“Jika bagian kaki dinaikkan, peredaran darah di kaki akan lebih baik dan edema dapat dicegah. Bagian kaki juga dapat diturunkan hingga seperti duduk di kursi. Jika ingin duduk dan menaikkan bagian punggung, angkatlah kaki terlebih dahulu agar tidak tergelincir,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.
“Relawan Tzu Chi mengantarkan ranjang elektrik ini sehingga ayah saya dapat naik atau turun ranjang dengan lebih mudah. Selain itu, beliau dapat menyesuaikan posisinya sendiri,” kata Zhang Hong-ren Keluarga pasien.
“Relawan Tzu Chi benar-benar muncul di setiap tempat mereka dibutuhkan. Berhubung memahami kebutuhan kami, maka mereka bersedia bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga demi ayah mertua saya. Saya mewakili ayah mertua saya berterima kasih pada mereka,” kata Chen Bi-xue Keluarga pasien.
Saya sering menyaksikan siaran tentang alat bantu kita di Da Ai TV. Saya selalu sangat bersyukur. Kita bisa melihat dari wilayah utara, seperti Keelung, wilayah tengah, hingga wilayah selatan, seperti Pingtung, relawan kita mendaur ulang alat bantu.
Para relawan kita membersihkan dan memperbaiki alat bantu dengan teliti. Saat ada yang membutuhkan, kita pun mengantarkannya ke rumah mereka. Ini sungguh menyentuh. Adakalanya, alat bantu harus diangkat ke lantai atas. Di sebagian wilayah seperti Keelung, relawan kita harus mengangkat alat bantu sambil menanjak.
Dahulu, saat melakukan survei kasus, saya sering berkunjung ke sana. Karena itu, saya tahu bahwa di wilayah seperti Keelung, relawan kita harus menanjak selangkah demi selangkah. Para relawan kita juga mengumpulkan alat bantu dari pegunungan. Setelah diperbaiki dan dibersihkan, alat-alat bantu itu terlihat seperti baru lagi. Di mana pun orang yang membutuhkan berada, relawan kita akan mengantarkan alat bantu padanya.
“Mengumpulkan dan mengantarkan alat bantu adalah pekerjaan yang cukup berat. Berhubung dapat memahami penderitaan pasien, kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengantarkan alat bantu ke tangan pasien,” kata Fang Qi-hui relawan Tzu Chi.
“Saat pandemi Covid-19 merebak, pemerintah memberlakukan berbagai pembatasan dan kantor pusat Tzu Chi juga mengingatkan para relawan di berbagai wilayah agar menghentikan pengumpulan dan pengiriman alat bantu untuk sementara. Namun, mengetahui bahwa ada pasien yang membutuhkan, kami tetap berusaha untuk mengantarkan alat bantu. Akhirnya, kami mengenakan alat pelindung diri untuk mengumpulkan dan mengantarkan alat bantu. Dalam berbagai pengiriman yang kami lakukan, terdapat kisah yang penuh kehangatan,” lanjut Fang Qi-hui.
“Suatu malam, ada yang meminta kami untuk segera mengantarkan sebuah ranjang karena ayahnya akan pulang ke rumah. Saat itu juga, kami langsung mengantarkannya. Keesokan subuhnya, dia menghubungi kami dan berkata bahwa ayahnya telah meninggal dunia sekitar pukul 2 dini hari. Kami sangat gembira dapat melayani beliau pada akhir hayatnya. Karena itu, keluarganya yang semula sudah mundur berjanji untuk kembali menjadi donatur kita,” pungkas Fang Qi-hui.
Kita mendengar bahwa relawan kita di Hsinchu bukan hanya mengantarkan alat bantu, tetapi juga memperhatikan penerima bantuan. Jika penerima bantuan adalah warga lansia sebatang kara ataupun memiliki keturunan yang merupakan penyandang disabilitas, kita akan merawat mereka semua. Ini sungguh tidak mudah, tetapi relawan kita telah melakukannya.
“Suatu kali, saat kami mengantarkan alat bantu ke rumah penerima bantuan dan menghubungi putrinya, putrinya berkata bahwa dia tidak ada di rumah. Hanya sang ibu yang ada di rumah. Kami meminta izin pada putrinya untuk masuk dan putrinya mengizinkan kami untuk meletakkan alat bantu di samping ranjang kayu sang ibu. Saat saya bertanya apakah dia sudah makan siang, sang ibu menjawab bahwa dia belum makan,” kata Fang Qi-hui relawan Tzu Chi.
