“Saat ini, pusat medis atau rumah sakit di Taiwan telah menerima pasien rawat jalan dalam jumlah yang sangat banyak. Meski para dokter hendak merawat dan memperhatikan pasien secara lebih menyeluruh, tetapi kekuatan kami terbatas. Berkat pengobatan keliling ini, kami dapat melengkapi kekurangan ini,” kata dr. Chen Zhen-fang Anggota TIMA.
“Mengapa setiap kali mengunjungi rumah warga, Anda selalu memeriksa kamar mandi?” kata relawan Tzu Chi.
“Karena warga lansia yang sakit tidak leluasa untuk bergerak. Keselamatan di kamar mandi sangatlah penting. Karena itulah, kita harus melakukan upaya pencegahan agar mereka terhindar dari cedera,” kata Du Jia-yun pekerja social.
Lihat, inilah Bodhisatwa dunia yang memenuhi kebutuhan orang-orang. Kita mengunjungi para penerima bantuan dari rumah ke rumah untuk memahami kondisi kehidupan dan jumlah anggota keluarga mereka. Apakah mereka yang hidup kekurangan dalam keadaan sehat atau sebaliknya? Apakah mereka mengalami keterbatasan fisik akibat penyakit yang diderita mereka?
Kita harus memahami dengan jelas tentang tingkat kesulitan hidup mereka. Bagi mereka yang jatuh sakit, kita berusaha untuk mengantar mereka ke rumah sakit atau meminta dokter kita untuk memberikan pengobatan gratis ke rumah mereka. Kita memberikan bantuan secara menyeluruh sesuai dengan kondisi mereka. Itu semua bisa terwujud bukan hanya karena kekuatan segelintir orang saja, melainkan karena kekuatan banyak orang.
Seluruh masyarakat turut bersumbangsih. Ada yang melakukan dokumentasi, ada yang mengangkut barang, ada yang memberi konsultasi medis dan suntikan, ada juga yang bersedia merangkul, menggandeng, dan memapah para penerima bantuan. Ada banyak orang yang telah membangkitkan ketulusan dan cinta kasih untuk bersumbangsih dengan bakat dan keahlian masing-masing.
Saat semua orang dalam masyarakat berhimpun bersama, terciptalah tanah suci para Bodhisatwa. Mereka semua bersumbangsih tanpa pamrih. Jadi, mereka tidak memiliki ketamakan dan noda batin. Hati mereka sungguh sangat murni. Mereka memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda. Namun, dengan cinta kasih dan ketulusan yang sama, mereka berhimpun untuk bersumbangsih bersama.
“Hari ini, diadakan tes PCR berskala besar di rumah sakit komunitas di Jinshan dan Songjiang. Karena itu, kami segera mengantarkan ranjang lipat dan selimut ke rumah sakit agar para tenaga medis dapat memiliki tempat untuk beristirahat sebentar,” kata Zhao Ming relawan Tzu Chi.
“Meskipun tidak dapat bersumbangsih di garis depan, tetapi kami bisa memberikan dukungan dari belakang,” kata Li Wenqian relawan.
“Berkat kegiatan pengemasan barang bantuan ini, kami dapat bersumbangsih dan memberi penghiburan bagi para tenaga medis. Saya merasa sangat senang,” kata Zhao Li relawan.
“Apakah barang-barang ini bermanfaat bagi kalian?”
“Ya, sungguh sangat bermanfaat. Ranjang lipat sangat praktis untuk ditaruh di kamar yang kecil. Kami biasanya hanya beristirahat di kursi,” kata Gao Haomei Kepala Puskesmas Jinshan.
Bodhisatwa muncul karena adanya makhluk yang menderita. Saat setiap orang membangkitkan cinta kasih dan bersumbangsih dengan tulus, itulah keindahan dan ketulusan. Saya sering kali berkata demikian. Namun, apakah semua orang bisa melakukannya? Pasti bisa.
