrar agung dengan hati Buddha dan tekad Guru
Mewariskan kebajikan dan cinta kasih dalam keluarga