“Setelah bergabung di Tzu Chi, saya mengikuti pelatihan Asosiasi Guru Tzu Chi dan kamp pengajaran Kata Renungan Jing Si. Master dan bhiksuni di Griya Jing Si senantiasa mengingatkan kita bahwa kita tidak hanya menjadi seorang guru, tetapi juga harus menganggap itu sebagai misi kita. Selama saya mengajar di daerah terpencil, murid-murid saya adalah anak-anak suku asli tempat itu. Mereka sungguh energik dan polos, tetapi terkadang terlalu bahagia dan nyaman sehingga ketika mengalami kegagalan, mereka akan menyerah pada diri sendiri,” tutur Huang Wen-bin, Guru dari Asosiasi Guru Tzu Chi.
“Saya selalu menggunakan Kata Renungan Jing Si untuk menyemangati mereka. Hal yang paling sering saya ucapkan ialah “membina welas asih dan kebijaksanaan”. Anak-anak itu menerima pelajaran dengan baik. Saya selalu mendorong mereka untuk menjadi orang yang suka memberi dan membawa manfaat bagi masyarakat. Orang tua mereka juga setuju dengan ide pengajaran saya,” tambahnya.
“Delapan dari sepuluh siswa diterima di perguruan tinggi. Ini adalah tingkat pendidikan yang tinggi di daerah terpencil. Tiga di antara mereka berhasil diterima di Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi. Saat ini, mereka menjadi mahasiswa magang yang tengah mempersiapkan masa depan untuk menjadi perawat. Belakangan ini, salah satu murid mengirim pesan kepada saya. Dia berkata, “Guru, waktu magang ini sangat padat.Saya harus memeriksa obat pasien setiap hari.Saya juga mengerjakan tugas kuliah hingga subuh.Namun, ketika melihat luka pasien membaik dan mendapatkan ucapan terima kasih dari mereka, saya sungguh senang.” Saya berterima kasih kepada Master, Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi, dan Rumah Sakit Tzu Chi yang telah membantu anak-anak ini menciptakan nilai dalam kehidupan mereka. Saya berterima kasih kepada Master karena telah memberikan saya kenangan yang indah dalam perjalanan misi pendidikan ini,” pungkasnya.
Lihatlah, para guru memiliki tutur kata yang baik dan hati Bodhisatwa untuk menemani siswa dengan tulus. Selain mendidik para siswa, para guru juga mendampingi keluarga mereka dan memberikan bimbingan kepada orang tua mereka. Dengan hati seorang guru, kita dapat mengedukasi dan membimbing banyak orang untuk memiliki arah hidup yang benar. Dalam mengedukasi, hal terpenting ialah menjaga moralitas mereka dan menyadarkan mereka akan kewajiban sebagai manusia.
Sebagai manusia, moralitas dan budi pekerti adalah hal yang terpenting. Oleh karena itu, dibutuhkan teladan dan edukasi. Dengan adanya contoh, mereka akan memahami hal yang benar dan salah. Dalam mengedukasi para siswa, kita harus membuat mereka memahami bahwa hal yang benar harus dipraktikkan secara nyata.
Guru sekalian, inilah pendidikan. Mendidik berarti mewariskan pengetahuan. Semua guru memiliki hati Bodhisatwa. Dengan cinta kasih yang mendalam, para guru mengajar dengan kesungguhan. Hendaklah kita memperpanjang jalinan cinta kasih dan semangat Tzu Chi. Sungguh banyak bencana yang terjadi di dunia. Hendaklah kita semua menyatukan hati, saling mengasihi, dan menghimpun tetes demi tetes donasi kita.
Lihatlah, celengan kecil ini dapat memuat banyak koin dan cukup berat. Anak sekecil ini dapat bersumbangsih berkat bimbingan para guru dan interaksi penuh kasih sayang dari orang tua. Upaya mereka telah membantu anak-anak mengambil tindakan secara nyata.
Guru sekalian, hendaklah kita mewariskan pelita hati dari generasi ke generasi. Kita harus menggenggam waktu dengan baik. Waktu berlalu dalam hitungan menit dan detik. Ketika kita menghitung satu, dua, tiga, empat, dan lima, lima detik telah berlalu. Waktu terus berlalu seiring kita menghitung angka. Begitulah cepatnya waktu berjalan.
Kehidupan kita menjadi berharga karena kita memiliki jalinan jodoh untuk berhimpun dan menjadi insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi menjalankan misi Tzu Chi bagi dunia. Waktu diukur dengan menit dan detik, tanah diukur dengan inci. Baik menit, detik, maupun inci, semuanya tak lepas dari pikiran kita.
