Kemarin, kita telah menyelesaikan Pemberkahan Akhir Tahun 2022 di Aula Jing Si dengan total keseluruhan 33 sesi. Acara kemarin disiarkan ke seluruh dunia dengan total peserta hampir 200 ribu orang yang mengikuti Pemberkahan Akhir Tahun secara daring. Insan Tzu Chi tersebar di seluruh dunia. Saya sungguh bersyukur karena ada begitu banyak insan Tzu Chi yang mewujudkan misi Tzu Chi. Saya sungguh tersentuh. Acara kemarin sungguh agung.

Ada satu orang yang sungguh-sungguh membuat saya merasa senang, sukacita, dan tersentuh, yaitu seorang insan Tzu Chi cilik. Saat mementaskan adaptasi Sutra, gerakannya yang mantap dan konsentrasinya sungguh membuat saya tersentuh dan membuat orang lain merasa sukacita. Saya melihat harapan untuk masa depan. Saya berharap bahwa ketika dewasa nanti, hati anak ini tidak berubah dan akan tetap sama sepanjang hidupnya.

Selama pementasan adaptasi Sutra, dia begitu tenang dan tertib. Dia menunjukkan kebiasaannya yang menjalankan Dharma dalam keseharian. Saya sungguh tersentuh. Selain melihat harapan masa depan, ini juga membuktikan apa yang dikatakan Buddha bahwa hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan dan semua orang pada dasarnya memiliki hakikat kebuddhaan tanpa memandang perbedaan usia. Sungguh, sifat hakiki semua orang adalah dewasa. Saya melihatnya dalam diri anak ini. Oleh karena itu, saya sering mengatakan bahwa janganlah kita meremehkan anak yang berusia muda dan menganggapnya belum memahami Dharma.

Hendaklah kita menghormati yang muda dan tua. Hakikat kebuddhaan setiap orang tetaplah setara. Begitu pula dengan anak kecil laki-laki ini. Sesungguhnya, beberapa hari ini, ada beberapa orang yang selalu muncul dalam pikiran saya. Salah satunya adalah Dokter Tanaka. Beliau adalah seorang dokter dan murid saya. Beliau berguru pada saya di usia 101 tahun dan secara konsisten mengikuti TIMA untuk mendaki gunung dan pergi ke pedesaan.

“Pengalaman saya dalam bidang kedokteran sungguh banyak, tetapi saya tidak pernah melayani. Jika tidak melayani, waktu saya akan berlalu sia-sia karena saya hanya berdiam diri di rumah. Sungguh disayangkan. Saya sungguh senang dapat mendedikasikan diri,” kata Dokter Tanaka relawan Tzu Chi.

“Berapa usia Anda?” tanya Dokter Tanaka relawan Tzu Chi.

“Delapan puluh tahun.” Jawab salah satu pasien.

“Delapan puluh? Anda masih sangat muda,” ucap Dokter Tanaka relawan Tzu Chi.

“Anda berusia 92 tahun. Dia lebih tua 9 tahun dari Anda,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.

“Benarkah? Bagaimana bisa begitu sehat?” tanya salah seorang pasien lainnya.

“Benar. Anda harus panggil dia ‘kakak’,” jawab relawan Tzu Chi.

“Dia terlihat sangat muda,” kata pasien.

Saat ini, mengikuti hukum alam, beliau telah berusia 105 tahun. Enam hari yang lalu, beliau telah meninggal dunia dan tubuhnya diantarkan kembali ke Hualien. Sesuai dengan harapannya, beliau ingin menyumbangkan tubuhnya untuk mahasiswa kedokteran di masa depan.

“Saya adalah insan Tzu Chi. Agar Tzu Chi dapat melatih generasi muda menjadi dokter yang baik, saya memutuskan untuk menyumbangkan tubuh saya,” kata Dokter Tanaka relawan Tzu Chi.

Dokter Tanaka telah meninggal dunia. Meski beliau telah pergi, tubuhnya kembali ke Hualien. Beliau mengajar dengan tubuhnya. Beliau adalah seorang teladan yang dapat membuat para mahasiswa merasakan semangatnya. Beliau bahkan membawa manfaat bagi dunia melalui tubuhnya. Semangatnya sungguh terpuji.

Saat kita menginventarisasi sejarah kehidupannya, kehidupannya sungguh bernilai. Beliau telah menjadi dokter selama puluhan tahun untuk melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih. Beliau telah menjalankannya. Untuk menjadi murid saya, seseorang haruslah rajin dan beliau telah melakukannya. Saya merasa kehilangan atas kepergiannya. Namun, saya yakin bahwa dia akan kembali lagi.

Mungkin beberapa bulan kemudian, akan ada orang yang menggendongnya datang ke sini. Tubuhnya akan digunakan oleh mahasiswa kedokteran untuk belajar. Beliau mungkin akan memperoleh tubuh yang baru dan datang pada saya lagi. Beliau akan tumbuh dalam keluarga Tzu Chi dan menjadi Bodhisatwa cilik.

Kemarin, saya melihat seorang Bodhisatwa cilik bernama Cheng Zhi. Kemarin, dia telah dilantik menjadi komisaris kehormatan. Saya sungguh senang karena para relawan yang baru dilantik menunjukkan tekad yang teguh. Yang membuat saya dipenuhi rasa sukacita dalam Dharma ialah hati anak ini. Dia memiliki kekuatan cinta kasih yang sungguh-sungguh.

Lihatlah, saat kartu namanya miring dan saya menyesuaikannya, dia tetap melanjutkan gerakannya dan tidak terpengaruh oleh saya. Jika tidak memiliki tekad dan hati yang murni, dia tidak akan bisa begitu tenang. Ini sungguh patut dipuji.

Bodhisatwa sekalian, hendaklah kita belajar dari anak ini untuk kembali kepada hati dan kebijaksanaan Buddha. Hendaklah kita membawa manfaat bagi tanah kelahiran Buddha. Apa yang harus kita usahakan sekarang ialah kembali pada hakikat kebuddhaan kita, yaitu hakikat kebijaksanaan kita. Hendaklah kita meneladan anak ini.

Mengembangkan kemurnian dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Mengingat hakikat kebuddhaan yang setara dan meneladan Bodhisatwa Sadaparibhuta
Melenyapkan penderitaan dengan menjadi teladan nyata
Memiliki tekad yang teguh, tekun, dan bersemangat