Lihatlah kehidupan di alam manusia, ada suka, duka, pertemuan, dan perpisahan. Bagaimana kita tidak sedih ketika orang yang kita cintai atau orang terdekat harus pergi?

Anak-anak kesayangan harus meninggalkan kampung halaman mereka dan pergi jauh untuk menuntut ilmu dan mencari nafkah, sedangkan orang tua hidup sendirian dan semakin menua.

Baru-baru ini, ketika saya mengadakan rapat dengan badan misi kesehatan Tzu Chi, topiknya tidak terlepas dari perawatan jangka panjang untuk lansia.

Dalam kehidupan saat ini, bukan anak-anak tidak berbakti kepada orang tua, hanya saja keadaan memaksa untuk demikian.

Apa pun alasan kepergian mereka, pada akhirnya orang tua hidup sendirian tanpa anak-anak di sisinya. Apa yang bisa kita lakukan? Saya berharap kita dapat membimbing para tetangga untuk saling peduli. Para lurah harus dapat menyatukan warga.

Pepatah mengatakan bahwa tetangga dekat lebih baik daripada kerabat jauh. Oleh karena itu, kita membutuhkan lebih banyak organisasi yang membawa cinta kasih ke tengah masyarakat. Kita harus mengajak orang-orang di komunitas untuk saling mengasihi dan mendukung.

Jadi, sekarang tampaknya banyak komunitas, termasuk organisasi pemerintah, organisasi pekerja sosial, atau organisasi amal juga ikut bergerak. Insan Tzu Chi juga tidak ketinggalan.

Di banyak tempat, kita melihat bagaimana insan Tzu Chi melayani dengan ketulusan dan perhatian penuh. Kita telah menggalakkan “Menganti Alkohol dengan Teh” kepada penduduk asli di Hualien agar mereka bisa berhenti minum minuman beralkohol.

Banyak orang jatuh sakit karena minum minuman keras. Bahkan, orang tua yang hidup sebatang kara, orang yang berkondisi fisik lemah, dan kaum difabel tetap tidak berhenti minum minuman beralkohol. Kita bisa bayangkan, siapa yang akan peduli dengan kehidupan dan keluarga seperti itu?

Divisi Pengembangan Misi Amal Tzu Chi sangat bersungguh hati. Mereka mengadakan penyuluhan di banyak desa dengan pendekatan yang tulus terhadap warga setempat, dengan harapan mereka dapat memiliki kepercayaan diri dan menerimanya dengan tenang, sehingga tubuh dan batin mereka memiliki sandaran.

Saya berharap akan ada lebih banyak badan amal di masyarakat yang membuat para lansia dan kaum difabel memiliki kepercayaan diri dan sandaran.

Kita sering mendengar bahwa ketika ada orang yang berniat baik untuk menolong, orang yang diberi pertolongan akan berkata, “Apakah ini penipuan?” Berhubung mereka tidak berani menerima bantuan, orang baik hati tersebut harus memberi banyak penjelasan agar mereka paham. Ini karena dalam hati orang-orang masa kini timbul jarak yang memisahkan.

Namun, mereka benar-benar membutuhkan kita. Kita harus lebih bersungguh hati. Meski banyak ketidakberdayaan dalam kehidupan ini, kita tidak boleh tidak peduli. Kita tetap harus membangkitkan semangat.

Lihatlah, selama pandemi ini, kita telah lama mengenakan masker untuk menutupi mulut kita. Kita memang telah menutupi mulut, tetapi sudahkah kita berintrospeksi diri dan “menutupi” pikiran yang tidak baik?

Manusia kerap tak bisa mengendalikan ketamakan dan nafsu keinginan. Begitu pula dengan kebencian dan kebodohan. Jika kita mampu mengendalikan ketamakan, kebencian, dan kebodohan, kita mungkin dapat menghindari pandemi dan terbebas dari masker, sehingga kita bisa melihat wajah satu sama lain.

Saya menyerukan tentang vegetarisme setiap hari. Namun, kita tahu bahwa sulit bagi orang-orang untuk mengekang keinginan terhadap cita rasa daging. Andai saja lebih banyak orang tersadarakan dan menjadi vegetarian. Dengan menjadi vegetarian, berarti mereka telah memahami bahwa pandemi terjadi akibat manusia yang memakan daging hewan.

Ketika manusia memakan daging hewan, virus mulai menyebar luas dan semakin banyak orang yang terinfeksi. Dengan semakin banyak hewan yang disembelih, energi kebencian dari hewan yang dibunuh semakin besar dan manusia menanam karma buruk.

Satu-satunya obat mujarab untuk menghilangkan kebencian ini ialah manusia harus sadar. Setelah memahaminya, kita harus berubah. Dengan demikian, secara alami para penuntut balas ini akan mengampuni kita dan pandemi pun akan mereda.

Saya harap semua orang dapat memahami bahwa jika manusia tidak makan daging, hewan tidak akan diternak secara besar-besaran. Biarlah hewan hidup secara alami.

Buddha menjelaskan tentang lima atau enam alam kelahiran kembali. Hewan terlahir sebagai hewan karena telah menciptakan karma buruk di kehidupan lampau. Karena itu, mereka terlahir sebagai hewan. Namun, bukan berarti manusia boleh membunuh hewan semaunya. Mereka hendaknya dibiarkan hidup dan mati secara alami.

Manusia tidak perlu menciptakan karma buruk. Jika kita menciptakan karma buruk dengan membunuh hewan, kita harus membayar utang ini pada kehidupan mendatang. Kita mungkin terlahir sebagai hewan dan dibunuh di kehidupan kita selanjutnya.

Oleh karena itu, saya sering mengatakan bahwa jika kita membunuh hewan dan makan daging, kita akan menerima konsekuensi yang setimpal. Ini semua merupakan siklus pembalasan yang tidak berujung.

Mempraktikkan cinta kasih dalam membantu tetangga
Membangkitkan semangat berlandaskan cinta kasih dan kepedulian
Menjaga kelestarian alam dengan tidak membunuh hewan
Menghindarkan diri dari konsekuensi karma buruk 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Agustus 2021
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi

Ditayangkan tanggal 28 Agustus 2021