Kehidupan memang tidak kekal dan penuh penderitaan. Karena itulah, dibutuhkan Bodhisatwa dunia. Kita harus menggenggam setiap detik dan menit untuk bersumbangsih demi membawa harapan bagi masa depan. Inilah kebenaran sejati. Lihatlah Filipina. Setiap tahun, Filipina dilanda banyak bencana, seperti topan, banjir, dan gempa bumi, yang menghancurkan rumah banyak orang. Semua itu merupakan bencana alam.
Kita bisa melihat barisan panjang muda mudi yang sangat tertib. Mereka adalah anggota Tzu Ching, relawan Tzu Chi yang telah dilantik, dan relawan dalam pelatihan. Dari gerak-gerik mereka, kita bisa melihat ketertiban insan Tzu Chi. Orang yang melihat mereka akan tersentuh oleh tata krama mereka. Orang yang mendengar ucapan mereka juga akan terinspirasi untuk bertutur kata dan berbuat baik. Banyak orang yang terinspirasi oleh mereka.
Lihatlah orang-orang yang datang untuk menerima beras dan barang bantuan lainnya. Semua orang dipenuhi sukacita. Saat berinteraksi dengan penerima bantuan, relawan kita juga menginspirasi mereka untuk menolong sesama. Apakah mereka bahagia karenanya? Ya.
Kita juga melihat Sint Maarten, sebuah pulau kecil di tengah lautan yang luas. Di pulau yang tidak luas itu juga terdapat insan Tzu Chi. Jumlah insan Tzu Chi di sana tidak banyak, tetapi cinta kasih mereka sangatlah agung. Mereka menjalankan misi Tzu Chi secara mandiri dan menyebarkan cinta kasih Tzu Chi di sana. Mereka telah mengemban tanggung jawab untuk menolong orang-orang yang menderita di sana dengan semangat Tzu Chi selama 20 tahun.
Awalnya, hanya ada satu relawan di sana. Kemudian, anggota keluarganya juga bergabung. Saat itu, berhubung beras bantuan di sana terbatas, mereka tidak bisa langsung membagikan sekarung beras kepada setiap orang. Berhubung beras bantuan terbatas dan orang yang membutuhkan sangat banyak, maka sekarung beras harus dibagi untuk banyak keluarga. Setelah membuka karung beras, relawan kita menggunakan gelas sebagai takaran dan membagikan tiga gelas beras kepada setiap orang.
Saat menuangkan gelas pertama, relawan kita mengimbau penerima bantuan untuk bersyukur dan bertutur kata baik. Saat menuangkan gelas kedua, relawan kita mengimbau mereka untuk berpikiran baik dan senantiasa membangkitkan cinta kasih. Saat menuangkan gelas ketiga, relawan kita mengimbau mereka untuk berbuat baik. Saat menuangkan tiga gelas beras itu, relawan kita dengan tulus mengimbau orang-orang untuk mempraktikkan tiga kebajikan.
Relawan kita membimbing mereka dan tetap menjaga martabat mereka. Setelah mendengar ucapan relawan kita, para penerima bantuan merasa bahwa martabat mereka terjaga dan mereka juga terinspirasi untuk membangkitkan cinta kasih. Jadi, saat menjalankan misi amal, relawan kita juga memberikan edukasi. Kemudian, relawan kita pun makin bertambah. Mereka juga sangat tertib dan selalu menerapkan semangat budaya humanis kita. Mereka sungguh merupakan Bodhisatwa dunia.
Dahulu, kita tidak memiliki relawan di sana. Lalu, muncul satu relawan yang akhirnya menginspirasi sekelompok relawan. Dengan kekuatan sekelompok orang, mereka dapat melenyapkan penderitaan banyak orang. Kita bisa melihat insan Tzu Chi di seluruh dunia terus menggalang Bodhisatwa dunia. Melihat Bodhisatwa dunia terus bertambah, saya merasa lebih tenang. Jadi, seiring berlalunya waktu, cinta kasih Tzu Chi juga terus tersebar luas.
Saat berbuat baik di dunia, insan Tzu Chi juga menginspirasi orang-orang yang menderita untuk membangkitkan cinta kasih. Ini membuat mereka merasa dihormati. Kita juga memotivasi mereka untuk berdonasi sedikit demi sedikit karena akumulasi donasi kecil bisa membawa manfaat bagi banyak orang. Ini membuat mereka merasa bermartabat.
Meski datang untuk menerima bantuan karena mengalami kesulitan, mereka juga bisa berdonasi semampu mereka dan berkat donasi mereka, akan ada banyak orang yang dapat menerima bantuan. Jadi, kita harus membimbing mereka. Kelak mereka juga akan menjadi relawan Tzu Chi. Intinya, demikianlah kita membangkitkan kekuatan cinta kasih mereka. Inilah yang disebut mempraktikkan Dharma di dunia.
Bodhisatwa sekalian, kita harus mengembangkan nilai kehidupan kita. Kita memiliki jalinan jodoh untuk bersumbangsih bagi orang yang membutuhkan, membimbing mereka memperbaiki kehidupan mereka, dan mengajak mereka untuk bertekad dan berikrar guna bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Ini sungguh menakjubkan. Kekuatan untuk memperbaiki kehidupan dimiliki oleh Anda, saya, dan dia. Intinya, kita harus yakin bahwa kita bisa.
Dalam perjalanan saya tahun lalu, saya paling sering mendengar relawan kita berkata, “Saya bisa.” Sungguh, saya, Anda, dan dia, semuanya bisa melakukannya. Semua orang bersama-sama mengatakan bahwa mereka bisa. Bisa apa? Bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Saya bersyukur kepada para Bodhisatwa kita yang berhimpun untuk bersumbangsih bersama.
Saat ini, kita makin perlu memberikan dukungan kepada para relawan di tempat yang jauh. Orang-orang yang dilanda perang, penderitaan, atau kemiskinan tengah menanti uluran tangan kita. Jadi, Bodhisatwa sekalian, ajaklah teman dan kerabat kalian untuk mencurahkan cinta kasih dan bersumbangsih semampu mereka bagi orang-orang yang membutuhkan. Jadi, kita mengimbau orang-orang untuk membangkitkan cinta kasih.
Ketidakkekalan, penderitaan, dan kekosongan merupakan kebenaran sejati
Bodhisatwa bersumbangsih di seluruh dunia
Mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan untuk berbagi tentang tiga kebajikan
Menghimpun tetes-tetes cinta kasih dan mengajak orang-orang bersumbangsih bersama