Beberapa hari ini, relawan Tzu Chi dari Indonesia juga kembali ke kampung halaman batin. Mereka datang mengunjungi saya dan berbagi tentang kondisi masyarakat Indonesia. Hampir 3 tahun, mereka tidak dapat kembali ke sini karena pandemi (Covid-19). Meski mereka berada jauh dari Taiwan, tetapi batin mereka selalu kembali. Mereka terus mempraktikkan semangat dan filosofi Tzu Chi.

Satu Tangan Mengangkat, Satu Tangan Menggandeng
Mengingat kembali tahun 1998, terjadi pergolakan masyarakat di Indonesia. Warga hidup dalam kondisi sulit dan kesenjangan antara kaya dan miskin melebar. Jadi, masyarakat tidak tenteram. Saat itu, ada sekelompok pengusaha Taiwan yang membangkitkan cinta kasih. Mereka terjun langsung untuk membagikan beras.
Melihat kaum Lansia, perempuan, dan anak-anak datang menerima bantuan, para relawan berpikir bagaimana mereka bisa mengangkat beras yang begitu berat sampai ke rumah. Para relawan kita yang juga merupakan pengusaha inilah yang membantu mengangkat beras mereka. Pengusaha setempat yang melihat hal ini juga ikut berpartisipasi guna membantu mengangkat beras sampai ke rumah. Satu tangan mengangkat, satu tangan lagi menggandeng. Satu tangan mereka mengangkat beras, satu tangan lagi menggandeng Lansia. Pengusaha setempat terharu dan mulai berpartisipasi. Jadi, saya sering berkata untuk menjadi teladan.
Setiap orang bisa menjadi teladan bagi dunia. Di Indonesia, relawan kita memanfaatkan sumber daya setempat. Mereka juga membangun Perumahan Cinta Kasih yang kokoh dan lengkap fasilitasnya untuk warga yang kehilangan tempat tinggalnya. Anak-anak juga bisa bersekolah di sekolah yang dibangun oleh Tzu Chi. Para relawan juga sangat bersungguh hati dalam mendidik anak-anak. Saya berkata kepada relawan dari Indonesia bahwa saya membutuhkan puluhan tahun untuk memiliki pencapaian seperti ini, sedangkan mereka baru menjalankan Tzu Chi kurang dari 30 tahun.
Tahun depan Tzu Chi Indonesia akan memasuki usia ke-30 tahun dan Sekolah Cinta Kasih akan memasuki usia ke-20 tahun. Mereka sudah menjalankannya dengan sangat teratur. Mereka menjalankan misi pendidikan dan menyebarkan semangat segenggam beras kepada para murid.
“Sahwal bawa beras ke aula untuk dibagi-bagikan. Sahwal jangan lupa kasih ini beras satu sendok sehari ditaruh di toples,” kata Sahwal Ardiansyah, mengutip kembali pesan ibunya kepadanya. (Sahwal merupakan murid kelas budi Pekerti Tzu Chi dan juga warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke –red).
Setiap bulan, akumulasi beras yang disisihkan sesendok demi sesendok dapat digunakan untuk membantu warga kurang mampu. Dengan demikian, para murid dapat belajar untuk memupuk niat baik melalui pendidikan yang diterapkan sejak kecil.
Mengatasi kesulitan dengan cinta kasih untuk bersumbangsih sedikit demi sedikit adalah pendidikan yang sangat baik. Dengan begitu, barulah masyarakat bisa harmonis. Selain itu, keluarga yang memupuk kebajikan akan dipenuhi berkah yang berlimpah. Ini adalah didikan yang terbaik.
Saya mendengar bahwa Bapak Franky O. Widjaja dari Grup Sinar Mas (Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia –red) menyemangati para karyawan untuk berdonasi sedikit demi sedikit agar mereka berkesempatan menciptakan berkah. Beliau telah merekrut 1.870.000 donatur. Jadi, kekuatan yang terhimpun sedikit demi sedikit akan menjadi sangat besar.
 
“Ya senangnya bisa ngasih, (ikut) membagi-bagikan. Tidak berat (angkat berasnya),” kata Kasiyati, karyawan Sinar Mas.
“Karena kalau menolong orang itu kayaknya seneng banget, gitu,” kata Chami Dzakiyyah, karyawan Sinar Mas lainnya.
Alhamdulillah kami dikasih beras, kami nggak bisa membalas apa-apa, Bu, (cuma bisa) balas banyak doa ya, berterima kasih bu,” kata Hadi, penerima bantuan.
Bekerja dan Bersumbangsih
Demikian pula kondisi di Tzu Chi Hospital Indonesia. Para staf juga berdonasi. Saya sangat berharap kepala rumah sakit dan para dokter bisa terus mengimbau orang-orang untuk turut bersumbangsih tanpa membedakan agama agar para staf rumah sakit dapat mengembangkan cinta kasih bersama dengan kesatuan tekad.
Contohnya, jumlah staf rumah sakit kita hampir seribu orang. Alangkah baiknya jika setiap orang dapat menyumbangkan uang logam di saku mereka setiap hari. Pasien atau keluarga pasien juga bisa berdonasi sedikit demi sedikit. Sumbangsih kecil itu dapat membentuk kekuatan besar untuk membantu orang lain. Bukankah pahala yang tak terhingga tercipta dari niat baik yang berkelanjutan?
Sering-seringlah menonton Da Ai TV agar bisa mengetahui penderitaan di seluruh dunia serta apa saja yang dilakukan oleh insan Tzu Chi di berbagai negara. Setelah mengetahuinya, barulah kita bisa mensosialisasikannya. Makin banyak orang bajik di dunia, makin banyak pula berita yang penuh harapan bagi dunia.
Da Ai TV selalu memberitakan tentang kebajikan dan cinta kasih serta bagaimana memperbaiki kehidupan orang-orang. Program-programnya bersifat edukatif. Jadi, saya berharap kalian semua bersungguh hati untuk bersumbangsih bagi dunia.
Sekarang misi amal Tzu Chi sudah dijalankan di berbagai negara. Setiap hari saya melihat peta untuk melihat lokasi negara yang dilanda bencana. Asalkan bisa melihat bencana dan memiliki jalinan jodoh, kita pun dapat membantu mereka. Misi amal harus dijalankan dalam keseharian. Jika kita baru mengajak orang untuk bersumbangsih saat melihat ada yang membutuhkan, kita tidak bisa berbuat kebaikan dengan mantap. Berbuat kebajikan harus dibiasakan dalam keseharian.
Kita hendaknya membina kebajikan dalam diri setiap orang. Inilah yang disebut mengajarkan kebaikan. Dengan mengajarkan kebaikan dan mendidik orang-orang agar memiliki cinta kasih setiap saat maka setiap keluarga akan berbuat kebaikan dan dipenuhi berkah yang berlimpah. Dengan demikian, masa depan masyarakat akan cemerlang. Secara otomatis, hati manusia akan jernih dan masyarakat juga akan harmonis.
Dari tahun ke tahun, pikiran saya tidak pernah berubah. Apa yang saya ajarkan pun selalu sama, yaitu menjernihkan hati manusia.

Menjadi teladan untuk menolong warga kurang mampu 
Menghormati dan membantu semua orang dengan welas asih
Bersumbangsih sedikit demi sedikit dengan semangat segenggam beras 
Masyarakat yang harmonis bersukacita melakukan kebaikan