Dari Empat Misi Tzu Chi, misi pendidikan bertujuan untuk membina insan berbakat bagi masyarakat dan dunia. Jadi, saya berharap para guru kita dapat mengajari dan membimbing murid-murid dengan penuh kesungguhan hati. Angkatan demi angkatan murid telah lulus. Dalam setiap jenjang pendidikan di sekolah kita, kita selalu menanamkan budi pekerti kepada para murid. Hal ini sangat penting untuk masyarakat. Karena itu, saya sering mengatakan bahwa pendidikan adalah sebuah proyek harapan.
Selama lebih dari 30 tahun ini, demi membawa harapan bagi semua orang, selain memberikan pendidikan di sekolah kita sendiri, kita juga membantu pembangunan sekolah lain, baik sekolah dasar, sekolah menengah, maupun perguruan tinggi. Sekolah dasar dan sekolah menengah sangatlah penting.
Pascagempa 21 September 1999, kita telah membangun kembali banyak sekolah dasar dan sekolah menengah. Selama bertahun-tahun hingga kini, kita terus membantu pembangunan kembali sekolah-sekolah yang membutuhkan. Jadi, pendidikan juga merupakan sebuah proyek cinta kasih agung yang harus terus dilakukan.
Kita telah mendidik murid-murid dengan cinta kasih dan saya yakin kita akan terus melanjutkannya hingga masa depan. Lebih dari 30 tahun yang lalu, sekolah kedokteran, akademi keperawatan, serta sekolah dasar dan menengah kita telah dibangun satu per satu. Ketika saya berencana membangun rumah sakit dan sekolah, kita melakukan lebih dari sekadar menggalang donasi.
Para anggota Tzu Cheng dan komite Tzu Chi menganggap ini sebagai misi seumur hidup mereka untuk membimbing semua orang berjalan di Jalan Bodhisatwa. Untuk itu, mereka memperkenalkan Tzu Chi kepada orang-orang yang belum mengenal Tzu Chi, menunjukkan bagaimana cara berjalan di Jalan Bodhisatwa, dan menginspirasi orang-orang melakukan hal yang sama.
Banyak donatur mereka yang terinspirasi menjadi anggota komite dan Tzu Cheng. Kelompok demi kelompok Bodhisatwa bekerja keras untuk menginspirasi orang-orang secara luas. Contohnya, salah satu relawan kita, Lin Sheng-sheng. Beliau mengajak orang-orang di sepanjang jalan untuk berbuat baik. Pada saat itu, saya menamainya “Jalan Bodhisatwa Dunia”.
Untuk menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia, beliau memulainya dari orang-orang di sekitarnya. Beliau mendatangi rumah demi rumah di sepanjang jalan tersebut dan mengimbau mereka untuk berbuat baik. Hal ini sungguh tidak mudah. Singkat kata, memulai langkah pertama untuk membimbing orang lain sungguh tidaklah mudah. Namun, dengan adanya tekad di hati, beliau mengatasi segala kesulitan dan berhasil menginspirasi semua orang di sepanjang jalan tersebut untuk bergabung di Tzu Chi.
Ketika beliau mengajak mereka mengikuti kegiatan Tzu Chi, mereka semua terlihat sangat anggun dengan mengenakan seragam komite Tzu Chi, baik Bazhengdao maupun qipao. Anggota komite mengenakan Bazhengdao untuk mengikuti pertemuan, kelas pelatihan, dan lain-lain, sedangkan qipao untuk acara-acara penting atau pertemuan formal. Dari seragam kita, orang-orang tahu apa yang akan kita lakukan. Para anggota komite mengenakan seragam dengan rapi dan anggota Tzu Cheng mengenakan jas. Sungguh terharu melihat para relawan kita selalu rapi dan tertib.
Bodhisatwa sekalian, rasa syukur saya tak habis diungkapkan. Sebagai relawan senior Tzu Chi, kita memiliki banyak pengalaman. Jadi, kita harus segera mewariskan pengalaman kita kepada generasi muda dengan berbagi cerita tentang bagaimana cara kita bersumbangsih. Inilah cara kita mewariskan silsilah Dharma Jing Si dan menginspirasi semua orang untuk memasuki mazhab Tzu Chi. Kita menginspirasi orang-orang memasuki mazhab Tzu Chi untuk bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih dan beranjali untuk mengucap syukur. Inilah yang disebut pendidikan.
Saya sering mengatakan bahwa kita hendaknya menumbuhkan rasa syukur di dalam hati setiap saat. Jika kita hanya mengucapkan terima kasih, itu seperti bunga yang layu dengan cepat setelah mekar. Kita harus merawat bunga-bunga ini dengan sepenuh hati. Ketika bunga-bunga sudah mekar, kita harus bersyukur karena setiap kuntum bunga dapat tumbuh menjadi buah yang menghasilkan banyak benih. Jadi, kita harus beranjali untuk bersyukur. Kita juga harus menabur benih-benih ini di bumi.
Mari kita membina pikiran dengan sungguh-sungguh dan menggenggam setiap kesempatan untuk menginspirasi orang-orang agar dapat bergabung bersama kita. Dengan menghubungkan ladang batin semua orang, kita dapat menyatukan hati semua orang untuk menabur benih kebajikan bersama-sama. Satu butir benih dapat menghasilkan benih yang tak terhingga jumlahnya. Inilah prinsip kebenaran. Jadikanlah diri sendiri sebagai teladan dengan selalu mengingat semangat saya dan terus menabur benih-benih kebajikan agar makin banyak orang memiliki tekad yang sama untuk menyebarkan kekuatan cinta kasih.
Mendidik para insan berbakat dan menciptakan harapan
Memulai langkah pertama dengan keyakinan, ikrar, dan praktik nyata
Terjun ke masyarakat untuk membimbing semua makhluk secara luas
Mewariskan silsilah Dharma Jing Si hingga masa depan