Bodhisatwa sekalian, saya selalu mengingatkan kalian semua bahwa kita hendaknya menggenggam waktu yang ada serta memanfaatkan setiap detik dan menit untuk bersumbangsih. Sejak awal bertekad, berapa banyak upaya kita untuk melatih diri dan bersumbangsih? Dahulu saya selalu mengingatkan kalian untuk bersumbangsih dengan penuh rasa syukur dan tanpa pamrih.

Insan Tzu Chi sungguh sangat luar biasa. Semuanya bersumbangsih tanpa pamrih serta mengungkapkan rasa syukur. Kalian semua telah menjalankan ajaran saya. Namun, kini saya berkata bahwa kita hendaklah menginventarisasi nilai kehidupan kita masing-masing.

Menghitung berapa banyak yang telah kita lakukan mungkin terdengar bertentangan dengan bersumbangsih tanpa pamrih. Dahulu, saya berkata bahwa jangan bersikap perhitungan dalam bersumbangsih. Kini, saya berkata bahwa kita harus menghitung berapa banyak sumbangsih kita.

Bersikap perhitungan berbeda dengan menghitung. Bersikap perhitungan membuat kita merasa bahwa orang lain bersumbangsih lebih sedikit dari kita dan kita lebih hebat dari orang lain. Inilah yang disebut dengan sikap perhitungan.

Kini, saya hendak kalian menghitung berapa banyak sumbangsih kalian. Dahulu kita telah bersumbangsih tanpa pamrih. Namun, kini kita harus menghitung berapa nilai kehidupan yang telah kita kembangkan dengan bersumbangsih di tengah masyarakat dengan ketulusan hati dan cinta kasih tanpa pamrih.

Berhubung telah mempelajari kisah Buddha, kita tahu bahwa selama beberapa asamkhyeya kalpa, Beliau menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan, baru bisa benar-benar menyempurnakan berkah dan kebijaksanaan-Nya. Setelah menyempurnakan berkah dan kebijaksanaan, barulah Beliau bisa mencapai kebuddhaan. Jadi, dalam meneladan Buddha, kita hendaklah meneladan hati Buddha dan keteguhan tekad-Nya, tidak peduli kesulitan apa yang dihadapi.

Kita hendaklah bertanya pada diri sendiri. Saat melangkah maju dalam kehidupan ini, apakah kita menyimpang dari arah yang benar? Jika tidak, kita harus terus melangkah maju. Kita tidak bisa melampaui keduniawian sebelum mencapai kebuddhaan. Jadi, kita hendaklah menapaki Jalan Bodhisatwa dengan teguh. Jangan sampai keluar dari barisan Bodhisatwa.

Ada orang yang berpikir, “Saya telah melampaui keduniawian dengan memiliki tekad pelatihan yang teguh. Saya tidak perlu lagi melatih diri bersama kalian.” Jika tidak terjun ke tengah masyarakat, kita tidak bisa melampaui keduniawian. Karena itulah, dikatakan bahwa untuk mencapai kebuddhaan, kita harus menjalin jodoh baik dengan sesama terlebih dahulu. Benar, Bodhisatwa sekalian, kita harus bisa menjalin jodoh baik dengan sesama.

Insan Tzu Chi memiliki jalinan jodoh yang sangat istimewa. Lihatlah pertemuan kali ini. Orang-orang berkebajikan unggul berhimpun di satu tempat. Mereka semua adalah Bodhisatwa dunia dan tempat ini adalah ladang pelatihan. Saya bersyukur atas ladang pelatihan ini.

Berkat jalinan jodoh baik di kehidupan lampau, kini saya dapat bertemu dengan banyak Bodhisatwa ke mana pun saya berkunjung. Kalian semua selalu menapaki Jalan Bodhisatwa dengan teguh, terjun ke tengah masyarakat untuk memperhatikan orang-orang yang menderita, dan mendengarkan Dharma setiap hari.

Saya juga sangat bersukacita melihat insan Tzu Chi menghirup harumnya Dharma dan mengikuti kegiatan bedah buku setiap hari. Ini membuat saya sangat berpuas diri dalam kehidupan ini karena setiap orang memandang penting ajaran saya dan menghormati saya. Semoga kalian dapat menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia.

Kalian menunjukkan pada saya bahwa kalian bukan sekadar menyambut seruan saya, melainkan menjalankan Tzu Chi dengan kesatuan hati dalam jangka panjang. Saya sangat bersyukur kepada para insan Tzu Chi yang bersumbangsih dengan cinta kasih. Kalian bersumbangsih dengan sukarela dan tanpa pamrih. Inilah semangat misi amal yang sesungguhnya.

Kita harus mewariskannya dari generasi ke generasi. Inilah kehidupan yang bernilai. Kapan pun dibutuhkan, kita selalu bersedia untuk bersumbangsih. Cinta kasih kita tak pernah terputus, bagai aliran air yang tidak dapat diputus oleh pisau. Cinta kasih kita bagaikan mata air yang murni.

Kalian semua tentu tahu pada awal saya mendirikan Tzu Chi, saya berkata bahwa saya hendak menjadi seorang penggali sumur. Saya tidak ingin membuat guci ataupun tangki air, melainkan menggali sumur. Tidak peduli seberapa besar tangki air itu, jika tidak terus diisi dengan air, lama-kelamaan, air di dalamnya akan habis terpakai. Namun, jika saya menggali sumur, maka sumber air tidak akan terputus.

Saudara sekalian, berhubung saya masih ada, mari kita menghimpun kekuatan untuk menggali lebih banyak sumur. Semoga kalian dapat mewariskan semangat menggali sumur ini kepada anak cucu dan tidak berhenti untuk menggalang Bodhisatwa dunia secara luas.

Kita tidak hanya harus menghimpun kekuatan, tetapi juga harus mempertahankan tekad awal kita. Ketika saya berencana untuk membangun rumah sakit di Hualien, kalian pun bertekad untuk menggalang donatur. Tekad kita tidak pernah mundur. Tekad awal kita seperti pelita. Selama pelita itu menyala, cahayanya bisa memancar ke segala arah. Terima kasih.

Setiap hari, saya melihat peta. Kita hendaklah memandang ke seluruh dunia untuk menemukan tempat yang membutuhkan bantuan dan segera mengulurkan tangan. Inilah semangat Bodhisatwa Avalokitesvara. Bukankah kalian seperti Bodhisatwa Avalokitesvara Berlengan dan Bermata Seribu?

Kalian semua bagaikan mata dan tangan saya. Saya sangat mengagumi kalian. Saya juga sangat mengasihi dan menghargai kalian. Saya tidak bisa tanpa kalian. Kalian berkata, “Kami tidak bisa tanpa Master.” Sesungguhnya, sayalah yang membutuhkan kalian dan tidak dapat kehilangan satu pun dari kalian.

Sesuai hukum alam, waktu saya akan tiba suatu hari. Saya hendak mewariskan kebajikan kepada kalian. Kalian juga harus mewariskannya pada generasi mendatang. Jadi, setiap keluarga yang melakukan kebajikan pasti akan dipenuhi berkah yang berlimpah. Semoga kebajikan dapat diwariskan di setiap keluarga.

Bersumbangsih tanpa pamrih dan melatih diri di tengah masyarakat
Semangat inventarisasi kehidupan diwariskan dari generasi ke generasi
Berpegang teguh pada tekad awal untuk menggalang Bodhisatwa dunia secara luas
Setiap keluarga melakukan kebajikan dan menggali mata air cinta kasih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 01 Desember 2021
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 03 Desember 2021