“Di sebelah kiri saya adalah mantan narapidana. Saat pertama kali saya bertemu dengan Chen Jun-hong di Danau Chengcing, dia sifatnya sangat keras dan pemarah. Berkat pendampingan terus-menerus, dia terinspirasi hingga dilantik menjadi relawan. Saat ini, dia memiliki sifat penuh welas asih,” kata Guo Bo-fu relawan Tzu Chi.
“Saya pernah berikrar kepada Master bahwa saya ingin merawat orang lain. Saya ingat bahwa Master sering mengingatkan kita untuk tidak melupakan tekad awal, tahun itu, hal itu, dan orang-orang saat itu. Jadi, saat merawat orang-orang sakit, saya melakukan hal yang Master katakan, yaitu harus memperlakukan mereka sebagai keluarga sendiri. Meski pemahaman setiap orang berbeda-beda, tetapi saya akan selalu mengingat apa yang Master katakan di dalam hati,” kata Chen Jun-hong relawan Tzu Chi.
“Saya sangat berterima kasih atas dukungan dari relawan sekalian yang telah memperkenalkan saya kepada orang-orang yang harus saya rawat. Jadi, dapat berada di hadapan Master saat ini, saya ingin berkata bahwa Master janganlah khawatir. Ikrar dan tekad awal saya tidak akan pernah berubah,” pungkas Chen Jun-hong.
Saya sering berkata bahwa melatih diri memerlukan metode. Metode itu ada pada apa yang telah kalian bagikan. Metode ini mencakup pendidikan. Tidak peduli apakah seseorang adalah mantan narapidana, Buddha telah berkata bahwa semua orang pada dasarnya memiliki hakikat kebuddhaan. Namun, ketika orang tersebut kurang hati-hati sesaat dalam merespons jalinan jodoh, dia dapat berjalan menyimpang. Meskipun demikian, jalinan jodoh berkah dapat membuatnya berubah. Dengan cinta kasih dan semangat dari semuanya, seorang narapidana pun dapat menjadi Bodhisatwa.
Saya selalu mendengarkan laporan kalian yang seperti ini. Dalam hidup ini, tidak sulit untuk menjadi Bodhisatwa. Yang harus dihadapi oleh Bodhisatwa ialah makhluk awam. Sebagai makhluk awam yang berada di lingkungan yang rumit, sedikit penyimpangan dapat membentuk kebiasaan buruk. Ketika kebiasaan buruk ini melekat, satu langkah saja salah, langkah demi langkah berikutnya akan salah. Namun, setiap orang pada dasarnya memiliki sifat hakiki yang bajik. Dengan adanya jalinan jodoh, seseorang dapat berubah dan melakukan kebajikan yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain.
Saya mendengar kisah-kisah seperti ini selama beberapa hari. Saya sangat berterima kasih. Dengan adanya jalinan jodoh ini, hendaknya semuanya bersumbangsih tanpa pamrih; dengan adanya jalinan jodoh ini, hendaknya semuanya bertutur kata baik dan saling membagikan kisah hidup. Bagikanlah kesalahan apa yang pernah kita buat dan jalinan jodoh apa yang membuat kita berubah. Inilah saatnya kita untuk menginspirasi orang lain. Inilah yang disebut menggalang Bodhisatwa.
Saya sering memberi tahu semuanya untuk dapat membangun tekad. Jika kita pernah salah melangkah di masa lalu dan telah berada di jalan yang benar saat ini, hendaknya kita berbagi kepada orang lain tentang bagaimana kita pernah tersesat dan bagaimana jalinan jodoh membawa kita kembali. Langkah yang benar dapat membawa setiap orang ke arah yang benar pula.
Di Kaohsiung, relawan mengadakan olahraga bersama di Danau Chengcing. Di sini, kita memiliki banyak kesempatan untuk menyebarkan Dharma. Setiap orang, baik pengusaha, petani, maupun pedagang, semuanya memiliki cara komunikasi yang berbeda-beda. Jadi, yang membuat Kaohsiung istimewa ialah insan Tzu Chi di sini berasal dari berbagai lapisan masyarakat dan semuanya berhimpun menjadi satu.
Ketika berada di Danau Chengcing, relawan akan mengajar sesuai kondisi. Inilah hal dan metode yang baik dalam mewujudkan keharmonisan masyarakat. Berkat upaya relawan Tzu Chi, masyarakat ini akan menjadi harmonis. Ketika duduk di tempat ini, bukankah kita merasakan energi yang harmonis? Siapa pun yang tengah berbicara, kita akan mendengarkan dengan baik. Begitu pula, saya mendengarkan kalian dengan sepenuh hati. Saat mendengarkan, saya tidak akan bersuara. Ini menunjukkan keseriusan saya.
