“Saya sangat berterima kasih kepada Master. Berkat Master, saya bisa menjalankan Tzu Chi. Dahulu, saya memiliki tabiat buruk. Saya sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain, bersikap perhitungan, dan suka membeli barang-barang mewah. Saya sudah bergabung di Tzu Chi selama 20 tahun. Dahulu, saya membeli banyak perhiasan emas. Mengetahui Master akan membangun rumah sakit, saya langsung menjual semuanya dan mendonasikan hasil penjualannya,” kata Ye Cui-xia relawan Tzu Chi.

“Lima generasi keluarga saya sudah menjadi donatur Tzu Chi, dari generasi ibu saya, saya, anak saya, cucu saya, dan cicit saya. Saya akan menulis surat wasiat agar keturunan saya berdonasi kepada Tzu Chi dari generasi ke generasi,” pungkas Ye Cui-xia relawan Tzu Chi.

Betapa dalamnya cinta kasih para insan Tzu Chi. Para insan Tzu Chi memiliki jalinan jodoh dengan saya. Para relawan senior bersumbangsih dengan tenaga dan materi. Mereka semua bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih sehingga memperoleh ketenangan dan sukacita. Cinta kasih mereka tidak pernah terputus. Mereka telah memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih agung selama puluhan tahun. Mereka sudah lanjut usia dan banyak dari mereka telah meninggal dunia. Ini adalah bagian dari hukum alam.

Saya menerima kabar bahwa dua Bodhisatwa senior yang penuh dedikasi telah meninggal dunia dengan damai. Salah satunya, Wu Tian-chi, relawan Tzu Chi Kaohsiung. Ketika saya mengunjungi Kaohsiung sebelum Tahun Baru Imlek, dia duduk di samping saya dan mengatakan kepada saya bahwa dia sedang tidak sehat.


“Ada sedikit penumpukan cairan di paru-paru,”
 kata Wu Tian-chi relawan Tzu Chi.

Edema paru.

“Cairannya sudah dikeluarkan dan saya merasa lebih baik. Sekarang sudah tidak ada masalah,” lanjut Wu Tian-chi relawan Tzu Chi.

Tidak apa-apa. Saya mendoakan Anda.

Terima kasih, Master,” pungkas Wu Tian-chi relawan Tzu Chi.

“Setelah diperiksa di RS Tzu Chi Dalin, dia menderita gagal jantung kronis. Selama dua hari ini, dia tidak minum obat sehingga terjadi penumpukan cairan di paru-paru dan dia sulit bernapas. Saya memintanya untuk segera pulang dan minum obat,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.

Anda harus minum obat. Saya juga minum obat setiap hari. Saya mendoakanmu.

Dia telah menjalankan Tzu Chi dan bersumbangsih hampir seumur hidupnya. Dia selalu berdonasi untuk mendukung misi-misi kita. Berhubung saya sering berkata bahwa kita akan menuai apa yang kita tabur, maka dia sangat murah hati dan selalu bersumbangsih.

Dia meninggal dunia dengan damai saat sedang tidur. Saya mengatakan bahwa saya turut gembira karena dia benar-benar dipenuhi berkah. Dia meninggal dunia dengan damai tanpa mengalami banyak penderitaan. Inilah berkah.

Relawan lainnya, yaitu Ye Cui-xia. Saat di Xiamen, dia memberikan dukungan besar kepada saya untuk membangun rumah sakit di Hualien. Pada saat itu, ada banyak cerita tentang bagaimana dia menggalang dana dengan gigih. Tidak peduli nilainya, dia menghargai tetes demi tetes donasi yang dihimpun.

Dia juga menyayangi semua orang di sana dan menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Semua ini dilakukan semata-mata untuk menjalankan misi Tzu Chi dan membimbing semua makhluk. Dia juga meninggal dunia dengan damai. Kedua murid saya ini telah menjalankan Tzu Chi hampir seumur hidupnya dan menginspirasi banyak orang untuk bersumbangsih.

Banyak insan Tzu Chi telah menjadi saksi atas apa yang telah mereka lakukan. Saya memuji mereka berdasarkan sumbangsih mereka yang telah benar-benar dilakukan. Pujian untuk mereka sungguh tidak habis untuk diucapkan. Dedikasi mereka dalam menjalankan Tzu Chi benar-benar patut dikagumi dan disyukuri.

Meski mereka sudah meninggal, tetapi saya yakin bahwa mereka telah kembali ke dunia ini lagi dengan sukacita. Mereka pasti telah terlahir di sebuah keluarga dan tersenyum pada orang-orang yang ditemui. Mereka yang dipenuhi sukacita dalam Dharma pasti terlahir dalam keluarga Bodhisatwa. Dengan sungguh-sungguh menyerap Dharma ke dalam hati, mereka dapat membentangkan Jalan Bodhisatwa dalam keluarga mereka. Saya sangat berterima kasih kepada mereka yang telah mengembangkan nilai kehidupan dengan baik. Mereka benar-benar patut dipuji. Mereka berdua sudah meninggal dunia dan menyumbangkan tubuh mereka kepada Universitas Tzu Chi. Inilah cara mereka mengajarkan Jalan Bodhisatwa.

Melalui tubuh mereka, murid-murid kita yang akan menjadi dokter kelak dapat mempelajari lebih dalam tentang organ manusia dan bagaimana melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa. Dengan cara ini, mereka dapat memperoleh pemahaman menyeluruh tentang bagaimana tubuh manusia bekerja. Kedua relawan ini benar-benar berkontribusi besar dalam pendidikan kedokteran.

Mereka bersumbangsih hingga akhir hayat mereka, bahkan memanfaatkan tubuh mereka hingga semaksimal mungkin. Mereka telah membalas budi orang tua, memupuk pahala bagi diri sendiri, dan membawa sukacita Dharma ke dalam keluarga mereka saat ini. “Kehidupan kalian sungguh bernilai.” Inilah yang saya katakan kepada mereka. Mari kita mendoakan mereka. Kita bisa tenang. Sungguh, kita bisa merasa tenang. Saya sangat berterima kasih kepada Bodhisatwa sekalian.

Kita harus menggenggam setiap kesempatan dan memanfaatkan kehidupan kita untuk menciptakan lebih banyak berkah bagi dunia. Lihatlah, bagaimana para relawan menolong para korban bencana dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin.

Untuk membantu para korban gempa Turki, selain memberikan bantuan darurat, kita juga harus membantu mereka membangun kembali tempat tinggal dan memberikan bantuan lanjutan. Ketika terjadi bencana besar, kita harus menyalurkan banyak bantuan. Dengan menghimpun tetes demi tetes cinta kasih setiap harinya, kita baru bisa memberikan bantuan dengan tepat waktu. Jadi, kita harus memiliki keyakinan, ikrar, dan praktik nyata.

Kita harus memiliki keyakinan terhadap ajaran Buddha. Buddha mengajari kita untuk bersumbangsih dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Jadi, kita harus percaya pada kata-kata Buddha bahwa dunia ini dipenuhi ketidakkekalan, penderitaan, dan kekosongan. Untuk itu, kita harus mengambil tindakan nyata dengan menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia.

Bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih akan memperoleh sukacita
Dharma Guru dan murid memiliki kesatuan hati dan menjalin jodoh baik
Meninggal dunia dengan damai dan datang lagi ke dunia dengan sukacita
Menolong semua makhluk dengan keyakinan, ikrar, dan praktik nyata