“Saat itu, saya tengah tidur di lantai dan terbangun ketika melihat cahaya bagaikan matahari terbenam di tengah malam. Kemudian, saya bergegas untuk pergi mengungsi,” kata David Hance warga.

“Kakak saya baru berbaring selama satu jam. Kami tidak tidur selama 3 hari. Saya harus membasahi atap rumah,” kata James Lowery warga.

Lihatlah, betapa banyak bencana yang terjadi di dunia. Kita juga sering mendengar tentang kebakaran hutan. Sesungguhnya, Bumi ini tidak terlalu besar dan kita tidak dapat menghentikan kebakaran yang terus terjadi tahun demi tahun. Akibat perubahan iklim dan efek rumah kaca, ada tempat yang mengalami kekeringan serius, ada tempat yang dilanda hujan dengan volume yang setara dengan curah hujan setahun. Semuanya terjadi dalam satu waktu.

Curah hujan satu tahun turun hanya dalam dua, tiga, atau beberapa hari sehingga menyebabkan air meluap dan banjir. Sebaliknya, daerah yang tidak turun hujan mengalami kekeringan dan keretakan tanah. Benih yang telah ditabur tidak dapat bertumbuh. Inilah krisis yang terjadi di dunia, yakni perubahan iklim. Kekeringan, banjir, badai, dan kebakaran bukan hanya masalah Bumi, melainkan juga masalah dunia yang memengaruhi manusia.

Hendaklah kita meningkatkan kewaspadaan diri dan menyadarkan diri sendiri untuk berpikir dan merenungkan mengapa iklim menjadi tidak menentu dan mengapa bencana alam sering terjadi. Ini semua terjadi karena ulah manusia. Saya sering mengatakan bahwa makan adalah perkara yang besar. Dalam tubuh dan pikiran, manusia memiliki kesukaan dan keinginan yang dikejar. Untuk memenuhi keinginan, apa yang dikejar oleh manusia? Manusia selalu mengejar nafsu keinginan mulut.

“Peternakan menghasilkan emisi karbon yang menjadi faktor terbesar terjadinya perubahan iklim. Jadi, segala inovasi terbaru yang kami temukan untuk industri pertanian akan memberikan dampak positif bagi lingkungan,” kata kata Kuang Zhen-ling Ketua Compassion in World Farming.

“Kita telah menghabiskan banyak sumber daya untuk memberi makan hewan. Jika sumber daya ini kita produksi menjadi tanaman yang dapat mengenyangkan seluruh manusia, maka tidak akan ada lagi orang yang menderita kelaparan. Bukankah ini sesuatu yang baik?” kata Zou Jing Ru Kepala auditor badan misi kesehatan Tzu Chi.

Sesungguhnya, dengan bervegetaris, kita juga bisa menikmati banyak makanan yang sangat lezat dan harum. Dengan konsumsi tanpa ikan dan daging pun, kita dapat menikmati makanan yang sangat lezat. Jadi, mengapa kita harus mengonsumsi daging?

Ketika kita memikirkan daging hewan, hendaklah kita membangkitkan kebijaksanaan kita dan berpikir dari mana asal sepotong daging itu. Jika kita tidak membunuh hewan untuk dimakan, mereka dapat hidup secara alami di habitat asli mereka. Namun, demi mengonsumsi daging hewan, manusia membiakkan hewan dengan cara yang tidak alami.

Di peternakan, manusia memberi hewan ternak pakan buatan agar mereka memiliki rasio lemak yang ideal dan dapat tumbuh dengan cepat. Inilah pikiran menyimpang manusia yang menciptakan banyak karma buruk pembunuhan. Karma buruk tidak hanya melibatkan mereka yang benar-benar membunuh hewan, melainkan juga mereka yang mengonsumsi daging. Karena semua orang menyukai daging hewan, demi memiliki mata pencaharian, orang-orang bekerja di peternakan dan terlibat dalam membunuh hewan. Demi memenuhi kebutuhan manusia yang dapat menguntungkan mereka, mereka membuka peternakan dan membunuh hewan untuk dikonsumsi oleh manusia. Dapat dikatakan bahwa jika kita tidak mengonsumsi daging, tidak akan ada begitu banyak hewan yang diternak.

Kita harus membiarkan hewan hidup dan mati secara alami. Pahalanya serupa dengan membebaskan makhluk hidup. Jika Anda tidak mengonsumsi daging hewan, berarti Anda telah membebaskan mereka. Sebaliknya, jika Anda ingin mengonsumsinya, mereka akan ditangkap dan dibunuh. Ini adalah sebuah siklus.

Kita tidak perlu memelihara hewan. Mereka lahir secara alami di Bumi yang luas ini. Mereka akan mudah untuk bertahan hidup karena alam telah menyediakan makanan untuk mereka. Ketika orang-orang membunuh mereka demi memuaskan nafsu keinginan mulut manusia, hewan tidak akan bisa mengikuti siklus alami kelahiran dan kematian. Dengan demikian, mereka terlahir untuk dikendalikan oleh manusia. Inilah kontradiksi yang ada dalam pikiran manusia.

Menjadi yang paling cerdas di antara semua makhluk, kita harus mencintai dan menghargai semua kehidupan. Ketika pikiran kita tersesat, kita akan membunuh dan menyakiti hewan. Inilah ulah manusia. Peternakan telah mencemari udara dan tanah. Demi peternakan, orang-orang merusak tanah dan menebang pohon. Konsumsi manusia yang berlebihan juga merusak hutan.

Segala hal terjadi dalam rangkaian sebab dan akibat. Buah dari rangkaian sebab akibat ini akan mendatangkan bencana alam dan bencana ulah manusia. Bencana alam dan bencana akibat ulah manusia terjadi secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama. Hendaklah kita merenungkan hal ini dengan pikiran yang tenang. Saudara sekalian, hendaklah kita sepenuh hati menumbuhkan kebijaksanaan agar memiliki belas kasih terhadap semua makhluk.

Kekeringan dan banjir membawa ancaman bagi kehidupan
Nafsu keinginan mulut menimbulkan bencana
Memiliki kesadaran terhadap hukum sebab akibat
Melindungi semua makhluk dan hidup secara alami