Guru sekalian, kalian telah menjadi guru selama 20, 30, atau 40 tahun. Saat bergabung dengan Tzu Chi, kalian mengajar setiap siswa dengan sepenuh hati dan telah mengubah kehidupan banyak siswa. Kalian telah mendidik dengan tulus bersama Tzu Chi. Perkembangan Asosiasi Guru Tzu Chi sungguh merupakan sejarah Tzu Chi yang berharga. Hendaklah setiap guru terus mencatat sejarah berharga ini bagi dunia kita. Inilah pendidikan yang abadi.
Hendaklah kita mencatat sejarah bagi kehidupan kita dan membangun keteladanan bagi dunia. Ini sungguh bernilai. Hendaklah semua guru memiliki tekad ini. Kita semua harus bertekad menjadi guru bagi umat manusia, bukan hanya guru di ruang kelas sekolah. Hendaklah setiap tindakan kita dapat menjadi panutan bagi orang lain. Kita harus menganggap dunia ini sebagai kelas dan memantapkan diri kita sebagai guru bagi dunia ini.
Kita bisa menjadi panutan untuk membimbing orang lain. Saat membantu orang lain, kita harus berpikir, “Beruntung, saya telah membantu orang ini mengubah arah hidupnya. Dia telah berubah.” Kita dapat mengingat jasa diri kita sendiri. Ini bukanlah menyombongkan diri, tetapi menyadari bahwa kita telah melakukan hal yang benar. Melakukan sesuatu yang benar adalah baik. Ketika kita membimbing seseorang dan dia mengalami perubahan, berarti metode kita sudah benar.
Kita harus membangun tekad dan berharap untuk memiliki jalinan jodoh dengan banyak orang. Hendaklah kita menggenggam jalinan jodoh. Guru sekalian, ketika Anda menjadi seorang guru, Anda adalah guru seumur hidup. Setelah Anda pensiun sekalipun, Anda tetaplah guru bagi dunia. Di masa lalu, Anda adalah guru bagi para siswa. Saat ini, Anda adalah guru bagi semua orang di dunia.
Jangan pernah meremehkan diri sendiri. Kita harus membimbing semua makhluk. Di masa lalu, Anda mengajar para siswa. Saat ini, Anda harus membimbing semua orang. Kita harus membimbing orang-orang yang memiliki jalinan jodoh dengan kita untuk berhimpun bersama. Kita harus menginspirasi dan mengubah semua makhluk yang memiliki jalinan jodoh dengan kita. Jika tidak, kita akan menyia-nyiakan jalinan jodoh dan waktu kita terbuang sia-sia.
Usia kehidupan kita terus berkurang seiring waktu. Jika kita menggenggam jalinan jodoh, jiwa kebijaksanaan kita akan terus bertumbuh. Untuk menumbuhkan jwa kebijaksanaan kita, kita harus menggenggam jalinan jodoh. Saat mengalami satu hal, satu kebijaksanaan kita bertumbuh. Hendaklah kalian selalu menyerap ajaran saya ke dalam hati.Manfaatkanlah waktu untuk bersumbangsih dan menggalang Bodhisatwa.
Saat mengalami satu hal, satu kebijaksanaan kita bertumbuh. Ada pepatah mengatakan, “Tiada hasil tanpa usaha.” Untuk menumbuhkan kebijaksanaan Bodhisatwa, kita harus menggalang Bodhisatwa dan menjalin jodoh baik dengan mereka. Sebelum mencapai kebuddhaan, kita harus menjalin jodoh baik terlebih dahulu. Saat ini, hendaklah kita menapaki Jalan Bodhisatwa, yaitu membimbing semua makhluk di dunia.
Saya berterima kasih kepada semua guru di Asosiasi Guru Tzu Chi. Guru memiliki hati Bodhisatwa. Hendaklah kalian meneruskan pelita hati dan menautkan hati satu sama lain. Saya mendoakan kalian semua. Hendaklah semuanya menciptakan berkah bagi dunia dan meneruskan jiwa kebijaksanaan. Hendaklah kita semua membina berkah dan kebijaksanaan.
Bertekad menjadi guru dengan hati Bodhisatwa
Mengajar dengan kesungguhan dan cinta kasih yang dalam
Mewariskan pelita dan menjadi teladan
Meneruskan jiwa kebijaksanaan untuk membimbing semua makhluk