Pandemi COVID-19 menyelimuti seluruh dunia dan membuat setiap orang merasa tidak tenang. Agar bisa merasa tenang, kita harus melindungi kesehatan kita dengan terus mengenakan masker. Kita mengenakan masker untuk melindungi diri sendiri sekaligus melindungi orang lain. Inilah yang disebut cinta kasih.
Pandemi ini mendatangkan pelajaran besar agar kita dapat memahami kebenaran, yakni tak hanya mengasihi diri sendiri, tetapi juga mengasihi orang lain. Sesungguhnya, saat mengasihi orang lain, kita juga mengasihi diri sendiri.
Saat ini, kita mengenakan masker untuk mencegah penularan virus penyakit dan menyaring udara, baik yang kita hirup maupun yang kita embuskan. Ini demi melindungi orang lain dan diri sendiri. Karena itu, kita harus mematuhi protokol kesehatan.
Hingga kini, status siaga pandemi belum dicabut. Kita harus mematuhi protokol kesehatan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Pergi ke mana pun, kita harus mengenakan masker untuk melindungi diri sendiri dan orang lain. Kita juga harus rajin mencuci tangan.
Namun, kita harus memikirkan bagaimana cara mencuci tangan. Cukup gunakan sedikit air untuk membasahi tangan kita, lalu cuci tangan kita dengan sabun. Selain itu, jangan membuka keran air terlalu besar. Setelah membilas tangan kita hingga bersih, segera matikan keran air. Dengan menghemat air, semakin banyak orang yang dapat meminum dan menggunakan air. Air adalah sumber kehidupan bagi segala sesuatu di bumi ini. Inilah yang harus kita pikirkan dengan saksama.
Jadi, pikirkanlah cara untuk mengasihi segala sesuatu di bumi ini dan memperhatikan dunia ini. Setiap orang ingin memiliki tubuh yang sehat. Karena itulah, kita melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih. Inilah yang disebut menghormati kehidupan.
Lihatlah, merespons pandemi kali ini, para tenaga medis mengerahkan semangat misi mereka. Mereka sangat waspada dan melindungi diri sendiri dengan ketat untuk melakukan tes cepat guna mendeteksi virus penyakit dalam tubuh manusia. Ini demi melindungi orang-orang dari virus penyakit.
Perlu diketahui bahwa belakangan ini, para tenaga medis sangat bekerja keras untuk melakukan skrining. Di RS Tzu Chi Taipei, Kepala RS Chao menjalankan protokol kesehatan dengan ketat. Berhubung bertugas untuk menyelamatkan kehidupan, para tenaga medis harus menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.
Berhubung mengenakan alat pelindung diri yang lengkap, para dokter pun menggantungkan foto dan nama masing-masing di depan dada mereka demi menenangkan hati orang-orang.
“Sesungguhnya, para warga lansia tidak tahu siapa yang melayani mereka. Namun, dengan adanya nama dan foto, mereka dapat melihat wajah dokter yang mengenakan alat pelindung diri untuk melayani mereka,” kata Chao You-chen Kepala RS Tzu Chi Taipei.
“Mereka sangat ramah. Kami pun menjadi tahu siapa dokter yang melayani kami,” kata Ibu Cai warga
“Terima kasih. Terima kasih atas kerja keras para petugas di garis depan. Mereka berkorban demi keselamatan kami. Setiap hari, saya menonton berita sambil meneteskan air mata. Saya sungguh tidak tega pada mereka. Saya berharap semua orang dapat patuh. Turutilah kata-kata tenaga medis,” kata Nenek Fu warga.
Lihatlah jerih payah para dokter. Pakaian para tenaga medis ditimbang saat kering dan kembali ditimbang setelah dikenakan dan menyerap keringat. Dari 500 lebih tenaga medis, keringat mereka mencapai 84 kilogram.
“Saya merasa seakan-akan bisa memanen garam dari kulit saya. Saya merasa seperti berendam di kolam renang, seluruh tubuh saya basah,” kata Xu Ling-yi Perawat pusat kesehatan komunitas RS Tzu Chi Taichung.