“Pusat Pembelajaran Zhi Xuan telah berdiri selama 15 tahun. Saat pusat pembelajaran ini didirikan, Kakak Du menyemangati kami dan berkata, ‘Jika ingin Pusat Pembelajaran Zhi Xuan berkembang, kalian harus membentuk sebuah tim.’ Beliau memberi tahu bahwa pengoperasian pusat pembelajaran masyarakat adalah tanggung jawab insan Tzu Chi Kaohsiung, yakni untuk menggalang banyak Bodhisatwa. Kami telah melakukannya. Kami melihat sangat banyak siswa yang tidak pernah mengenal Tzu Chi, tetapi ketika masuk ke Aula Jing Si, mereka memberi hormat kepada Buddha. Kami sangat bersyukur dan terharu,” kata Zeng Min-jia relawan Tzu Chi.
“Setiap orang memiliki agama yang berbeda-beda, tetapi ketika masuk ke Aula Jing Si, mereka secara inisiatif memberi hormat kepada Buddha. Selain itu, ada pula banyak orang tua yang membagikan kisah anak mereka setelah belajar di tempat kami, ‘Dahulu, anak saya sangat nakal di rumah, sering berlarian dan suaranya keras.’ Setelah belajar di Pusat Pembelajaran Zhi Xuan, anak-anak itu menjadi lebih sopan dan dapat berbicara dengan lembut. Orang tua mereka penasaran bagaimana anak mereka dapat berbicara dengan lembut,” lanjut Zeng Min-jia.
“Sesungguhnya, di kelas kami, semua orang harus berbicara dengan lembut dan dengan volume suara yang kecil. Baik anak-anak maupun orang tua, semuanya sangat senang dengan Pusat Pembelajaran Zhi Xuan,” pungkas Zeng Min-jia.
Saya sangat kagum terhadap kalian. Tanpa adanya jalinan jodoh ini, saya tidak mungkin memiliki murid yang sangat banyak. Terlebih lagi, kalian sangat baik. Mereka yang dahulu hidup menyimpang, saat ini telah berubah hingga memiliki kesabaran dan kekuatan. Menginspirasi 1 orang tidaklah mudah. Dibutuhkan kesabaran untuk dapat mendampingi seseorang dan berinteraksi sesuai karakternya sehingga dia dapat terinspirasi dan mengembangkan kebiasaan baik.
Saya sering berkata bahwa prinsip kebenaran mengandung kesopanan dan kesopanan adalah bagian dari prinsip kebenaran. Seperti yang baru saja kita dengar, ketika masuk ke Aula Jing Si, orang-orang akan memberi hormat kepada Buddha. Beginilah cara lingkungan membimbing manusia. Lingkungan akan secara alami memengaruhi suasana hati kita. Suasana hati yang alami akan membawa kedamaian. Inilah cara kita membimbing orang lain. Dengan demikian, kita dapat menyucikan hati manusia dan membawa semuanya ke arah yang benar sehingga menciptakan energi yang harmonis.
Langit dan bumi memiliki energi, begitu pula dengan sesama manusia. Dengan adanya energi manusia yang harmonis, hati kita secara alami akan merasa tenang. Inilah yang disebut dengan sukacita dalam Dharma. Meski tidak sedang membabarkan Dharma atau mendengarkan Dharma, setiap kata yang terucap dapat menyerap ke dalam hati orang lain. Inilah yang disebut menginspirasi dengan Dharma.
Sesulit apa pun kondisi dunia, tetap ada Dharma untuk menginspirasi orang lain. Olahraga di Danau Chengcing adalah salah satu cara untuk menginspirasi orang lain. Saya merasa senang, bersyukur, dan tersentuh. Hal yang benar, lakukan saja.
Hendaknya kalian bekerja sama untuk menginspirasi orang-orang di masyarakat dengan berdana Dharma. Menginspirasi orang lain tidak selalu dengan uang. Selama kita menunjukkan sikap yang bertata krama, kita telah berbagi Dharma dengan mereka. Dengan demikian, masyarakat akan harmonis. Karier dan bisnis setiap orang juga akan lebih lancar dan mendukung keharmonisan masyarakat.
Melatih diri dengan tekun dan menyadari sifat hakiki
Bertobat dan memperbaiki kesalahan masa lalu
Mengajar sesuai kondisi untuk membangkitkan kebajikan
Menginspirasi orang lain dengan Dharma dan menciptakan keharmonisan