Sejak bulan November tahun lalu, saya memulai perjalanan keliling dalam rangka Pemberkahan Akhir Tahun. Selama dua sampai tiga bulan rangkaian Pemberkahan Akhir Tahun ini, segala yang saya lihat membuat hati saya terasa berat.
Antara tahun lalu dan tahun ini saja, hanya dalam waktu satu tahun, saya melihat orang-orang sudah berubah. Rambut mereka sudah memutih. Saat berkumpul dan berbincang dengan saya, mereka berkata, “Master, kerabat saya yang itu sudah meninggal dunia.” Mendengarnya, saya merasakan ketidakkekalan.
Setahun yang lalu, saya masih melihatnya, tetapi mengapa setelah berselang setahun, saya tak bisa lagi melihatnya untuk selamanya? Jadi, tahun lalu, saya mulai mengatakan bahwa sebagai manusia, kita harus sungguh-sungguh menggenggam jalinan jodoh dan waktu yang ada saat ini.
Jalinan jodoh harus kita hargai. Merupakan kesempatan yang langka bagi kita untuk terlahir sebagai manusia dan mendengar ajaran Buddha. Terlebih lagi, kita memiliki tekad yang sama dan bersama-sama berjalan di Jalan Bodhisatwa. Betapa berharganya jalinan jodoh ini.
Bodhisatwa sekalian, waktu terus mendesak kita. Bagaimana dengan ajaran Buddha? Buddha mengajarkan kepada kita bahwa ketidakkekalan dapat terjadi dalam sekejap. Jadi, kita perlu memahami hukum sebab akibat. Kita harus menggenggam waktu saat ini untuk menanam benih dan kondisi baik agar dapat menuai buah dan akibat yang baik pula.
Semua orang hendaknya mawas diri dan tulus berdoa. Orang-orang pada umumnya berkata, “Ya Tuhan, ampuni saya.” Demikian pula, kita juga harus mawas diri dan tulus. Kini adalah saatnya bagi kita untuk sadar dan waspada. Kita harus bertobat. Sekaranglah saatnya bagi kita untuk benar-benar berbagi tentang pelajaran besar.
Mengenai makanan, kini jenis makanan begitu beragam. Tanaman pangan sangatlah berlimpah. Baik sayuran maupun buah-buahan, semuanya dapat memenuhi kebutuhan dan selera kita. Sayuran dan buah-buahan dapat memenuhi selera kita. Karena itu, kita harus menyadari berkah.
Saat menikmati berkah, kita harus menyadari berkah. Kita harus mengurangi nafsu keinginan. Orang yang dapat menyadari berkah dan mengurangi nafsu keinginan, barulah dapat benar-benar menciptakan berkah.
Hampir 800 juta populasi manusia di Bumi ini hidup dalam kemiskinan. Kita yang memiliki berkah haruslah menyadari berkah dan membangkitkan cinta kasih untuk menciptakan berkah. Inilah yang terus saya serukan kepada kalian semua.
Pandemi Covid-19 selalu saya khawatirkan setiap hari hingga sekarang. Energi penyakit ini entah kapan baru akan mereda dan manusia dapat kembali hidup damai, sehat, dan bebas. Kita semua harus sungguh-sungguh meningkatkan kewaspadaan dan menjaga diri agar dapat tetap hidup selamat dan tenteram. Namun, jangan lupa untuk mengembangkan cinta kasih setiap hari.
Dengan tetes-tetes cinta kasih yang terhimpun, kita dapat terus membantu orang-orang yang menderita kemiskinan dan penyakit. Tanpa memengaruhi kehidupan kita sendiri, kita dapat memupuk kekuatan untuk membantu sesama.
Saya berharap kita dapat memiliki tekad dan harapan yang sama. Dengan hati dan tekad yang sama, kita dapat segera menjalankan praktik nyata. Kita sudah kehabisan waktu dan sudah agak terlambat untuk melakukan sesuatu. Kita harus segera melakukan yang dapat kita lakukan.
Setengah abad yang lalu, Tzu Chi dimulai dari kisah 50 sen. Lebih dari 50 tahun kemudian seperti hari ini, Tzu Chi telah tersebar ke seluruh dunia. Di berbagai tempat di dunia, kita dapat melihat seekor kunang-kunang, lima ekor kunang-kunang, sekelompok kecil atau sekelompok besar kunang-kunang. Di Bumi ini, terdapat banyak kunang-kunang yang memancarkan cahaya. Jadi, Bodhisatwa sekalian, semoga dunia ini dipenuhi kunang-kunang.
Setiap orang hendaknya bertekad dan berikrar untuk bersumbangsih bagi dunia. Kita semua harus mawas diri dan tulus. Kita berharap jam kiamat dunia tidak memiliki kesempatan untuk berdentang. Untuk itu, kita harus sungguh-sungguh membuat seruan. Kita harus menyosialisasikan dan menjalankan vegetarisme.
Kita semua tidak boleh tidak sadar. Bencana yang menggemparkan dunia sudah di depan mata. Karena itu, kita harus sadar dan mengambil hikmahnya. Jadi, kita harus berdoa dengan tulus. Menengadah ke langit, kita harus bertobat; menunduk ke bumi, kita harus bersyukur. Kita harus menggenggam waktu untuk menciptakan berkah.
Kita semua harus bertobat, bersyukur, dan saling berterima kasih. Dengan hati yang penuh rasa syukur, barulah kita dapat menciptakan berkah yang tak terhingga. Selalu bersyukur serta menciptakan dan memupuk berkah sangatlah penting. Untuk terlahir di Tanah Suci, kita tidak boleh kekurangan akar kebajikan.
Banyak orang berkata bahwa hanya dengan memohon kepada Buddha Amitabha, kita dapat terlahir di Tanah Suci Barat. Sesungguhnya, Buddha Bhaisajyaguru di Timur juga menanti kita. Beliau ingin kita lebih banyak menciptakan berkah dan menyebarkan Dharma di dunia.
Di dunia ini terdapat banyak penyakit yang membutuhkan Dharma sebagai obat. Kita harus mengenal lebih banyak obat Dharma ini. Yang baru saja saya sampaikan kepada kalian tadi adalah Dharma. Jika dapat menerimanya, kalian akan tersadarkan. Jadi, kita harus bertobat dan bersyukur.
Lebih banyaklah menciptakan berkah. Kembangkan berkah dan kebijaksanaan secara bersamaan. Tercerahkan berarti tersadarkan. Menciptakan berkah di dunia berarti mengembangkan berkah.
Jadi, kita harus segera menciptakan berkah dan senantiasa bertobat. Dengan demikian, kita juga menumbuhkan kebijaksanaan. Dibarengi dengan praktik menciptakan berkah, ini disebut membina berkah dan kebijaksanan sekaligus.
Tulus bersyukur melepas tahun yang lama
Mengambil hikmah dari bencana dan memahami ketidakkekalan
Menghimpun cinta kasih dan kebajikan demi meredam pandemi
Menumbuhkan berkah dan kebijaksanaan di Jalan Bodhisatwa
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Januari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 31 Januari 2022