“Setiap 6 bulan, kami akan datang ke Taitung untuk mengadakan baksos kesehatan. Selama proses pembersihan gigi, saya menyadari bahwa ini adalah salah satu bentuk pelatihan diri karena kami sering kali membersihkan gigi pasien dengan posisi tubuh yang kurang nyaman. Saya juga menyadari bahwa beberapa dokter gigi, perawat, dan relawan sudah menua. Sesungguhnya, ketika mereka memberikan pelayanan dan bantuan dalam jangka waktu yang lama, ini sangat menguras tenaga mereka. Jadi, saya mengingatkan diri sendiri untuk lebih tekun dan bersemangat,” kata Liu Zhi-fang asisten dokter gigi TIMA.

“Di dalam tim departemen kesehatan gigi, saya melihat kesatuan yang sering dikatakan oleh Master. Setiap orang, baik teknisi, perawat, maupun dokter gigi, selalu bekerja sama dalam melakukan setiap pekerjaan sehingga dapat membentuk kekuatan yang besar. Sesungguhnya, tekad kami semua sama, yaitu lebih tekun dan lebih baik dalam melayani semua orang,” pungkas Liu Zhi-fang.

Semua relawan TIMA dan dokter memiliki keramahan untuk menghibur dan mengasihi setiap pasien. Mereka juga selalu berinteraksi dengan pasien dengan suara yang lembut sehingga setiap pasien selalu menantikan baksos kesehatan kita. Kita melihat para pasien di pusat perawatan jangka panjang telah menunggu tim TIMA untuk merawat dan mengasihi mereka. Meski mereka tidak dapat mengungkapkan perasaan mereka secara langsung, saya yakin di dalam hati mereka, mereka merasa sangat nyaman. Meski mereka telah kehilangan kemampuan fungsi tubuh, hati mereka pasti merasakan kenyamanan itu, hanya saja tak dapat mengungkapkannya secara langsung.

Setiap kali saya melihat anggota TIMA mendekati pasien dan berbicara lembut kepada mereka, pasien akan merespons dengan tatapan mereka. Intinya, jika kita dapat lebih mempersingkat jeda dengan menambah 1 hingga 2 baksos kesehatan lagi, itu akan sangat membantu mereka. Meski Tzu Chi memiliki rumah sakit, semua yang ada di sana sangatlah sibuk sehingga memerlukan dukungan TIMA.

“Di rumah sakit, kami menemukan hal-hal yang berkaitan dengan lahir, tua, sakit, dan mati. Dalam proses ini, kami pelan-pelan menyadari bahwa sangat banyak penyakit dan penderitaan yang berasal dari pikiran atau keinginan yang terlalu banyak. Jika bisa melepaskan hal-hal seperti ini, kita dapat menjalani hari dengan lebih sederhana. Saya sangat bersyukur karena Master membangun keluarga besar ini sehingga kita memiliki tempat untuk menapaki Jalan Bodhisattva, menciptakan berkah, dan menumbuhkan kebijaksanaan,” kata Wu Chang-jie Dokter TIMA.

“Saya telah berpartisipasi dalam baksos kesehatan di Gongliao dan Shuangxi. Selama ini, saya selalu merasa sangat tersentuh karena setiap kali pergi, saya melihat bahwa jumlah relawan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pasien. Semuanya tahu bahwa orang-orang yang tinggal di Gongliao dan Shuangxi sebenarnya tidak kekurangan secara ekonomi, mereka hanya kekurangan kasih sayang dan perhatian,” kata Han Ji-sheng Dokter TIMA.

“Ketika datang berobat, setiap orang membawa sekantong obat yang mereka punya. Namun, mereka tidak memiliki orang yang merawat mereka. Jadi, saya merasa bahwa saya perlu terus mengingatkan diri sendiri bahwa ketika bertemu dengan pasien, saya harus sungguh-sungguh memberikan perhatian,” lanjut Han Ji-sheng.

“Setiap kali baksos kesehatan berakhir, saya selalu bertanya-tanya apakah sesungguhnya saya yang mengobati mereka ataukah mereka yang mengobati saya karena setiap kali pergi ke sana, saya selalu merasa hati saya terobati sehingga sayalah pasiennya, bukan mereka,” pungkas Han Ji-sheng.

