Dalam rapat mingguan kemarin, saya mendengar staf Divisi Kerohanian kita melaporkan tentang bencana alam yang terjadi di seluruh dunia. Saya pun melihat Australia yang diguyur hujan deras hingga terendam banjir. Begitu terjadi banjir di Australia, relawan kita di sana pun menjangkau para korban lainnya terlebih dahulu meski mereka sendiri juga terkena dampak bencana.
Ada begitu banyak rumah yang terendam banjir. Relawan kita mengesampingkan rumah mereka sendiri, lalu mendatangi rumah-rumah para korban untuk mencurahkan perhatian. Berhubung banyak orang yang terkena dampak bencana, relawan kita hendak membantu mereka terlebih dahulu.
Relawan kita memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan. Bayangkan, jika setiap orang hanya peduli dengan rumahnya sendiri, tidak akan ada kekuatan untuk membersihkan lokasi bencana. Jadi, pascabencana, kita harus mengerahkan para relawan untuk mencurahkan perhatian kepada para korban.
Jika setiap keluarga dari setiap komunitas dapat bekerja sama dengan harmonis untuk membersihkan lokasi bencana, upaya pembersihan pun dapat dilakukan dengan mudah. Namun, jika setiap keluarga hanya membersihkan rumah mereka masing-masing, maka cakupan area yang dapat dibersihkan pun sangat kecil. Dengan sumber daya manusia yang minim, upaya pembersihan skala besar tidak dapat dilakukan. Jadi, kita membutuhkan kekuatan banyak orang.
Jika setiap warga di setiap komunitas dapat membantu satu sama lain, daerah yang terkena dampak pun dapat dibersihkan dengan mudah dan cepat. Jadi, kita harus menggalakkan semangat seperti ini. Kita harus memiliki hati yang lapang. Jangan hanya mementingkan diri sendiri.

Jika warga di komunitas membutuhkan bantuan, kita haruslah menghimpun kekuatan untuk menyalurkan bantuan. Jika kita semua dapat melatih diri masing-masing serta bekerja sama untuk bersumbangsih bagi komunitas dan dunia, ketenteraman dunia pun dapat terwujud.
Saya sering membagikan banyak prinsip kebenaran dalam ceramah saya. Jika kita hanya mendengar prinsip kebenaran tanpa memahaminya, kita tidak dapat mengubah tabiat buruk kita. Apakah kita bisa tidak berubah? Apakah kita tidak mengalami perubahan seiring waktu berlalu?
Kita mengalami perubahan dari muda menjadi tua. Tidak peduli bagaimana kita menjaga diri sendiri, waktu tetap terus bergulir. Seiring berjalannya waktu, sebagian orang masih mempertahankan tabiat buruk mereka. Intinya, seiring waktu berlalu, tabiat buruk mereka pun tidak berubah.
Mereka tamak akan segala sesuatu dan hanya berpikir untuk menghasilkan lebih banyak uang. Tidak peduli berapa banyak yang kita miliki, ketika terjadi bencana air, bencana api, ataupun bencana angin yang memiliki kekuatan yang sangat besar, kita pun tidak dapat melindungi segala materi kita.

“Saya memasuki pintu kebajikan sebagai seorang relawan pengusaha. Setelah bergabung bersama Tzu Chi, saya mulai menjadi relawan di komunitas. Berkat Tzu Chi, saya dapat mendedikasikan kehidupan saya untuk memberi manfaat bagi orang lain, menyentuh hati orang lain, dan mengubah diri saya menjadi lebih baik. Nama saya ‘Ji-li’, yang berarti peluang dan manfaat. Sebelum bergabung bersama Tzu Chi, saya menggenggam setiap kesempatan untuk membawa keuntungan bagi diri sendiri. Setelah bergabung bersama Tzu Chi, kini saya sudah berbeda. Saya hendak menggenggam setiap kesempatan untuk memberi manfaat bagi semua makhluk. Inilah yang telah Master ajarkan pada kita,” kata Pan Ji-li relawan Tzu Chi.
Setelah bergabung bersama Tzu Chi, beliau menjalankan usaha seperti biasanya. Namun, di mana pun bantuan dibutuhkan, beliau segera mengulurkan tangan. Lihatlah bagaimana beliau membantu warga tunawisma melewati cuaca yang sangat dingin.
“Pakaian yang sangat laku di toko saya merupakan pakaian musim dingin. Awalnya semua ini akan dijual di toko saya. Berhubung membantu yang membutuhkan merupakan hal utama yang harus saya lakukan, saya pun segera mengemas semua pakaian musim dingin agar dapat diantar oleh staf kami ke Kaohsiung secepatnya,” kata Pan Ji-li relawan Tzu Chi.
“Ketika warga tunawisma meraba pakaian musim dingin ini, mereka pun berkata, ‘Pakaian ini terbuat dari bahan berkualitas. Apakah Anda sungguh memberikannya kepada saya?’ Saya pun menjawab, ‘Ya, ini untukmu,” kata Li Xiu-chuan relawan Tzu Chi.

Saat kita bersujud di hadapan Buddha, bertekad dan berikrarlah untuk terjun ke masyarakat serta bersumbangsih bagi orang-orang yang menderita di dunia. Kita harus membangun ikrar di hadapan Buddha. Dengan berikrar di hadapan Buddha, kita dapat kembali pada hakikat kebuddhaan kita yang murni. Saya juga hendak mengingatkan kalian semua bahwa jangan biarkan waktu berlalu dengan sia-sia. Kita harus terus menggenggam waktu untuk bersumbangsih.
Saudara sekalian, dengarlah kata-kata saya ini dengan sungguh-sungguh, “Jangan biarkan sedetik pun berlalu dengan sia-sia. Kita harus menggenggam setiap detik untuk membawa manfaat bagi masyarakat. Hanya dengan begitulah kita dapat membawa manfaat bagi diri sendiri.” Satu-satunya cara untuk melatih diri ialah bersumbangsih bagi dunia. Inilah pelatihan diri yang sesungguhnya.
Dengan menggenggam setiap detik untuk membawa manfaat bagi banyak orang, berarti kita menciptakan pahala yang tak terhingga bagi diri sendiri.