“Pada tanggal 3 Juli 1984, Topan Alex menyebabkan bencana di seluruh wilayah Tainan. Ini merupakan bencana banjir terparah dalam sejarah. Pada saat itu, Kakak Huang Sheng-bi, Kakak Chen Wen-quan, dan Kakak Li Sheng-xiong naik ke pegunungan dan melakukan survei bencana sebanyak 3 kali. Kemudian, mereka melakukan penyaluran bantuan selama 6 hingga 7 hari. Inilah bantuan bencana terbesar pertama yang dilakukan oleh Tzu Chi di Tainan. Kakak Zheng Zong-zhi yang ada di sini, dahulu juga adalah penerima bantuan bencana,” kata Wu Pei-jie relawan Tzu Chi.
“Saat itu, saya berusia sekitar 27 tahun,” kata Zheng Zong-zhi relawan Tzu Chi.
“Di dalam daftar nama penerima bantuan, saya melihat ada nama ayahnya, Zheng Jie-chun. Banyak nama yang saya kenal. Jadi, kami memintanya untuk menunjukkan jalan kepada kami hingga menemukan satu per satu korban bencana,” kata Wen Bao-qin relawan Tzu Chi.
Kalian sungguh-sungguh telah melakukannya dengan tekun. Mendengar tentang Huang Sheng-bi dan lainnya, saya sangat berterima kasih. Seiring bertambahnya waktu, usia saya sudah makin lanjut. Saya merasa saya perlu untuk melatih pikiran dengan mengingat masa lalu. Ketika mengingat masa lalu, rasa syukur kita akan terus terbangkitkan.
Saya selalu berkata bahwa semua orang harus menjaga diri dengan baik. Yang terpenting, saya selalu menyerukan kepada semuanya bahwa ketika tidak ada hal yang kita lakukan, hendaknya kita menenangkan diri dan menginventarisasi kehidupan. Pikirkanlah latar belakang kehidupan kita, apa saja yang telah kita lewati, dan budi luhur orang lain terhadap kita.
Kisah yang penuh syukur dan cinta kasih hendaknya kita catat dan rapikan. Jika kita masih memiliki kebencian terhadap seseorang, saya selalu berkata bahwa kita harus menyucikan hati dan pikiran untuk melenyapkan segala noda dan kegelapan batin yang terus melekat sehingga kita dapat membangun kembali cinta kasih kita terhadap sesama. Oleh karena itu, hendaknya kita mengingat masa lalu dengan baik serta menyucikan kesadaran pikiran kita. Saya melihat beberapa relawan cilik dan muda. Saya mendoakan semuanya.
“Setelah berpartisipasi dalam doa malam secara daring, saya sangat menyukai 1 kalimat yang dibagikan oleh bhiksuni Griya Jing Si, ‘Jadikan hidup Anda sebagai sebuah cahaya. Anda tidak akan tahu bahwa akan ada orang yang keluar dari kegelapan berkat cahaya Anda. Kekuatan 1 orang sangatlah kecil. Namun, kekuatan sekelompok orang akan sangat besar’,” kata Yan Wen-zi relawan muda.
“Saya juga berpartisipasi dalam kelas bimbingan di Jiali. Manfaat yang saya peroleh lebih banyak daripada apa yang saya berikan untuk anak-anak. Seperti yang Kakek Guru katakan, kita harus menyadari berkah saat melihat penderitaan dan ketika bersumbangsih, kita harus selalu mengucapkan terima kasih,” lanjut Yan Wen-zi.
“Saya ingin berkata kepada Kakek Guru bahwa saat ini saya masih sangat muda. Saya akan belajar dengan giat dan mengikuti jejak para relawan menjadi kaki dan tangan Kakek Guru untuk membantu orang yang membutuhkan,” pungkas Yan Wen-zi.
Dia benar-benar dipenuhi energi berkah. Dia telah meluangkan waktu untuk pergi bersama-sama para anggota komite Tzu Chi dan Tzu Cheng dalam mencurahkan perhatian. Memang benar, untuk memiliki kehidupan yang bernilai, kita harus menggenggam waktu dan menjaga arah hidup kita agar tetap benar. Saya melihat sekelompok anak muda telah kembali. Jalinan jodoh ini tetap ada.
Sejak mereka kecil hingga saat ini, waktu 10 bahkan 20 tahun lebih telah berlalu. Kini, mereka telah kembali dan jalinan jodoh ini kembali berlanjut. Mereka mengikuti pelatihan dan akan dilantik. Saat berdiri di hadapan saya, semuanya berkata, “Master, Anakmu telah kembali.” Ya, anak saya telah kembali. Saya merasa bahwa nilai kehidupan saya meningkat dan saya tidak menjalani kehidupan dengan sia-sia. Tidak hanya saya, anak-anak yang dahulu masih kecil juga pasti merasakannya.
Relawan terus menginspirasi mereka dari generasi ke generasi sehingga tidak pernah meninggalkan Tzu Chi. Ini bagaikan benih yang ditaburkan di tanah. Benih yang kecil dapat tumbuh menjadi pohon besar. Tzu Chi didirikan di Taiwan. Ketika menyatakan berguru pada guru saya, beliau memberikan pesan enam kata, “Demi ajaran Buddha, demi semua makhluk.” Dengan prinsip inilah saya membangun Tzu Chi hingga saat ini hampir 60 tahun.
Saat ini, Tzu Chi telah memasuki dunia internasional dan membawa bantuan bagi seluruh dunia. Kita telah membantu pembangunan lebih dari 250 sekolah di seluruh dunia dan lebih dari 70 sekolah di Taiwan. Saya merasa bersyukur. Berkat kerja keras relawan senior di Taiwan yang membangun fondasi, kita dapat mengembangkan misi dari Taiwan hingga ke seluruh dunia. Saat ini, hendaknya kita bersama-sama mengerahkan kekuatan untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Bodhisatwa sekalian, betapa pun besarnya suatu masalah, kita dapat menghadapinya dengan menghimpun kekuatan kecil. Janganlah kita meremehkan hal yang kecil. Lihatlah celengan bambu. Ada anak yang membawa celengan ke hadapan saya. Saya merasa bahwa itu hanyalah sebuah celengan, tetapi ketika dipegang, ternyata celengan itu sangat berat. Inilah yang dimaksud dengan tetesan air dapat membentuk sungai dan butiran beras dapat memenuhi bakul.
Terima kasih atas cinta kasih Bodhisatwa sekalian, terutama para siswa taman kanak-kanak kita. Meski usia mereka masih kecil, mereka sangat ingin membantu saya membangun rumah sakit dan menolong orang. Ketika ayah mereka berkata, “Cepatlah makan, nanti Ayah akan berikan uang kepadamu untuk diberikan kepada Kakek Guru,” mereka akan langsung makan. Anak kecil seperti mereka pun mengerti untuk bersumbangsih. Hal ini dimungkinkan oleh jalinan jodoh masa lampau.
Jalinan jodoh ini sungguh tak terbayangkan. Anak kecil pun tahu caranya menciptakan berkah. Jadi, hendaknya kita menginspirasi lebih banyak orang untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Terima kasih.
Mengingat masa lalu dengan hati yang murni dan penuh rasa syukur
Pohon besar bermula dari sebutir benih yang kecil
Menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk adalah tanggung jawab diri sendiri
Membangun ikrar tanpa batas sejak kecil