“Anggota tim kami membutuhkan bimbingan. Tim pemerhati kami juga membutuhkan pengisian daya. Kami harus bisa belajar lewat bersumbangsih dan memperoleh kesadaran darinya. Dengan demikian, barulah kami bisa menjalankan misi di komunitas dengan lebih baik,” kata Yin Qing-hua relawan Tzu Chi.
Sesungguhnya, saya selalu berharap dapat memiliki lebih banyak waktu untuk mendengar kalian berbagi tentang rasa sukacita kalian saat bergabung dengan Tzu Chi. Kalian semua membangkitkan niat untuk mempelajari Dharma dengan sukarela dan tekun serta bersumbangsih di tengah masyarakat.
“Kami selalu ingin melakukan apa yang Master serukan. Setelah mendengar Dharma untuk meneguhkan keyakinan, kami mencari ladang berkah di mana-mana untuk mempromosikan produk Jing Si dan makanan vegetaris. Ada banyak pelanggan kami yang menjadi donatur. Kami juga mendampingi mereka agar mereka dapat belajar lewat bersumbangsih,” kata Lin Shu-guo relawan Tzu Chi.
Dalam mempelajari Dharma, kita harus kembali pada hati yang murni seperti anak-anak. Berkat adanya jalinan jodoh, kita dapat mempelajari Dharma dan menapaki jalan menuju kesadaran. Kita mempelajari Dharma dari tataran awam. Meski semua orang memiliki hakikat kebuddhaan, yakni hati yang murni seperti anak-anak, tetapi hakikat kita ini terus tercemar oleh kegelapan batin sehingga kita tetap menjadi makhluk awam dan menciptakan karma buruk di dunia.
Akibat akumulasi kekuatan karma buruk, terjadilah bencana alam dan bencana akibat ulah manusia yang sangat mengkhawatirkan. Kini, kita telah mempelajari Dharma. Akan tetapi, jumlah orang yang mempelajari Dharma tidak seberapa dibandingkan populasi dunia. Populasi dunia telah melampaui 8 miliar orang, sedangkan orang yang mempelajari Dharma tidaklah banyak. Namun, kita harus tersadarkan. Inilah arah tujuan kita. Agar bisa tersadarkan atau tercerahkan, kita harus melihat jalan kebenaran. Jika kita hanya mempelajari Dharma tanpa terjun ke tengah masyarakat, bagaimana kita bisa melihat jalan kebenaran?
Semua prinsip kebenaran yang dipahami oleh Buddha hanya bisa diwakili oleh satu kata, yaitu “penderitaan”. Meski banyak warga Singapura yang kaya dan hidup berkelimpahan, tetapi kehidupan sangatlah singkat dan penuh penderitaan. Saya merasa bahwa relawan senior kita, Xi-zhou, selalu menyertai kita. Dia selalu ada dalam benak saya setiap hari. Saya akan mengingatnya hingga selamanya.
Di Singapura, dia adalah relawan senior yang membuka jalan Tzu Chi. Dia telah menjadi saksi perkembangan Tzu Chi di Kreta Ayer pada masa-masa awal. Di daerah yang kecil, tetapi sangat ramai itu, Tzu Chi telah mengembangkan potensi besar saat itu. Orang-orang yang terinspirasi untuk bergabung saat itu juga memiliki hati yang sangat tulus dan menapaki jalan Tzu Chi dengan langkah yang mantap. Namun, seiring waktu, manusia akan mengalami penuaan, jatuh sakit, dan akhirnya meninggal dunia. Ini merupakan hukum alam.
Kini, saya setiap hari merasa bahwa saya harus menggenggam waktu hingga napas terakhir. Berhubung merasa bahwa saya belum menunaikan semua tanggung jawab saya di kehidupan sekarang, saya akan meneruskannya di kehidupan berikutnya. Jadi, saya tidak boleh menyia-nyiakan waktu di kehidupan sekarang. Saya harus menggenggam setiap detik dan menit untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan menjangkau kesadaran kesembilan.
Jika mengikuti ceramah saya, kalian pasti pernah mendengar saya berkata bahwa dari kesadaran kedelapan, kita harus berusaha untuk menjangkau kesadaran kesembilan. Kesadaran kesembilan adalah hakikat kebuddhaan yang dimiliki oleh semua orang. Jadi, selain bersumbangsih dengan sukacita dan menyimpan benih karma baik di kesadaran kedelapan, kita hendaknya juga berusaha untuk membangkitkan hakikat sejati dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita.
Segala sesuatu tidak bisa dibawa pergi, hanya karma yang selalu menyertai. Karena itu, kita hendaknya menciptakan karma baik yang murni. Untuk menciptakan karma baik yang murni, kita harus sungguh-sungguh merawat benih baik dalam kesadaran kita.
“Saya berharap setelah pulang ke Singapura, saya dapat membagikan apa yang saya pelajari kepada sesama relawan yang tidak dapat datang ke sini. Yang lebih penting, kami harus menyatukan semua anggota tim survei kasus dan membuat mereka merasakan ketulusan dan cinta kasih kami agar mereka dapat membawa kehangatan ke komunitas,” kata Lan Pei-ai relawan Tzu Chi.
Kita mempelajari Dharma dan menapaki Jalan Bodhisatwa untuk mencapai pencerahan. Kini, kita berada pada tahap “belajar”. Di tahap “belajar” ini, kita bertekad dan memulai langkah untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dengan cinta kasih berkesadaran. Kita telah melihat jalan kebenaran. Dalam mempelajari Dharma, kita harus melihat jalan kebenaran.
Berkat adanya jalinan jodoh di antara kita, kita dapat menghubungkan jalan ini. Saya tidak meninggalkan Hualien. Kalianlah yang datang dari Singapura ke Hualien. Saat kalian berbicara di sini, para relawan di Singapura juga dapat mendengar kalian. Jadi, meski terpisah oleh jarak yang jauh, kalian dapat melihat dan mendengarkan satu sama lain. Saat kalian berbicara, insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat mendengar dan melihat kalian asalkan mereka bersedia membuka pintu hati.
Bagaikan Bodhisatwa, kalian bermunculan di sini. Meski kalian semula bukan tinggal di Griya Jing Si, tetapi beberapa hari ini, kalian berada di sini. Di sini, saya ingin mengingatkan kalian untuk mempelajari Dharma dan mewariskannya. Kalian juga harus membentangkan Jalan Bodhisatwa di Singapura bagi warga setempat. Kalian yang kembali ke sini hendaknya membawa pulang Dharma dan membentangkan jalan kebenaran di Singapura.
Tekun mempelajari Dharma dan bersumbangsih dengan sukacita
Melihat jalan kebenaran dan tersadarkan dengan bersumbangsih di tengah masyarakat
Menggenggam setiap detik dan menit untuk menolong makhluk yang menderita
Menciptakan karma baik yang murni dan mewariskan Dharma