Seiring berjalannya waktu, kekuatan karma pun makin besar. Bergejolaknya pikiran segelintir orang telah menyebabkan terjadinya peperangan telah menyebabkan terjadinya peperangan dan menciptakan situasi seperti sekarang ini. Kita melihat anak-anak yang masih kecil berjalan sendirian di jalan yang panjang ini. Mereka berjalan selangkah demi selangkah sambil menangis.
Kita dapat melihat kesedihan dan penderitaan mereka. Kita juga bisa melihat kesulitan dalam perjalanan mereka. Tiap kali melihat gambar seperti itu, saya merasa sangat tidak sampai hati. Kita juga melihat warga berketerbatasan fisik yang juga harus melarikan diri demi bertahan hidup.Berapa jauh lagi mereka harus berjalan? Sungguh perjalanan yang sulit.
Wanita ini sudah berusia 50-an tahun. Saat harus melarikan diri, keterbatasan fisiknya membuat perjalanan menjadi sulit. Lantas, bagaimana dengan kehidupan di masa depan? Besok dia harus pergi ke mana? Apakah dia harus terus melangkah tanpa tujuan? Apakah dia harus berhenti sejenak untuk berpikir dan melihat seberapa jauh dia telah meninggalkan kampung halaman?

Kita sering berkata bahwa hati kita merasa sangat sedih. Namun, yang sungguh menyedihkan ialah kehidupan seperti itu. Mereka tidak tahu harus maju atau mundur. Adakah teman dan kerabat di depan mereka? Lantas, bagaimana jika pulang ke rumah? Apakah kerabat mereka masih ada di sana? Apakah rumah mereka baik-baik saja? Mereka tidak tahu. Inilah yang dirasakan oleh para pengungsi saat ini. Sangat menderita hidup di tengah peperangan.
Kekacauan dan kehancuran akibat peperangan membuat warga tidak bisa hidup dengan tenang. Penderitaan mereka sungguh tak terkira. Kita melihat para relawan di Polandia. Untuk membantu para pengungsi, organisasi kemanusiaan internasional yang penuh cinta kasih telah berkumpul di Polandia. Tzu Chi adalah salah satu organisasi berlandaskan semangat kemanusiaan. Kita mempraktikkan semangat kemanusiaan. Relawan Tzu Chi dari belasan negara berkumpul di Polandia sekarang dan bersungguh hati mencurahkan cinta kasih.

Oleh karena itu, Stephen Huang mengatakan, “Kamu bisa menelepon tiap empat jam sekali. Mengemudi sendirian sangat kesepian. Kamu hendaknya menelepon tiap empat jam sekali.” Demi menolong semua makhluk yang menderita, dia tidak memikirkan kepentingan diri sendiri. Dia tidak mengejar kedamaian, kebahagiaan, dan kenyamanan diri sendiri. Tanpa takut bekerja keras, dia berkendara ribuan kilometer ke Polandia untuk membantu para pengungsi. Jika bukan Bodhisatwa, siapa yang bisa melakukannya? Siapa yang bersedia menapaki jalan ini? Dia sedang dalam perjalanan pulang.
“Sebenarnya, saya berangkat dari Warsawa pukul 5 pagi. Sekarang saya sudah tiba di sebuah desa kecil di Ceko. Tentu saja, saya tidak lupa dengan nasihat Master untuk tidak berkendara terlalu cepat dan menikmati pemandangan di sepanjang jalan. Jadi, saya memilih berhenti di sebuah desa kecil yang indah di Ceko. Kemudian, sekitar 100 kilometer lagi, saya akan tiba di Wina dan Slowakia, lalu menuju Rumania. Hari ini saya berencana menempuh jarak 1.400 kilometer yang membutuhkan waktu sekitar 15 jam,” ujar Hu Guang-zhong, relawan Tzu Chi.

Namun, nilai kehidupan terletak pada membantu yang membutuhkan. Jadi, apa pun keyakinan para relawan kita, semuanya disebut relawan Tzu Chi. Relawan Tzu Chi juga disebut sebagai orang yang penuh cinta kasih berkesadaran. Terdapat banyak kisah dari aksi kemanusiaan ini yang tidak dapat diceritakan semuanya. Saya berharap kegiatan kemanusiaan ini dapat didokumentasikan dan dituangkan dalam buku sehingga bisa menjadi saksi sejarah zaman sekarang dan menulis sejarah bagi umat manusia.
Bagaimana hendaknya kita menjalani, memandang, dan memanfaatkan kehidupan kita? Kondisi batin kita akan sangat indah jika kita dapat memanfaatkan kehidupan dengan baik. Jika tidak, ia akan membawa penderitaan Kehidupan adalah perpaduan dari penderitaan dan kebahagiaan. Kita harus memanfaatkannya dengan baik. Jadi, mari kita bersungguh hati setiap saat.