Kita semua harus berdoa dengan tulus semoga pandemi Covid-19 segera berakhir. Bagaimana cara mengungkapkan ketulusan kita? Dengan cara menjaga sila dan bermawas diri. Kita harus menjaga sila dan meningkatkan kewaspadaan untuk dapat mencegah segala kejahatan dan mempraktikkan segala kebajikan.
Seiring berjalannya waktu, karma baik dan buruk terus terakumulasi. Ketika semua makhluk dikumpulkan, orang yang berbuat kebajikan lebih banyak ataukah yang berbuat kejahatan lebih banyak? Semua orang berbagi karma buruk kolektif. Jika dunia ini ditimbang, kekuatan kebajikan masih belum cukup, sedangkan karma buruk akibat ketamakan terus terakumulasi. Kejahatan lebih berat daripada kebajikan. Bagaimana kita bisa menyeimbangkan timbangan ini? Bukan hanya menyeimbangkannya, kita juga harus menyucikan hati semua orang.
Semua orang harus menahan diri dari kejahatan dan mempraktikkan kebajikan. Hal ini pasti dapat dilakukan selama memiliki tekad. Ketika memahami kebenaran hidup, kita semua akan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Dengan demikian, semua orang akan menghapus kejahatan dari dalam diri. Kita harus sungguh-sungguh mempraktikkan kebajikan. Intinya, kita harus bermawas diri dan memiliki ketulusan. Hanya ketika kita bervegetaris, barulah kita dapat mengingatkan diri untuk melakukannya. Apa pelajaran besar dari bencana yang terjadi? Yang terpenting ialah perihal makan.
Lihatlah, hampir 8 miliar orang di dunia selalu mengonsumsi daging setiap hari. Mengonsumsi daging berarti membunuh makhluk hidup. Jika kita tidak mengonsumsinya, tidak ada hewan yang dibunuh. Intinya, sumber karma buruk berasal dari mulut yang tidak dapat menahan keinginan akan daging. Jika semua orang dapat menahan nafsu mulut, hewan dapat mengikuti siklus alami mereka dari kelahiran hingga kematian dan dunia dapat terbebas dari bencana.
Ada bencana yang terjadi karena ulah manusia dan ada bencana yang terjadi karena perubahan iklim. Semua orang telah menciptakan karma buruk dengan membunuh hewan dalam jumlah banyak. Karma buruk yang berat akan memengaruhi seluruh ekosistem, seperti menyebabkan perubahan iklim. Noda batin, ketidaktahuan, dan pikiran buruk manusia terakumulasi sedikit demi sedikit. Ekosistem yang awalnya murni berubah menjadi buruk. Ini adalah sebuah krisis.
Lihatlah, penebangan hutan dan kebakaran hutan terus terjadi. Selama bertahun-tahun, nafsu keinginan manusia telah merusak lingkungan hidup. Dengan banyaknya pohon besar, lahan hutan yang luas dapat menyerap banyak air hujan. Sekarang, banyak pohon telah ditebang, bagaimana tanah bisa terlindungi? Tidak heran jika banjir terjadi dengan sangat cepat.
Daerah pegunungan terus mengalami tanah longsor dan daerah perkotaan mengalami banjir bandang. Dapat dilihat bahwa tanah tidak dapat menyerap air lagi akibat kerusakan yang dibuat oleh manusia. Entah dibutuhkan berapa ratus tahun lagi hingga manusia menghentikan eksploitasi dan memulihkan kondisi hutan seperti semula.
Banyak orang diliputi kegelapan batin. Dengan ketamakan yang muncul, orang-orang akan mementingkan keuntungan sendiri, terus menebang pohon, dan merusak hutan. Orang-orang terus melakukan perdagangan dengan alasan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Angka pertumbuhan ekonomi memang naik. Namun, apa arti angka-angka itu? Di manakah nilai yang sesungguhnya? Jadi, saya sering mengatakan bahwa kita harus menginventarisasi kehidupan. Manfaatkanlah kehidupan kita untuk membangun nilai.
Saat ini, saya khawatir dengan perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan gelombang pengungsi. Meskipun mereka jauh dari kita, tetapi insan Tzu Chi membimbing dan membantu mereka yang menderita. Insan Tzu Chi selalu menghibur dan merangkul mereka serta menyemangati mereka untuk menggenggam jalinan jodoh dan menyatukan hati. Begitulah kita menggalang Bodhisatwa.
Dibutuhkan Bodhisatwa untuk menjadi teladan dalam menginspirasi dan mengedukasi orang lain. Tidak ada perbedaan agama dalam bersumbangsih dengan cinta kasih. Bagaimana mungkin saya tidak tersentuh dan tidak mengucapkan terima kasih?
Insan Tzu Chi dari seluruh dunia telah mengerahkan kekuatan cinta kasih. Saya sangat bersyukur atas hal itu. Namun, ketika melihat dunia, saya melihat masih banyak bencana yang terjadi. Ketidakselarasan pikiran manusia telah membuat banyak bencana terjadi di seluruh dunia. Saya terpikir bahwa orang baik dan kekuatan cinta kasih belum cukup di dunia ini, sama halnya dengan air yang tidak cukup untuk memadamkan kebakaran hutan.
Kita membutuhkan air Dharma untuk memadamkan nafsu keinginan manusia. Ketamakan mendalam menciptakan nafsu keinginan yang berkobar bagaikan api. Sesungguhnya, satu-satunya cara ialah mengubah pola pikir dan hati kita.
Ketamakan dan kegelapan batin akan menghancurkan kehidupan
Kekuatan karma baik dan karma buruk tidak seimbang
Memahami pentingnya pola makan manusia bagi dunia
Menjauhkan diri dari nafsu mulut yang merupakan sumber karma buruk