“Tahun ini, Tzu Chi Indonesia genap berusia 30 tahun. Pada tahun 1993, Ibu Liu Su-mei dan beberapa relawan lainnya mulai menjalankan Tzu Chi Indonesia. Tanpa keberanian Ibu Su-mei untuk memikul tanggung jawab memimpin Tzu Chi Indonesia, tidak akan ada cabang Tzu Chi di Indonesia seperti hari ini. Pada tahun 2002, ketika banjir besar melanda Jakarta, Tzu Chi tanpa henti membagikan makanan dan mengadakan baksos Kesehatan,” kata Chia Wen Yue relawan Tzu Chi.
“Suatu hari, Bapak Eka Tjipta Widjaja mengadakan jamuan makan dengan mengundang seluruh relawan Tzu Chi dan TIMA karena mereka telah bekerja keras. Hari itu, Stephen Huang secara khusus terbang untuk menghadiri acara jamuan tersebut. Bapak Sugianto Kusuma dan Ibu Rebecca Halim pun hadir. Itulah pertama kalinya mereka hadir di acara Tzu Chi. Ketika Pak Eka membahas tentang bagaimana membantu korban bencana, Stephen Huang menyemangatinya dan berharap Pak Eka dapat pergi ke Hualien untuk bertemu Master. Oleh karena itu, Pak Eka, istrinya, dan putranya, Franky O. Widjaja, berangkat ke Taiwan,” lanjut Chia Wen Yue.
“Master berkata kepada Bapak Eka Tjipta Widjaja, ‘Saya ingin meminjam kekuatan Anda untuk menggerakkan para pengusaha Jakarta untuk bersama-sama melakukan pembersihan.’ Setelah kembali ke Jakarta, Bapak Eka Tjipta mengundang Bapak Sugianto Kusuma untuk datang ke kantornya dan berkata, ‘Master ingin kita membersihkan Jakarta bersama-sama. Apakah Anda bersedia?’ Bapak Sugianto Kusuma berkata, ‘Saya bersedia.’ Begitulah pembersihan Kali Angke dan pembangunan Perumahan Cinta Kasih dimulai,” pungkas Chia Wen Yue.

Beliau memegang sekop dan ikut membersihkan lumpur di sepanjang sungai. Melihatnya seperti itu, saya sangat kagum kepadanya. Oleh karena Bapak Eka Tjipta Widjaja sangat menyentuh hati saya, saya selalu ingat dengan Indonesia. Berkat jalinan jodoh yang istimewa ini, relawan Tzu Chi Indonesia senantiasa mengalirkan kekuatan cinta kasih di tengah masyarakat sehingga Indonesia berubah menjadi lebih baik. Hingga saat ini, lebih dari 20 tahun telah berlalu. Tanpa disadari, Indonesia selalu bersinar dan membuat orang takjub. Berkat adanya Bapak Eka Tjipta Widjaja, banyak pengusaha mendukung dan memajukan misi Tzu Chi.

Seseorang harus memiliki karma baik untuk dapat bergabung dengan organisasi amal dan bertemu dengan orang-orang yang baik. Jadi, orang baik akan berkumpul bersama orang baik pula. Dengan demikian, lebih banyak berkah yang akan tercipta bagi dunia dan lebih banyak jalinan jodoh yang terbentuk untuk membantu orang lain.
Mendedikasikan diri untuk membawa manfaat bagi orang lain akan memberi kita kebahagiaan. Kebahagiaan itu adalah kebahagiaan sesungguhnya. Dalam ajaran Buddha, kebahagiaan ini disebut dengan kebahagiaan dalam Dharma. Bagi orang-orang pada umumnya, kebahagiaan sejati itu disebut kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Ini semua terpenuhi ketika kita menciptakan berkah bagi masyarakat. Kalian telah melakukannya. Hendaknya kalian terus melakukannya. Apakah kita akan berhenti sampai di sini? Tidak. Jalan misi amal sangatlah panjang.

Jumlah orang yang banyak menghasilkan kekuatan besar. Terlebih lagi, semuanya berjalan di arah yang benar. Oleh karena itu, Indonesia dapat bersinar dalam waktu yang cepat. Namun, tak dapat dihindari bahwa masih ada orang yang kesulitan di berbagai pelosok daerah. Jadi, kita harus mempercepat langkah kita. Ketika tahu bahwa kita melakukan hal yang benar, kita harus terus berjalan dengan langkah yang besar. Hendaknya kita menggenggam kehidupan saat ini karena tidak ada yang tahu kapan kehidupan ini berakhir. Kita harus menggenggam waktu yang kita lakukan hari ini, esok, dan lusa untuk terus memupuk kebajikan. Ketika bersumbangsih hari demi hari, kita telah menghimpun berkah.
Ajaran Buddha mengatakan bahwa siapa yang menanam, dialah yang akan menuai. Apa pun yang kita lakukan, semuanya akan kembali pada diri kita. Kita yang melakukan, kita pula yang akan memperoleh buahnya. Selama kita bersumbangsih ke arah kebajikan, apa yang kita lakukan sudah benar. Saya berharap Bodhisatwa sekalian memiliki tekad yang tidak pernah berubah. Tidak hanya pada generasi kita saat ini, saya juga berharap kita mewariskan cinta kasih ini sehingga berkah ini akan terus ada di Indonesia.
Indonesia sungguh dipenuhi berkah. Saya mendoakan kalian semua dengan tulus. Saya juga menyerukan kepada semua orang untuk terus bersumbangsih dengan tetes-tetes cinta kasih. Ciptakanlah lebih banyak berkah bagi semua orang yang menderita di dunia.