Saya telah mendengar bahwa banyak orang yang bergabung dengan TIMA. Berkat TIMA, semuanya memiliki wadah untuk berinteraksi satu sama lain sehingga suasana di baksos kesehatan sangatlah alami. Setiap orang meluangkan waktu untuk datang dan membangun tekad yang sama. Oleh karena itu, hendaknya anggota TIMA terus menggalang anggota baru.

Tidak hanya dokter di RS Tzu Chi, kita juga dapat mengajak para dokter dari klinik setempat untuk membangun tekad yang sama dengan kita. Sesungguhnya, ketika melihat penderitaan orang lain, kita akan dapat membangkitkan cinta kasih. Hendaknya dokter bersungguh hati ketika bertemu dengan pasien.

Belakangan ini, saya selalu berkata bahwa hendaknya kita berpegang teguh pada tekad dan menjalankan kebenaran. Begitu pula dengan diri saya sendiri. Saya berpegang teguh pada tekad hingga menjadi bhiksuni. Saya akan terus mempelajari ajaran Buddha tanpa henti dan mempraktikkannya untuk mencintai semua makhluk hidup. Inilah tekad dan ikrar saya.

Saya harus terus berpegang teguh pada tekad ini. Hal ini juga berlaku bagi para dokter dan perawat. Oleh karena telah bertekad dan berikrar untuk menjadi dokter dan perawat, mereka harus berpegang teguh pada tekad untuk melindungi pasien.

Penderitaan pasien adalah penderitaan bagi dokter. Ketika pasien datang menemui dokter, dokter tahu bagaimana penderitaan pasien tersebut. Jika dokter tidak mengerti rasa sakit pasien, pasien akan makin menderita. Rasa sakit pada tubuh mereka membuat mereka tidak dapat mengungkapkannya dengan jelas dan tidak ada orang yang dapat memahaminya, baik secara fisik maupun mental.

Saya sering berkata bahwa usia tua membawa penderitaan. Ketika orang menjadi tua, mereka akan kehilangan motivasi dan kehilangan rasa berharga pada dirinya. Seorang lansia akan merasa kehilangan banyak hal. Banyak orang yang hidup dalam kondisi seperti ini. Hanya dokter dan perawatlah yang dapat mengerti rasa sakit yang ada pada tubuh mereka dan membantu mengobatinya.

Terlebih lagi, ketika mereka menemui dokter dan perawat, mereka akan merasa lebih lega dan menjadi lebih tenang. Inilah cara dokter memberikan kenyamanan pada pasien. Bagi pasien, dibutuhkan jalinan jodoh yang baik untuk dapat bertemu dengan dokter yang baik. Bertemu dengan dokter yang baik adalah berkah bagi pasien. Dalam situasi ini, dokter berinteraksi dengan pasien dengan penuh cinta kasih dan perhatian. Asalkan bertemu dengan dokter, penyakit pasien sudah setengah terobati.

Banyak orang berkata, “Ketika bertemu dengan dokter, saya merasa lebih baik. Obat yang saya minum sangat efektif.” Inilah yang disebut bertemu dengan dokter yang baik adalah berkah bagi seorang pasien. Jadi, pengobatan adalah hal yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Dokter dan perawat yang baik harus memiliki potensi kebajikan, bukan hanya keterampilan karena keterampilan dapat dipelajari. Potensi kebajikan dapat menciptakan dokter yang baik. Mereka tidak hanya mengobati penyakit pasien, tetapi juga dapat memahami kondisi kesulitan keluarga pasien. Kemudian, tim medis dapat bekerja sama dengan tim misi amal untuk mencurahkan perhatian kepada keluarga pasien. Begitulah kekuatan cinta kasih.

Setelah memikirkan dan melihat penderitaan, kita bertindak untuk membawa bantuan. Sebaliknya, jika setelah melihat penderitaan kita tidak mengambil tindakan apa pun, pasien akan terus menderita. Jadi, setiap orang sangat menantikan baksos kesehatan yang kita adakan. Dalam baksos kesehatan, saya melihat bahwa setiap relawan membantu para lansia untuk menyiapkan hal-hal yang mereka butuhkan. Begitulah cinta kasih tulus yang sangat menyentuh.

Dokter dan perawat yang baik terjun ke pedesaan
Mengobati dan melenyapkan penderitaan dengan cinta kasih
Berpegang teguh pada tekad dan mempraktikkan ikrar
Memandang pasien sebagai keluarga welas asih