Kita telah melihat bagaimana relawan Tzu Chi bersumbangsih dengan sungguh-sungguh dan penuh cinta kasih. Dalam menyebarkan cinta kasih di dunia, saya harap kalian sering berinteraksi satu sama lain. Jika kalian menjalankan Tzu Chi seorang diri tanpa berinteraksi satu sama lain, kalian tidak dapat menghimpun kekuatan orang banyak untuk membantu lebih banyak orang yang membutuhkan. Jadi, kalian harus akrab satu sama lain layaknya keluarga. Di Tzu Chi, ini disebut saudara se-Dharma. Tidak peduli tinggal di daerah pegunungan, dataran rendah, atau pedesaan, kalian harus selalu memperhatikan saudara se-Dharma.
Saya berharap kita dapat menjalin jodoh baik. Untuk mencapai kebuddhaan, kita harus menjalin jodoh baik dengan semua orang. Kita harus yakin akan hal ini. Kita mempelajari Dharma bukanlah demi memohon berkah. Sesungguhnya, kita tidak akan dipenuhi berkah dengan memohon saja. Berapa banyak yang kita lakukan, sebanyak itulah yang akan kita terima.
Kita tidak bisa menghapus sebab dan kondisi yang diciptakan di masa lalu. Apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai. Ini berhubungan dengan hukum sebab akibat. Menabur benih berkah akan mendatangkan berkah. Jika menabur benih keburukan, kita pun akan menuai keburukan. Jadi, baik dan buruk dipengaruhi oleh sebab dan kondisi.
Perbuatan kita di masa lalu menentukan kondisi kita sekarang. Harap ingat bahwa kita telah menjalin jodoh baik di masa lampau sehingga sekarang kita dapat bersama-sama menjalankan Tzu Chi dengan sukacita layaknya keluarga.
Saat kita mendukung dan peduli satu sama lain layaknya keluarga, kita juga menciptakan sebab dan kondisi yang membuat kita berjodoh. Jadi, sekarang kita harus menjalin jodoh baik satu sama lain dalam kehidupan ini agar kita tetap bisa bersumbangsih bersama di kehidupan berikutnya.
Setiap hari, saya gembira mendengar laporan tentang hal-hal yang telah kalian lakukan dan saya merasa kita sangat dekat. Ketika insan Tzu Chi melakukan pelatihan diri, apa yang mereka latih? Pelatihan diri bukan hanya bagi seorang monastik. Umat perumah tangga juga harus menumbuhkan kebijaksanaan.
Setiap hari, umat perumah tangga bertemu tetangga, warga desa, dan lain-lain. Kalian dapat berinteraksi dengan banyak orang serta melihat dan mendengar lebih banyak tentang mereka. Kalian juga memiliki lebih banyak pengetahuan tentang masyarakat daripada para monastik. Namun, harap ingat untuk mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Jadi, umat perumah tangga juga harus menumbuhkan kebijaksanaan.
Di tengah masyarakat, kalian bisa melihat dan mendengar banyak hal serta berinteraksi dengan banyak orang. Lewat banyaknya interaksi dengan orang-orang, kita dapat lebih memahami Dharma. Yang lebih berharga ialah bergabung di Tzu Chi. Dengan bergabung di Tzu Chi, kalian dapat berinteraksi dengan banyak orang dan menumbuhkan kebijaksanaan.
Sebelum bergabung dengan Tzu Chi, saat berinteraksi dengan orang lain, kalian mungkin bersikap penuh perhitungan. Itu adalah benih buruk yang ditanam di masa lalu sehingga kini, kalian merasa tidak senang saat berinteraksi dengan orang lain. Namun, setelah bergabung di Tzu Chi, meski tetap memiliki benih karma buruk dari masa lalu, kalian dapat menerapkan Dharma dalam keseharian dan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia.
Benih karma buruk dapat ditransformasi. Dengan bergabung di Tzu Chi, kalian dapat menjadi Bodhisatwa dunia. Kita harus melatih diri di tengah masyarakat. Demikianlah kita membuka hati dan mentransformasi karma buruk menjadi jalinan jodoh baik. Meski pernah mengalami konflik dengan orang lain, tetapi dengan menjalankan Tzu Chi, kalian telah mentransformasi karma buruk menjadi jalinan jodoh baik.
Dengan adanya jalinan jodoh baik, kita dapat menghimpun kekuatan bersama untuk menciptakan berkah. Jika kalian memahami hal ini, kalian dapat mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Saya berharap kita semua dapat melakukannya. Apakah Anda sudah melatih diri saat di Tzu Chi? Ya, Anda sudah melakukannya.
Kalian menumbuhkan kebijaksanaan dengan cara bersumbangsih di tengah masyarakat dengan tulus. Jadi, saya sering memberi tahu para bhiksuni di Griya Jing Si bahwa kita harus menghormati para relawan karena mereka memiliki kebijaksanaan yang luar biasa. Namun, meski para monastik lebih jarang berinteraksi dengan orang-orang, mereka telah mengembangkan kebijaksanaan dengan mempelajari Dharma. Pikiran dan hati mereka sangat tenang bagai air sumur.
Dua hari ini, saya terus berbicara tentang air sumur. Air sumur sangat tenang dan jernih. Tidak peduli berapa banyak air yang diambil, air akan terus terisi hingga ke titik semula dan tidak akan terus naik setelah itu. Ketika air diambil, air di dalam sumur akan terisi kembali, tetapi tidak akan meluap. Ini sama halnya dengan para monastik yang harus bersikap fleksibel. Ketika dibutuhkan, mereka mengulurkan tangan untuk membantu. Kalau tidak, mereka akan melakukan pekerjaan masing-masing. Inilah cara mereka melatih diri.
Sebagai umat perumah tangga, kalian boleh terus berkembang seiring perkembangan masyarakat, selama kalian tetap mempertahankan sifat hakiki yang murni. Kita yang dipenuhi berkah harus bersumbangsih. Kita tidak perlu khawatir sumbangsih kita membuat apa yang kita miliki berkurang. Semuanya akan tetap sama, seperti air sumur.
Dengan adanya jalinan jodoh, kalian dapat bersumbangsih di tengah masyarakat bagi orang-orang yang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan. Ketika menjalankan usaha, kita harus menghitung berapa modal dan penghasilan kita. Ini membuat kita menjadi perhitungan. Namun, jika kita bertekad untuk bersumbangsih, sumbangsih kita akan tidak terbatas, bagai air sumur.
Saya berharap seluruh insan Tzu Chi dapat menjaga citra Tzu Chi di masyarakat dengan bersumbangsih tanpa pamrih. Buddha mengajari kita bahwa orang yang mempraktikkan ajaran Buddha tidak akan miskin. Lakukan saja hal yang benar tanpa mengharapkan imbalan. Kita harus bertanya kepada diri sendiri, “Apakah saya telah bersumbangsih?” Setiap berkah yang diciptakan akan kembali pada kita. Hendaknya kita mengingat hal ini.
Bodhisatwa sekalian, mari meneruskan kekuatan cinta kasih. Saya berharap kita semua tetap tekun melatih diri dan tidak menyia-nyiakan waktu.
Terjun langsung ke masyarakat dan mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan
Memahami hukum sebab akibat serta melenyapkan kemelekatan
Membantu dan membimbing semua makhluk hidup serta mengecilkan ego
Tekun bersumbangsih dan meneruskan cinta kasih