“Kami datang dari berbagai wilayah di Amerika Serikat dan mengemban tanggung jawab yang berbeda. Kami berterima kasih kepada Master yang membuat kami bisa dekat bagaikan keluarga. Kami akan selalu mendengarkan perkataan Master. Dengan pengalaman yang kami miliki, kami akan mengemban tanggung jawab dan membimbing generasi berikutnya. Dengan saling bergandengan tangan dan menautkan hati, kami akan membantu sesama dengan welas asih dan menjalankan Tzu Chi dengan baik di Amerika Serikat.”

“Dua puluh tujuh tahun lalu, ketika saya berada di Taiwan, Xing-juan memperkenalkan Tzu Chi kepada saya. Setelah bertahun-tahun, saya merasa bahwa dia adalah mitra bajik saya dan juga penyelamat dalam hidup saya. Saya merasa bahwa saya telah belajar darinya. Saya pun memberi tahu diri sendiri bahwa saya ingin menjadi penyelamat dalam hidup orang lain. Untuk itu, saya harus menggalang lebih banyak orang untuk bergabung dengan Tzu Chi,” kata Liu Bao-zu relawan Tzu Chi.

“Di usia kita sekarang, kita harus membimbing relawan muda dan menghormati relawan yang lebih senior. Hendaklah kita menghormati saudara se-Dharma senior dan menjaga mereka dengan baik. Jadi, ini tahapan usia yang sangat krusial. Terlebih lagi, di usia kita sekarang, kita telah mendengar ajaran Master dan menyerapnya ke dalam hati. Mulai sekarang, kita harus lebih mendalami Dharma dan terjun ke komunitas untuk melakukan lebih banyak tindakan nyata agar tidak mengecewakan Master. Saya akan mengikuti Master dan menjalankan Tzu Chi dari kehidupan ke kehidupan,” kata Jiang Shan-shan relawan Tzu Chi.

“Tanpa disadari, saya sudah hampir berusia 70 tahun. Terakhir kali, ketika saya berpamitan dengan Master, beliau hanya mengatakan kepada saya, ‘Semangat.’ Jadi, saya juga mengatakan kepada Master, ‘Semangat.’ Saya akan terus berjuang untuk mewariskan silsilah Dharma dan menyebarkan mazhab Tzu Chi. Saya akan terus menjalankan Tzu Chi,” kata Ge Ji She relawan Tzu Chi.

“Saya akan terus memperhatikan pelaksanaan Tzu Chi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Saya sungguh berterima kasih kepada Master karena telah memperbarui kehidupan kami. Semoga kita semua dapat menjadi Bodhisatwa dunia. Berkat kekuatan besar yang diberikan oleh Master, kita bisa memiliki keyakinan yang begitu besar untuk terus menapaki Jalan Bodhisatwa. Kami berterima kasih kepada Master yang telah membantu kami menumbuhkan jiwa kebijaksanaan,” kata Lin Lü Rong relawan Tzu Chi.

Kita semua memiliki tekad yang sama. Bodhisatwa sekalian, kalian memahami saya dengan baik karena kalian mendengarkan perkataan saya dengan perasaan sukacita dan juga mempraktikkannya dalam kehidupan. Buddha datang ke dunia demi satu tujuan mulia, yakni mengajarkan praktik Bodhisatwa. Beliau mengajarkan praktik Bodhisatwa agar kita dapat menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia.

Bodhisatwa sekalian, apa yang dimaksud dengan Bodhisatwa? Ketika saya menanyakan ini, kalian sudah memiliki jawabannya di dalam hati kalian, yakni “makhluk berkesadaran”. Benar, makhluk berkesadaran. Lalu, makhluk seperti apakah yang perlu membangkitkan kesadaran? Pada dasarnya, manusia memiliki hakikat kesadaran. Hanya saja hakikat kesadaran dalam diri setiap orang masih tertidur.

Di dalam otak kita, ada satu bagian yang mengatur tentang welas asih demi kebaikan orang lain. Ketika bagian otak ini berkembang dengan baik, ia akan lebih cenderung mengutamakan kepentingan orang lain. Inilah welas asih yang dimiliki oleh setiap orang sejak lahir. Demikianlah hakikat kebuddhaan.

Selain itu, juga ada cinta kasih. Dengan cinta kasih, kita ingin melihat semua orang bahagia. Ketika semua orang merasa bahagia, hati kita akan dipenuhi sukacita. Jadi, inilah cinta kasih, welas asih, dan sukacita. Lalu, apa yang dimaksud dengan keseimbangan batin? Ini berarti kita bersumbangsih dengan sukarela. Dengan hati yang dipenuhi cinta kasih dan welas asih, semua orang telah bersumbangsih dengan waktu dan uang. Meski merasa sangat lelah, kita semua tetap bersumbangsih dengan sukarela.

Dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin, kita bersumbangsih hingga dipenuhi kebahagiaan. Ini bukan sesuatu yang dibuat-buat. Kita melakukannya dengan tulus dan sukarela. Kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk memahami penderitaan yang dialami orang-orang sehingga kita dapat menyadari bahwa kita dipenuhi berkah dan memiliki kehidupan yang sangat baik.

Kita dapat melihat orang-orang yang mengalami penderitaan tidaklah sedikit, melainkan sangat banyak. Jadi, ada banyak kepiluan dan penderitaan dalam kehidupan. Tentu saja, ada orang-orang yang menikmati hidup. Meski demikian, batin mereka juga menderita karena memiliki banyak ketamakan dan banyak hal tidak sesuai dengan keinginan mereka.

Ketamakan mereka tiada habisnya. Orang-orang bertikai dan berebut satu sama lain. Sekalipun memiliki uang dan usaha yang besar, mereka tetap tidak bahagia. Namun, insan Tzu Chi telah melihat banyaknya penderitaan dan noda batin orang-orang. Jadi, dengan bergabung menjadi relawan Tzu Chi, kita dapat mengubah kehidupan orang-orang.

Melihat orang-orang mengalami penderitaan dan diselimuti kegelapan batin, kita bersedia menapaki Jalan Tzu Chi. Jalan Tzu Chi merupakan Jalan Tengah yang mengandung ajaran Buddha. Buddha mengajari kita bahwa kita harus tersadarkan. Jika kita mendengarkan ajaran tentang ketidakkekalan hidup dan hukum karma, kita akan menjadi lebih pengertian. Jadi, dalam menjalankan Tzu Chi, kita perlu merenung dengan pikiran yang tenang.

Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran dan mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Kalian harus senantiasa mengingat perkataan ini di dalam hati kalian. Jika giat mempraktikkan jalan kebenaran, kalian pasti bisa menapaki Jalan Bodhisatwa. Jika kita memahami hukum karma dan membangkitkan kebijaksanaan, kita dapat memanfaatkan pengetahuan dengan baik.

Semua orang memiliki pengetahuan. Saya yakin semua orang telah melihat kondisi masyarakat dan Bumi sekarang. Selain bencana akibat perubahan iklim, juga ada bencana akibat gejolak pikiran manusia. Begitu perang pecah, orang-orang tidak dapat membawa pergi apa pun. Mereka harus segera melarikan diri, bahkan mengganti pakaian pun tidak sempat. Dalam perjalanan, orang dewasa menggandeng tangan anak-anak mereka dan juga memapah para lansia untuk berjalan. Mereka terlihat sangat kacau. Ini adalah suatu perubahan yang sangat ekstrem.

Buddha mengajarkan tentang ketidakkekalan hidup yang bisa terjadi dalam sekejap. Beliau memberi tahu kita tentang kebenaran bahwa ada perubahan yang terjadi terus-menerus secara perlahan. Beliau juga memberi tahu semua orang tentang ketidakkekalan ekstrem, yakni perubahan yang dapat terjadi dalam waktu sekejap. Inilah yang paling menakutkan. Jadi, saya sering mengatakan bahwa setiap hari, saya merasa sangat khawatir.

Ketika melihat insan Tzu Chi kembali ke sini, saya dipenuhi sukacita. Mendengar semua orang sedang menjalankan Tzu Chi, saya sungguh bersyukur. Namun, ketidakkekalan akan selalu ada di dunia. Karena itu, kita harus memandang penting waktu dan memahami hukum alam. Jadi, kita sangatlah sibuk. Mungkin hanya ketika sudah meninggal, barulah kita memiliki waktu luang. Selama masih hidup, kita akan selalu sibuk. Sekarang, kita harus melatih diri di ladang pelatihan Bodhisatwa.

Waktu terus berlalu. Kita tidak boleh menunda-nunda karena waktu berlalu dengan sangat cepat dan kehidupan tidaklah kekal. Jadi, kita harus menggenggam waktu dengan baik. Tzu Chi adalah jalan kebenaran di dunia. Jadi, kita harus giat mempraktikkan jalan kebenaran dan menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Kita yang telah terlahir di dunia hendaknya menapaki Jalan Bodhisatwa.

Membimbing generasi berikutnya dan mewariskan silsilah Dharma
Membawa manfaat bagi sesama dan menyebarkan mazhab Tzu Chi
Menggenggam setiap menit dan detik untuk mempraktikkan kebenaran
Bersumbangsih dengan sukacita dan membangkitkan cinta kasih berkesadaran