“Kakek, apakah Kakek makan banyak sayur dan buah?” tanya Lin Yun-xuan. “Ya. Kakek juga makan ikan,” jawab kakeknya.
“Ikan boleh dimakan?” tanyanya lagi. “Tidak boleh, ikan termasuk daging. Ikan adalah teman baik kita. Dengan bervegetaris, kita bisa menyelamatkan hewan,” jelas sang kakek.
“Saya bervegetaris setiap hari. Saya tidak membunuh hewan. Saya menyayangi mereka. Setiap hari, saya menyisihkan satu uang logam ke dalam celengan bambu. Ini adalah celengan bambu kedua saya yang akan digunakan untuk menolong orang-orang yang kelaparan dan tidak punya pekerjaan,” cerita Chen Yi-yan.
“Saya adalah Li-yan. Sekarang saya sudah tidak makan daging. Saya bervegetaris karena ingin melindungi hewan. Hewan juga punya ayah dan ibu. Kakek Guru tidak perlu khawatir. Amitabha. Terima kasih,” tekad Xu Li-yan.
Saya telah melihat dan mendengar anak-anak yang masih begitu kecil membangun ikrar yang begitu agung. Pada usia dini, mereka sudah memahami pikiran saya dan sangat dekat di hati saya. Karena itu, saya hendaknya makin yakin terhadap kemanusiaan. Saya hendaknya lebih bersungguh-sungguh dan tenang setelah tahu bahwa Dharma telah diwariskan.
Asalkan Dharma dan Jalan Bodhisatwa dapat diwariskan, saya bisa merasa tenang. Ajaran saya bisa dipahami secara jelas oleh insan Tzu Chi Malaysia, ini memang dalam dugaan saya. Namun, kalian bukan hanya memahami ajaran saya, yang lebih mengagumkan ialah kalian memahami pikiran saya. Ini menunjukkan bahwa kalian sangat dekat di hati saya.

Dengan kebijaksanaan yang bagai cermin yang bulat, semua orang dapat memahami ajaran saya, termasuk anak kecil. Para Bodhisatwa lansia, paruh baya, dan muda juga dapat memahami ajaran saya. Bukankah kebijaksanaan ini bagai cermin yang bulat? Cermin di dalam hati setiap orang ini dapat merefleksikan segala sesuatu dengan jelas.
Ajaran saya telah meresap ke dalam hati setiap orang. Saat mendengar Dharma dan mengikuti bedah buku, para relawan kita bersungguh hati menyerap Dharma ke dalam hati.
Dharma bagaikan aroma semerbak yang membuat orang-orang dipenuhi sukacita dalam Dharma. Menyerap Dharma ke dalam hati dengan sukacita disebut menghirup keharuman Dharma. Mempraktikkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari berarti menapaki Jalan Bodhisatwa. Tanpa mempelajari dan memahami kebenaran, bagaimana bisa kita membuka Jalan Bodhisatwa ini?
Bodhisatwa bersumbangsih bagi semua makhluk yang menderita dan memperoleh sukacita dari bersumbangsih. Jadi, kita mempelajari Dharma, mempraktikkannya di dunia, dan bersumbangsih sesuai kebutuhan semua makhluk. Setelah itu, kita juga berbagi Dharma dengan mereka untuk mengubah kegelapan batin menjadi kemurnian hati.
Kita memutar roda Dharma dan membasuh batin semua makhluk. Saat melihat mereka berubah, bukankah kita juga dipenuhi sukacita? Selain itu, dengan berbagi kebajikan dengan orang lain, kita juga dapat meneguhkan tekad pelatihan kita.

“Saya adalah Hong Chen-rui dari Malaysia. Bulan depan, saya akan genap berusia empat tahun. Saya menuruti kata-kata Kakek Guru untuk bervegetaris. Kakek Guru berkata bahwa kita harus bervegetaris dan menyosialisasikan vegetarisme serta bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan. Saya menuruti kata-kata Kakek Guru. Setelah tumbuh dewasa, saya akan membantu Kakek Guru menolong orang-orang yang membutuhkan,” kata Hong Chen-rui.
“Chen-rui juga menggalang donasi. Setiap kali keluar rumah, dia selalu membawa celengan bambu dan berkata kepada tetangga, kerabat, dan teman kami, ‘Kita dapat melakukan amal besar dengan dana kecil. Setiap orang dapat turut berbuat baik. Orang yang hidup tenteram hendaknya menolong orang yang menderita,’” tutur Ibu Hong Chen-rui menirukan ucapan anaknya.
“Dalam rangka Hari Bumi, Bodhisatwa cilik ini setiap hari berseru, ‘Bumi Pertiwi telah jatuh sakit. Kita hendaklah mengasihi gunung dan air serta menghargai sumber daya alam.’ Dia juga menyadarkan kami sekeluarga bahwa selain bervegetaris, kami juga harus mengurangi penggunaan pendingin ruangan, mematikan lampu saat tidak digunakan, mengisi gelas dengan air untuk menggosok gigi, dan hanya membuka keran sebesar sebatang sumpit saat mencuci piring. Semua ini sungguh merupakan tantangan,” lanjut Ibu Hong Chen-rui.
“Beralih dari lift ke tangga, ini juga sangat berat bagi saya karena kami tinggal di lantai 36. Chen-rui juga merasakan bahwa Master menguras banyak energi untuk mengimbau orang-orang berdoa dengan tulus dan bervegetaris. Bodhisatwa cilik ini berkata pada saya, ‘Ibu, Kakek Guru sangat lelah dan bekerja keras. Saya merasa sedih sekali. Setelah tumbuh dewasa, saya akan membantu Kakek Guru melakukan daur ulang dan menolong orang-orang yang menderita. Saya juga akan mengajak semua orang untuk menjadi Superhero Vegetaris,’” tambah Ibu Hong Chen-rui.

Anak-anak seperti ini bukan hanya memiliki pengetahuan, tetapi telah mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Mengenai kebijaksanaan ini, kita sebagai orang dewasa hendaknya meneladan anak-anak ini. Jadi, Dharma yang dibabarkan oleh Buddha merupakan kebenaran sejati. Baik tua maupun muda, semua orang memiliki hakikat kebuddhaan yang sama.
Bodhisatwa sekalian, saya bersyukur pada kalian yang menyediakan lingkungan yang begitu baik bagi anak-anak sehingga mereka bisa mendapatkan pendidikan yang baik. Saya berharap kalian dapat mendukung pencapaian mereka dengan sering berbagi kisah kebajikan dengan mereka dan mempertemukan mereka dengan mitra bajik agar mereka dapat bersumbangsih bagi dunia setelah tumbuh dewasa.
Anak-anak merupakan benih kebajikan yang akan menjadi pilar masyarakat di masa depan. Jadi, saya berharap Bodhisatwa sekalian dapat mengasihi dan melindungi mereka. Namun, ini harus dilakukan secara bijaksana. Kita bukan memanjakan mereka, melainkan mengasihi mereka.
Dengan membimbing mereka secara bijaksana, barulah kita dapat mempertahankan kemurnian anak-anak ini hingga selamanya. Intinya, selain dipenuhi sukacita, ada banyak hal yang tidak habis untuk saya sampaikan. Saya mendoakan kalian semua dengan tulus.