“Tahun ini, saya mulai bergabung dengan tim Daai Mama Tzu Chi. Saya tidak hanya akan mengasihi anak-anak, tetapi juga mengasihi sesama Daai Mama. Saya berharap dapat mendampingi mereka, menyentuh hati mereka, dan yang terpenting, membuka pintu hati mereka. Berkat adanya jalinan jodoh, saya telah menginspirasi tiga Daai Mama semester ini,” kata Jian Qiu-ling relawan Tzu Chi.

“Master, saya berikrar untuk terus mendampingi sesama relawan dengan penuh cinta kasih dan menyatukan mereka semua. Saya akan membantu mereka menjaga tekad pelatihan. Kami akan bersama-sama menyebarkan ajaran Master di sekolah-sekolah,” pungkas Jian Qiu-ling.

Kalian semua bagai memiliki kekuatan batin. Insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat melihat dan mendengar kalian. Orang-orang dapat mendengar Dharma dan melihat Bodhisatwa dunia asalkan mereka berniat untuk melakukannya. Dengan satu ketukan jari, mereka dapat membuka pintu menuju kesadaran.

Dalam Sutra Bunga Teratai dikatakan bahwa setiap orang memiliki permata; setiap orang memiliki kolam teratai di dalam hati. Meski dunia ini penuh kekeruhan, tetapi kita datang dengan membawa misi, bukan membawa karma buruk. Kita telah memiliki misi-misi ini di kehidupan lampau. Benih misi ini tersimpan di dalam kesadaran kesembilan yang merupakan hakikat sejati kita.

Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Berkat adanya jalinan jodoh, barulah kita semua bisa berhimpun di Tzu Chi. Di dunia ini, terdapat berbagai nama dan wujud. “Tzu Chi” berarti “menyelamatkan dunia dengan welas asih”. Kita semua merupakan generasi pertama Tzu Chi yang menumbuhkan benih kebajikan. Kita telah menyaksikan bagaimana kita berpikiran baik dan bertutur kata baik.

Kita hendaknya senantiasa bersyukur dan selalu menggenggam waktu yang ada. Baik sesuatu itu berwujud maupun tidak, yang terpenting ialah kondisi batin kita. Kita harus menggunakan hati yang baik dan kekuatan kebijaksanaan untuk bersungguh-sungguh mempelajari Dharma. Setelah itu, kita harus berbagi ajaran kebajikan dengan orang lain. Dengan demikian, kita dapat menyucikan hati manusia. Selain itu, Dharma harus dipraktikkan secara nyata. Karena itulah, saya berkata bahwa kita harus menggenggam jalinan jodoh pada era ini. Yang terpenting ialah pelestarian lingkungan.

Saat melakukan daur ulang, kita juga harus menjaga kebersihan tangan kita. Kita berusaha untuk membersihkan barang daur ulang dan memperpanjang usia barang. Kita hendaknya bersungguh hati mendaur ulang barang-barang yang dibuang agar dapat dimanfaatkan kembali. Sebelum sesuatu itu benar-benar tidak berguna, kita hendaknya menghargainya.

Terhadap sesama manusia, kita hendaknya membina cinta kasih berkesadaran. Kalian yang memiliki guru, jalan, tekad, dan ikrar yang sama hendaknya mengasihi satu sama lain. Jika tinggal berdekatan, kita hendaknya saling mengasihi dan memperhatikan. Bagaimana jika tinggal berjauhan? Kita bisa menelepon. Berkat kemajuan teknologi sekarang, kita dapat menyebarkan kata-kata baik dengan ponsel kepada teman, kerabat, dan kenalan kita. Demikianlah kita memasuki kesadaran kedelapan dan kesembilan kita.

Setelah mendengar kata-kata baik, kita memanfaatkan teknologi untuk menyebarkannya. Dengan memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan kata-kata baik, kita juga dapat menyucikan hati manusia. Jadi, kita harus menghargai jalinan jodoh, terlebih jalinan jodoh kita sebagai guru dan murid dan jalinan jodoh kalian yang mempelajari dan menapaki jalan yang sama.

Kita harus terus menyatukan hati. Hanya mendengar dan menyebarkan Dharma tidaklah cukup. Yang terpenting, Sutra menunjukkan jalan dan jalan harus dipraktikkan. Setelah membuka dan membentangkan jalan, kita harus menapakinya. Jika tidak mengambil satu langkah pun, kita tidak akan bisa membuka jalan yang lapang dan panjang. Seiring langkah kaki kita, barulah kita bisa membentangkan jalan inci demi inci.

Kita hendaknya menanam pohon karena ada pohon baru ada benih. Jadi, ke mana pun kita membuka jalan, kita harus menanam pohon di sana agar ia dapat berbunga dan berbuah. Dengan demikian, menempuh perjalanan sepanjang apa pun, kita tetap bisa melihat pemandangan yang indah. Jika kita tidak menanam pohon, tanah akan gersang. Dengan adanya pohon, saat turun hujan, pohon akan membantu penyerapan air hujan sehingga terdapat kandungan air dalam tanah.

Air merupakan sumber kehidupan di Bumi. Kita harus menyerap air Dharma, barulah jiwa kebijaksanaan kita bisa bertumbuh. Jadi, Dharma adalah sumber jiwa kebijaksanaan kita. Air adalah sumber kehidupan di Bumi. Mendengar Dharma bagaikan menyerap air Dharma. Embun Dharma saja dapat membasahi batin kita. Jadi, janganlah kita meremehkan embun dan benih yang kecil.

Dalam berbicara dan bertindak, kita hendaknya bersungguh hati. Setiap kali akan mengakhiri ceramah saya, apakah yang selalu saya katakan? Lebih bersungguh hati. Benar, kita harus lebih bersungguh hati.

Bodhisatwa sekalian, setelah bersungguh hati kembali, kalian juga harus bersungguh hati membawa Dharma pulang dan menyebarluaskannya untuk membentangkan Jalan Bodhi yang lapang di Singapura. Dengan demikian, barulah kita bisa menyucikan hati manusia dan menapaki Jalan Bodhisatwa hingga mencapai pencerahan. Demikianlah kita menanam pohon Bodhi dan menciptakan keteduhan.

Setiap orang memiliki permata dalam kesadaran kesembilan
Datang dengan membawa misi untuk menyelamatkan dunia dengan welas asih
Menghargai jalinan jodoh antara guru dan murid serta menyebarkan ajaran kebajikan
Mempelajari Dharma hingga mencapai pencerahan