Saat berkunjung ke Aula Jing Si Hualien kemarin, saya melihat banyak relawan daur ulang. Para fungsionaris daur ulang kita bersungguh-sungguh menjalankan pelestarian lingkungan, melindungi Bumi, dan menjadikan daur ulang sebagai sebuah edukasi. Kemarin, saya juga mendengar mereka berbagi pengalaman di atas panggung tentang dedikasi mereka dalam kegiatan daur ulang dan bagaimana mereka berinteraksi dengan sesama.

Saya merasa bahwa mereka bukan hanya bersumbangsih dengan cinta kasih, tetapi juga meningkatkan pengetahuan mereka. Mereka juga berbagi pengetahuan melalui interaksi dengan orang-orang. Demikianlah mereka menyelami ajaran Buddha dan mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Mereka bersumbangsih dengan penuh sukacita tanpa keakuan dan pamrih. Mereka juga penuh dengan rasa syukur. Contohnya relawan kita, Nenek Chen Bao-gui.

Nama saya Qiu Chen Bao-gui. Tahun ini, saya berusia 83 tahun. Saya telah menjalankan pelestarian lingkungan selama hampir 30 tahun. Sebelum dilantik sebagai relawan, saya telah menjalankan pelestarian lingkungan. Berhubung sudah lama menjalankannya, saya pun tak sampai hati melepasnya. Saya mengumpulkan barang daur ulang setiap hari,” kata Qiu Chen Bao-gui relawan pelestarian lingkungan.

“Ketika ada yang memberi tahu saya bahwa mereka memiliki barang daur ulang, saya pun sangat senang dan langsung pergi mengambilnya sekalipun saya sedang makan. Lalu, putra saya berkata, ‘Bu, janganlah terburu-buru, habiskanlah dahulu makananmu baru pergi. Jika tidak, nanti Ibu akan lapar dan tidak bertenaga untuk membawa pulang barang-barang daur ulang,” lanjutnya.

“Saya bersyukur kepada Master yang telah membuka jalan pelestarian lingkungan ini sehingga kami dapat menapakinya dengan penuh sukacita. Kami sangat senang setiap hari. Meskipun ini cukup melelahkan, tetapi kami sangat senang menjalankannya,” pungkasnya.

Setelah bersiap-siap dan terlihat bersih, beliau pun mendorong troli keluar rumah. Sebelum fajar menyingsing, beliau telah berangkat ke depo daur ulang yang merupakan ladang pelatihannya. Kemudian, beliau mulai merapikan barang daur ulang. Setelah itu, relawan lain pun berangsur-angsur datang dan bergabung bersamanya.

Beliau menjalankannya dengan sangat bersukacita. Beliau memiliki teman untuk diajak bicara dan mereka menyemangati satu sama lain. Apa yang mereka bicarakan merupakan hal-hal bahagia dan tidak ada kerisauan dalam hati mereka. Setelah truk-truk menurunkan barang ke depo daur ulang, relawan kita pun memilahnya. Barang yang tadinya akan dibuang dapat diolah menjadi barang yang bermanfaat. Di depo daur ulang, relawan kita memilah barang daur ulang, membersihkan, dan merapikannya sehingga barang-barang itu dapat digunakan kembali.

Relawan kita merupakan Bodhisatwa dunia yang sungguh-sungguh menghargai berkah dan tahu bagaimana mengasihi segala sumber daya. Mereka bertindak secara nyata untuk menghargai berkah, bukan hanya mengatakannya saja. Berhubung menghargai sumber daya, mereka dapat mengubah sampah menjadi barang yang bermanfaat.

Sebagian orang yang tahu menghargai sumber daya pun datang ke depo daur ulang kita untuk membawa pulang barang daur ulang yang mereka butuhkan. Relawan kita bahkan mengucapkan terima kasih kepada mereka.