“Keringat seberat 84 kilogram ini bukan sekadar keringat. Ia juga menunjukkan dedikasi, tanggung jawab di atas pundak, dan harapan kami,” kata Chien Sou-hsin Kepala RS Tzu Chi Taichung.
Keringat mereka mencapai 84 kilogram. Dari sini bisa diketahui betapa bekerja keras dan panasnya mereka. Kita juga melihat relawan kita yang sangat perhatian. Mereka membeli es batu dan menyalakan kipas angin dengan harapan kipas angin dapat menyebarkan kesejukan dari es batu.
Berhubung vaksinasi dilakukan di luar Aula Jing Si dan tidak ada pendingin ruangan, relawan kita pun menggunakan es batu dan kipas angin.
“Semuanya diatur dengan sangat baik. Terlebih, saya juga melihat es batu itu. Agar orang-orang tidak kepanasan, mereka menggunakan es batu dan kipas angin. Mereka sungguh sangat bersungguh hati,” kata Bapak Zhang warga.
Semua orang memperhatikan satu sama lain dan mengerahkan kekuatan cinta kasih. Demikianlah para tenaga medis dan relawan kita bersumbangsih di tengah cuaca yang panas. Ini kita lakukan demi melindungi keselamatan setiap warga masyarakat.
“Di antara kami, ada anggota antisipasi bencana yang lebih berpengalaman dalam hal seperti ini. Ada pula relawan rumah sakit yang biasanya merupakan ketua tim,” kata Lü Qiu-xia relawan Tzu Chi.
“Saya bisa berdiri sangat lama. Tubuh saya sangat sehat karena saya sudah bertahun-tahun menjadi relawan di RS Tzu Chi. Saya sudah hampir 14 tahun menjadi relawan pemerhati pasien kanker. Mengenakan APD membuat kami berkeringat. Saat pulang kemarin, seluruh tubuh saya basah. Tenaga medis harus bermandi keringat setiap hari. Itu sungguh tidak mudah. Bisa bersumbangsih adalah berkah,” kata Zheng Zhou Jin-huan relawan Tzu Chi.
“Usai berdoa, sekitar pukul 07.30 pagi, saya datang ke sini dan berdiri hingga sekitar pukul 12 siang,” kata Chen Ming-yue relawan Tzu Chi.
“Apakah Anda minum air selama itu?
“Saya tidak berani minum air karena tidak ingin pergi ke kamar kecil. Saat masih sehat, bisa bersumbangsih bagi masyarakat adalah berkah kita,” kata Chen Ming-yue relawan Tzu Chi.
Saya sungguh sangat terharu. Para relawan kita sangat perhatian, terlebih para relawan lansia. Dengan cinta kasih seorang ibu, mereka dapat memahami jerih payah para tenaga medis yang bermandi keringat saat bekerja.
Sungguh, ada banyak kisah penuh kehangatan yang tidak habis untuk diceritakan.
Bodhisatwa sekalian, kita harus bersungguh hati dan berpikiran jernih. Berhubung kini memiliki lebih banyak waktu luang, kalian hendaklah berhenti, mendengar, dan melihat. Hentikanlah noda dan kegelapan batin kita agar pikiran kita hening dan tenang. Kita harus melenyapkan noda dan kegelapan batin. Dengan ketenangan dan keheningan, kita menenteramkan hati orang-orang. Inilah yang orang-orang butuhkan sekarang.
Kita juga membutuhkan orang-orang untuk mencurahkan cinta kasih. Himpunan cinta kasih semua orang akan menjadi cinta kasih universal yang tak terbatas. Inilah cinta kasih berkesadaran Bodhisatwa. Dunia yang penuh dengan cinta kasih berkesadaran adalah dunia Bodhisatwa.
Saya bersyukur kepada semua relawan kita. Mari kita senantiasa bersungguh hati serta mengerahkan cinta dan kasih sayang kita. Terima kasih. Mari kita lebih bersungguh hati.
Menjalankan protokol kesehatan dengan ketat untuk mencegah penyebaran pandemi
Mengasihi para tenaga medis yang sangat bekerja keras
Tenaga medis menerjang bahaya demi menjaga keselamatan orang-orang
Senantiasa bersyukur dan melenyapkan kegelapan batin
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Juni 2021
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 Juni 2021