“Saya dan dua relawan laki-laki lainnya tidak tahu bagaimana menyeduh susu untuknya. Kami lalu bertanya padanya, ‘Bibi, berapa sendok susu bubuk dan sereal yang harus kami masukkan?’ Lalu, kami menyeduh sesuai petunjuknya. Setelah itu, salah seorang relawan membantunya duduk dan relawan lainnya menyuapinya. Saya yakin, insan Tzu Chi mana pun yang melihat kondisi seperti ini pasti akan melakukan hal yang sama dengan kami. Ini adalah misi kita,” pungkas kata Fang Qi-hui relawan Tzu Chi.
Relawan laki-laki kita memiliki kelembutan kasih sayang. Mereka dapat mengangkat barang yang berat, juga dapat menyeduh susu dan menyuapi ibu tersebut. Ini sangat menyentuh. Mereka sungguh merupakan Bodhisatwa yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Relawan kita bersedia bersumbangsih dan mengatasi berbagai kesulitan. Asalkan ada yang membutuhkan, relawan kita dapat mencurahkan perhatian dengan lembut, juga dapat melakukan pekerjaan berat.
Para relawan kita menciptakan berkah sekaligus mengembangkan kebijaksanaan. Ada pula suami istri yang melatih diri bersama sebagai Bodhisatwa dunia. Pikirkanlah tentang Tzu Chi dan zaman Buddha. Buddha datang ke dunia demi satu tujuan mulia. Apakah itu? Mengajarkan praktik Bodhisatwa. Jadi, relawan perempuan bisa mengemban tanggung jawab relawan laki-laki, relawan laki-laki pun bisa mengemban tanggung jawab relawan perempuan. Saya sangat tersentuh.
Lihatlah barang-barang di hadapan saya. Relawan kita telah mengubah sampah menjadi hasil kerajinan tangan yang unik, lucu, dan hidup. Contohnya hasil kerajinan tangan dari sedotan yang dapat digerakkan. Ini sungguh tidak mudah.
“Yang paling menggembirakan ialah Master membuka sanggar kerajinan tangan ini sehingga ada sesuatu yang bisa kami lakukan. Para relawan di sini sangat terampil. Hasil kerajinan tangan kami sangat indah dan berguna. Kami juga menggunakannya untuk menjalin jodoh dengan orang-orang, menyebarkan Dharma, dan membawa manfaat bagi sesama. Selain itu, kami juga dapat memiliki tubuh yang sehat,” kata Chen Xue-rui relawan Tzu Chi.
“Hari ini, saya ingin memamerkan sebagian hasil kerajinan tangan saya kepada Master. Saya memanfaatkan barang di depo daur ulang kita untuk membuat hiasan dan mainan anak-anak. Mainan-mainan ini membawa sukacita bagi anak-anak. Ini adalah ulat bulu yang terbuat dari sedotan. Ada seorang relawan yang bersumbangsih di RS Tzu Chi. Dia bertanggung jawab memperhatikan anak pengidap kanker. Sebelum pergi ke rumah sakit, dia selalu meminta saya membuat beberapa ekor ulat bulu untuknya agar dia dapat membagikannya kepada para pasien anak,” lanjut Chen Xue-rui.
“Suatu hari, dia menghubungi saya pada siang hari dan berkata, “Kakak Xue-rui, ayah seorang pasien anak meminta saya untuk memberitahumu bahwa ulat bulu buatanmu telah membuat wajah anaknya dihiasi senyuman,” pungkas Chen Xue-rui.
Lihatlah betapa terampilnya tangan para relawan kita. Saya sungguh sangat bersyukur. Pikiran dan gerakan kaum lansia mungkin agak lamban. Namun, jika berfokus membuat kerajinan tangan, mereka bisa lebih sering melatih tangan dan otak mereka. Dengan demikian, kerisauan mereka akan berkurang dan mereka akan merasa bahagia.
Dengan memainkan hasil-hasil kerajinan tangan ini saja, saya sudah merasa sangat bahagia. Jika bisa membuatnya, saya pasti akan lebih sukacita. Kalian telah melakukannya. Kalian bisa membuat berbagai jenis kerajinan tangan. Saya sungguh sangat bersyukur.
Teknologi di Hsinchu memang sangat maju. Para relawan di Hsinchu juga bisa menghasilkan kerajinan tangan yang sangat indah. Saya bersyukur setiap kali saya berkunjung ke Hsinchu, selalu ada banyak hal yang bisa saya pelajari. Saya sangat bersyukur.
Orang yang didera penyakit dan penderitaan tidak memiliki sandaran
Relawan laki-laki memenuhi kebutuhan orang-orang dengan kelembutan kasih sayang
Keterampilan tangan relawan lansia mengubah barang tak berguna menjadi berguna
Menciptakan berkah dengan sukacita bermanfaat bagi kesehatan pikiran dan otak