Begitu banyak bencana terjadi di dunia ini. Dunia ini penuh dengan penderitaan. Ketika melihat itu, saya selalu berkata pada diri sendiri, “Saya harus terus menjalankan misi.” Saya menyeret tubuh saya yang berusia 80 tahun. Saya telah menjalankan misi Tzu Chi selama lebih dari 50 tahun dan telah melihat banyak penderitaan di dunia yang membangkitkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin saya. Saya telah menyerukan kepada semua orang untuk membangkitkan cinta kasih.

Saya berharap semua makhluk dapat hidup dalam ketenangan dan kebahagiaan serta tidak takut menderita. Saya sering berpikir sendiri, “Jika bencana di dunia berkurang, kita harus tetap memperkuat ikrar kita.” Saya bahkan rela mendedikasikan seluruh kehidupan saya. Inilah yang ingin saya katakan belakangan ini.

Saya sering berkata bahwa kita harus bisa memikul tanggung jawab dan harus lebih sering menepuk bahu seperti ini. Sebelum saya meninggalkan keduniawian, saya pernah berikrar untuk menjinjing keranjang sayur bagi dunia. Setelah meninggalkan keduniawian, saya melihat banyak penderitaan yang ada di dunia. Saya kembali berikrar untuk memikul bakul beras bagi dunia.

Dari niat menjinjing keranjang sayur hingga memikul bakul beras, saya terus menyerukan kepada semua orang untuk membangun tekad bersama. Hendaklah kita mendorong diri sendiri untuk memikul tanggung jawab atas dunia, menumbuhkan kekuatan cinta kasih, dan membangun tekad dan ikrar untuk bersumbangsih.

Setiap kali membabarkan Dharma, saya dapat melihat ada banyak negara terhubung secara daring untuk mendengarkan saya. Meski tak terlihat, suara saya di sini dapat terdengar hingga tempat yang sangat jauh. Oleh karena itu, saya sungguh bersyukur. Pada saat ini, mungkin ada orang yang bangun di tengah malam untuk mendengarkan saya. Saat langit masih gelap, seseorang mungkin telah melakukan perjalanan yang jauh dan sulit hanya untuk mendengarkan saya. Setiap kali memikirkan ini, saya merasa bahwa bagaimanapun kondisi saya, saya tetap harus membabarkan Dharma.

Lihatlah, begitu banyak penderitaan yang ada di Zimbabwe. Saya sering memberi tahu kepada semuanya bahwa saya selalu makan sebuah pisang di siang hari. Semua orang bertanya-tanya mengapa saya tidak bosan. Karena pisang selalu mengingatkan saya tentang 50 miliar dolar Zimbabwe.

Relawan Chu memberikan saya selembar uang kertas ini dan ketika saya mengambil uang itu, saya ingat beliau berkata bahwa selembar uang kertas ini tidak dapat membeli dua buah pisang. Sejak saat itu, saya makan pisang setiap hari karena saya ingin mengingat penderitaan di Zimbabwe. Oleh karena itu, saya sering berkata bahwa saya adalah orang yang paling kaya di dunia ini karena saya dapat makan pisang setiap hari. Di dunia ini, label atau angka tidak selalu menunjukkan nilai mereka.

Buddha berkata bahwa dunia penuh dengan penderitaan dan hidup ini tidak kekal. Buddha membimbing kita untuk menjadi orang yang tersadarkan dan memiliki cinta kasih berkesadaran. Inilah yang disebut dengan Bodhisattva. Bodhisattva adalah orang-orang yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Hendaklah kita tersadarkan dan terus memperpanjang jalinan kasih sayang.

Sutra Teratai adalah tujuan utama Buddha datang ke dunia. Buddha berkata bahwa satu tujuan utama Beliau datang ke dunia ialah membabarkan Jalan Bodhisattva, yaitu Sutra Teratai. Selama lebih dari lima puluh tahun, saya juga memiliki satu tujuan besar hingga saat ini, yaitu menjinjing keranjang sayur dan memikul bakul beras bagi dunia.

Di dunia ini, ada begitu banyak negara dan begitu banyak kemiskinan. Di negara-negara tersebut, ada Bodhisattva dunia yang mewakili saya untuk melindungi dan membantu orang-orang setempat yang menderita. Di mana pun ada bencana, Bodhisattva akan muncul.

Saya sering berbicara tentang mengubah kehidupan orang. Di negara mana pun, di mana ada orang yang menderita, saya selalu meminta insan Tzu Chi untuk mengubah kehidupan di sana. Bagaimana kita mengubah kehidupan orang yang menderita? Tidak ada cara lain selain menyerukan kepada banyak orang untuk membangkitkan cinta kasih dan menumbuhkan niat untuk menciptakan berkah bagi dunia. Selain itu, dibutuhkan adanya sebab dan kondisi agar orang-orang di sana dapat mengenal Tzu Chi. Inilah yang disebut dengan jalinan jodoh. Saya sering membicarakan hal ini.

Bodhisattva sekalian, dalam meneladan Buddha, kita harus mempelajari jalan menuju pencerahan. Kita harus mengetahui segala sesuatu dalam hidup ini. Tahu berarti sadar. Untuk mengetahui sesuatu, berarti harus menganalisis. Ketika tahu bahwa itu jalan yang benar, kita harus sungguh-sungguh menapaki jalan tersebut. Seperti batu berbentuk dua telapak kaki ini, ia bertuliskan, “Tahu berpuas diri dan bahagia.” Kita harus sering mengatakan pada diri sendiri, “Saya sungguh bersyukur dan merasa puas.”

Hendaklah kita tahu berpuas diri. Intinya, kedua batu ini mengingatkan kita untuk mengenal rasa puas. Dengan demikian, kita akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Dengan tahu mengenal rasa puas, barulah kita bisa menumbuhkan cinta kasih dan keseimbangan batin untuk bersumbangsih tanpa pamrih.

Kita juga harus sering mengucapkan terima kasih. Mengucapkan syukur dan terima kasih adalah saat yang paling membahagiakan. “Saya sungguh bahagia karena hari ini akan segera berlalu. Saya bahagia karena hari ini tidak mengatakan sesuatu yang tidak pantas atau melakukan sesuatu yang salah.” Hari ini, saya telah mendengar laporan dari insan Tzu Chi yang membuat saya merasa tenang dan bahagia. Saya sungguh merasa damai dan tenang.

Terus maju dalam kondisi apa pun demi melenyapkan penderitaan
Membentangkan Jalan Bodhisattva dengan Empat Pikiran Tanpa Batas
Menyadarkan diri sendiri dan orang lain di Jalan Bodhisattva
Tahu berpuas diri, damai, tenang, dan bersumbangsih tanpa pamrih