Setiap hari, saat melihat segala hal yang terjadi di dunia, saya merasa sedih. Ketidakselarasan iklim sungguh mengkhawatirkan, terlebih lagi kondisi pandemi. Pernah dalam sehari, banyak jenazah yang harus dimakamkan. Ini membuat kita bertanya apa tujuan kita datang ke dunia. Apa yang harus kita lakukan di dunia ini? Kita tak memiliki kendali atas semua ini. Demikianlah kita makhluk awam yang penuh ketidaktahuan.

Kita harus memahami hal ini dengan jelas karena Buddha datang ke dunia untuk membimbing kita memahami kebenaran di dunia, yakni ketidakkekalan. Ketidakkekalan dunia ini berlaku bagi segala yang berwujud ataupun tidak. Salah satu fenomena yang tak berwujud tetap ialah kondisi alam. Alam mengalami musim semi, panas, gugur, dan dingin. Jadi, cuaca dan iklim juga terus berubah.

Belakangan ini saya sering membahas tentang kondisi komposit yang terus berproses. Ini adalah bagian dari lima agregat yang hakikatnya kosong. Arti dari “agregat” ialah kumpulan dari berbagai unsur. Konsekuensi dari kumpulan ini ialah proses perubahan. Jadi, musim semi, panas, gugur, dan dingin adalah fenomena alam. Alam ini terus berproses tanpa henti.

Pada pagi hari, saat ketukan kayu berbunyi, langit masih gelap. Saat ketukan kayu terdengar, aktivitas di Griya Jing Si diawali dari kebaktian pagi. Sebelum langit terang, setiap orang di sini berbaris dengan rapi dan tertib untuk memasuki aula dan mulai melantunkan Sutra. Kita berusaha sepenuh hati untuk memahami Dharma; memahami jalan agung dan bertekad mencapai kebuddhaan.

Kita melihat bahwa Sutra Buddha menunjukkan jalan bagi kita agar pintu hati kita terbuka dan jalan spiritual kita menjadi rata. Kita dapat belajar untuk bersumbangsih di dunia ini. Kita membaca Sutra yang dibabarkan para Arya dan terjun ke tengah masyarakat untuk menapaki jalan para Arya, yaitu Jalan Bodhisatwa.

Bodhisatwa terjun ke tengah masyarakat untuk menjalankan praktik Bodhisatwa hingga mencapai tujuan akhir, yakni pencerahan. Jadi, di jalan menuju pencerahan ini, kita harus memahami agregat pembentuk kehidupan dan siklus perubahan yang berlaku di dunia. Kita harus memahami siklus kehidupan di dunia ini.

Kita harus membuka pintu hati kita agar dapat menapaki jalan ini dengan lancar. Seberapa pun panjangnya jalan ini, kita membutuhkan waktu. Dalam setiap langkah kita seiring waktu, kita tidak akan menyimpang. Inilah yang disebut Jalan Arya. Ia adalah jalan yang suci, yang membuat hati kita tenang dan selaras dengan kebenaran. Inilah Dharma yang menakjubkan, dalam, dan tiada banding.

Di masa lalu, kita diliputi ketidaktahuan. Karena itu, kita menjadi makhluk awam. Beruntung, kita bertemu ajaran Buddha sehingga tidak lagi berjalan menyimpang. Karena itu, kita harus bersyukur. Kita bersyukur karena dapat menapaki jalan benar, berbuat baik, dan membawa manfaat bagi semua makhluk. Jadi, kita harus bersyukur setiap hari.

Banyak orang yang menderita di dunia ini. Kekuatan satu orang tidaklah cukup. Kekuatan segelintir orang juga tidak cukup. Dibutuhkan kekuatan banyak orang untuk bersama-sama mewujudkan Jalan Bodhisatwa dan membuka pintu gerbang Bodhisatwa. Kita membuka jalan ini demi orang-orang di masa depan, juga membentangkan jalan ini bagi diri sendiri.

Orang yang membentangkan jalan berjalan di depan dan menapaki jalan bergelombang yang sulit. Kita terus melangkah maju sambil membentangkan selangkah demi selangkah agar jalan yang sudah kita bentangkan menjadi jalan yang rata. Kita berjalan sambil membentangkan jalan agar orang-orang di belakang dapat mengikuti dengan bahagia. Mereka dapat melangkah dengan membusungkan dada dan menciptakan berkah lebih luas bagi dunia. Begitulah kehidupan.

Kini, kita berusaha dengan susah payah. Orang-orang di belakang kita harus kita bimbing agar mengerti untuk bersumbangsih. Kita berharap orang-orang di belakang kita dapat melihat teladan dari generasi ke generasi dan rela untuk bersumbangsih serta menciptakan berkah bagi dunia.

Kini, saya juga berharap Dharma dapat diwariskan. Saat ini, saya juga tengah berjuang sepenuh jiwa raga untuk menyebarkan ajaran guru saya, yaitu ajaran Buddhisme Humanistik. Saya harus bersungguh hati untuk memanfaatkan waktu guna menyebarkan ajaran Buddhisme Humanistik ini agar orang-orang memahami dan menerapkannya di dunia. Pandangan dan pemikiran ini kita praktikkan secara nyata dalam kehidupan di dunia. Selain mempraktikkannya untuk saat ini, kita juga membangun keteladanan bagi dunia.

Kita harus menjadi teladan dan mewariskan semangat ajaran Buddha dari generasi ke generasi agar para umat perumah tangga dapat terus mendukung Dharma. Kita berharap saat mereka menjalankan usaha, mereka juga dapat tetap memiliki hati yang baik dan menjadi teladan untuk mengedukasi masyarakat.

Kita membentangkan jalan bagi semua orang dengan berbagai latar belakang. Kita juga membimbing semua orang di masyarakat. Yang mampu hendaknya memperhatikan yang kurang mampu. Kita harus berusaha untuk menenteramkan masyarakat. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menstabilkan negara kita, bahkan memberi perhatian bagi negara lain di dunia.

Menyadari perubahan dan ketidakkekalan
Menyelami jalan agung dan membuka pintu hati
Menjadi teladan tanpa takut akan kesulitan
Mempraktikkan ajaran Buddha untuk membawa manfaat bagi masyarakat