Seiring berjalannya waktu, kehidupan pun menjadi indah karena kita terus bersumbangsih. Saya merasa bahwa kehidupan sangatlah indah. Namun, keindahan itu muncul dari penderitaan. Ada orang miskin yang hidup menderita, ada pula orang kaya yang hidup dalam kemewahan dan keborosan. Karena itulah, kita memiliki tanggung jawab untuk membimbing yang kaya dan menolong yang miskin.
Orang kurang mampu menjalani kehidupan yang sangat menderita. Kita menunjukkan penderitaan ini untuk membimbing orang kaya agar mereka tahu bahwa orang-orang yang kekurangan juga hendak membantu sesama dengan mengerahkan tenaga ataupun mengajak orang berbuat baik. Jadi, manusia dapat saling membimbing.
Para Bodhisatwa muncul di dunia. Tidak semua Bodhisatwa muncul sebagai orang kaya, orang berpendidikan tinggi, ataupun orang yang tidak perlu khawatir akan sandang dan pangan. Bodhisatwa juga bisa muncul sebagai orang yang menderita, hidup dalam kesulitan, ataupun menderita penyakit. Mereka menunjukkan penderitaan akibat kemiskinan dan penyakit demi menyentuh hati orang-orang. Ini juga merupakan Bodhisatwa. Dengan penderitaan mereka, mereka menyentuh hati orang kaya dan orang yang memiliki cinta kasih.
Ketika yang kaya melihat yang miskin, timbullah cinta kasih di hati mereka sehingga mereka pun bersumbangsih bagi yang miskin. Jadi, pemberi bantuan haruslah bersyukur kepada penerima bantuan karena penerima bantuan telah menunjukkan penderitaan pada mereka dan membangkitkan cinta kasih di hati mereka sehingga mereka dapat menyatukan cinta kasih banyak orang untuk bersumbangsih bersama. Karena itulah, orang yang memberi bantuan merupakan orang yang paling bahagia. Demikianlah kehidupan. Jadi, bagaimana seharusnya kita memanfaatkan kehidupan dan setiap momen yang ada?
Saat ini, saya hendak menyampaikan apa yang ada dalam lubuk hati saya dengan tulus tanpa menyuntingnya. Saya berbicara terus terang. Inilah kesimpulan yang saya dapatkan dari hasil analisis saya terhadap kehidupan. Apa tujuan saya? Untuk menyemangati diri saya sendiri agar tidak menyia-nyiakan waktu yang saya miliki.
Setiap detik berguna. Sebuah keputusan atau sebersit niat saya dapat menginspirasi banyak orang untuk berbuat baik. Lihatlah, dengan semangat celengan bambu, kita dapat menolong orang yang menderita dan para penerima bantuan pun berkontribusi kembali dengan menyisihkan uang ke dalam celengan bambu. Inilah edukasi. Demikianlah kita membimbing semua makhluk.
Untuk membimbing semua makhluk, kita harus menggunakan metode yang tepat dan mengembangkan kebijaksanaan kita. Kita menggunakan semangat celengan bambu untuk menyentuh hati semua orang. Dengan cinta kasih dan kekuatan mereka, mereka dapat membantu orang yang menderita. Inilah yang disebut memutar roda Dharma.
Jadi, kita memutar roda Dharma untuk membimbing semua makhluk dengan menggunakan berbagai metode. Ini juga disebut menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Enam Paramita terdiri atas dana, disiplin moral, kesabaran, semangat, konsentrasi, dan kebijaksanaan.
Hendaklah kita sungguh-sungguh menjalankan berbagai praktik Enam Paramita ini. Kita bisa menggunakan berbagai cara untuk membimbing orang-orang mempraktikkan Enam Paramita. Ada puluhan ribu cara untuk mempraktikkan Enam Paramita. Jadi, tidak ada yang tidak bisa dilakukan atau dibimbing oleh Bodhisatwa. Setiap orang bisa saling membimbing. Semua orang bisa melakukannya.
Menciptakan tanah suci Bodhisatwa dengan meringankan penderitaan semua makhluk
Para Bodhisatwa bermunculan di dunia
Tulus bersyukur serta mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan
Memutar roda Dharma dengan menjalankan Enam Paramita