Relawan kita bersumbangsih tanpa pamrih dan memupuk pahala dengan bersukacita. Jadi, depo daur ulang merupakan ladang pelatihan mereka dan juga tempat mereka menghargai segala sumber daya. Itu juga merupakan ladang pelatihan Bodhisatwa bagi relawan kita untuk melenyapkan kegelapan batin karena mereka semua rela bersumbangsih.

Kita juga melihat para Silent Mentor kita. Relawan kita, Bapak Wang, telah membangun tekad dan ikrar untuk bersumbangsih. Dahulu, beliau bergabung bersama Tzu Chi setelah memperbaiki kehidupannya. Sejak awal, beliau telah bertekad. Semua relawan di Tzu Chi menjalankan berbagai fungsi. Beliau mendedikasikan diri di komunitas dan juga berperan sebagai pasien simulasi.

Di akhir hidupnya, beliau membawa manfaat besar dengan tubuhnya. Setelah beliau meninggal, tubuhnya disumbangkan ke Universitas Tzu Chi. Tubuhnya dapat digunakan di kelas anatomi agar para mahasiswa dapat belajar tentang struktur tubuh manusia atau digunakan oleh para dokter untuk penelitian patologis. Inilah yang disebut mengubah yang tidak berguna menjadi sesuatu yang sangat berguna.

Kita sering bertanya pada diri sendiri tentang nilai tubuh kita. Tubuh kita bernilai ketika kita memanfaatkannya di saat kita masih hidup. Mari kita menjaga hati dan pikiran kita dengan baik agar kita dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memberi manfaat bagi masyarakat. Inilah nilai kehidupan kita. Intinya, mari kita berbagi pengalaman tentang perbuatan baik yang telah kita lakukan sekarang.

Pengalaman kita akan didokumentasikan oleh seseorang melalui rekaman suara ataupun tulisan. Itulah peristiwa nyata yang pernah terjadi pada hari, bulan, dan tahun tertentu. Saya selalu mengingatkan kalian untuk membuat catatan agar dapat mengingat apa yang telah kalian dengar pada tanggal tertentu. Ketika kalian membuka kembali catatan itu, kalian mungkin akan ingat bahwa beberapa bulan lalu, kalian kembali ke Griya Jing Si.

Pada hari itu, semua orang mengikuti ritual namaskara. Kemudian, kalian menjadi relawan di rumah sakit. Di sana, kalian melihat bagaimana para dokter dan perawat berinteraksi dengan pasien. Kalian juga melihat penderitaan pasien dan mendengarkan kisah kehidupan mereka. Jadi, dalam pikiran kita terdapat sebuah buku hidup tentang berbagai kisah kehidupan orang-orang. Buku hidup ini dapat kita baca setiap hari. Jadi, Bodhisatwa sekalian, bersungguh-sungguhlah untuk menggenggam kehidupan dan kesempatan yang ada.

Kita memiliki jalinan jodoh untuk membaca kisah nyata orang-orang setiap hari. Kelak ketika kita berinteraksi dengan orang-orang, kita dapat berbagi kisah-kisah ini dengan mereka. Inilah sejarah nyata yang sangat bernilai. Ini juga merupakan cara untuk menggalang Bodhisatwa.

Kita berbagi sejarah ini dengan orang-orang dan menyentuh hati mereka. Kemudian, kita mengajak mereka untuk bergabung dan memberi tahu mereka, “Inilah Tzu Chi. Anda bisa bergabung untuk merasakannya sendiri. Anda juga bisa bergabung untuk bersumbangsih. Anda akan bersumbangsih dengan penuh sukacita dan senantiasa mengucap syukur.” Benar, mari kita bersyukur.

Saat kita bersyukur kepada anggota keluarga kita, kita akan memiliki keluarga yang harmonis. Itu sungguh sangat bernilai. Saya bersyukur kepada kalian semua yang telah mencurahkan kekuatan cinta kasih. Tekun dan bersemangatlah melatih diri. (Baik) Bagus. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih.

Menghargai segala sumber daya dengan melakukan daur ulang
Mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan
Membentuk lautan pahala dengan giat bersumbangsih
Membawa manfaat bagi sesama