Kita melihat pandemi kali ini adalah sebuah bencana besar. Saat ini Taiwan juga tengah menghadapi pandemi ini. Beban yang harus dipikul para tenaga medis sangatlah berat. Teringat kondisi mereka saat ini, saya percaya mereka selalu menggenggam setiap waktu yang ada.

Saat mengikuti rapat dengan rumah sakit kita, perasaan saya sungguh bercampur aduk. Terima kasih kepada para tenaga medis yang menyampingkan kepentingan diri sendiri demi menyelamatkan kehidupan, menjaga kesehatan, dan mewariskan cinta kasih.

Kepala RS Chao terus berusaha. Para dokter, perawat, dan staf lain di seluruh rumah sakit sangat kelelahan. Demi melindungi kehidupan dan menjaga kesehatan masyarakat, Dokter Chao memikul tanggung jawab yang berat. Ini karena beliau selalu mengingat cinta kasih saya dan berpegang teguh pada semangat melindungi kehidupan dan mewariskan cinta kasih. Beliau menyemangati para staf medis kita untuk terus memikul tanggung jawab dengan berani.

Mereka semua adalah manusia. Semua manusia pasti bisa merasa lelah. Namun, mereka terus memikul tanggung jawab ini. Saya sungguh tidak tega melihat mereka. Jadi, saya terus mengingatkan agar para kepala RS terus memberi perhatian dan berterima kasih kepada para tenaga medis kita. Selain itu, kita juga harus memberi perhatian kepada semua institusi kesehatan. Jika dibutuhkan, dalam hal barang, kita bisa memberi bantuan.

Pada saat-saat ini, seluruh anggota masyarakat seharusnya memikul tanggung jawab bersama. Kita harus bersatu hati dan bergotong royong untuk menjadi sandaran dan memberi bantuan kala dibutuhkan. Demikianlah yang dijalankan di RS Tzu Chi Taipei.

Bergerak ke selatan, kita melihat RS Tzu Chi Taichung dan RS Tzu Chi Dalin juga demikian. Bukan hanya memikul tanggung jawab medis, mereka juga menjaga nilai budaya humanis dan membawa penghiburan bagi pasien.

Para tenaga medis bersikap penuh kelembutan dan kehangatan, turut berempati terhadap rasa takut pasien, serta memahami perasaan keluarga dan kerabat pasien yang tidak bisa memberi perhatian dalam jarak dekat. Intinya, empat badan misi Tzu Chi sama-sama bergerak.

Badan misi amal mengerahkan seluruh kekuatan untuk menjadi sandaran bagi misi kesehatan. Bukan hanya membantu rumah sakit kita sendiri, badan misi amal kita juga mendukung institusi lain. Intinya, badan misi amal menjadi sandaran bagi misi kesehatan. Begitu pula dengan badan misi budaya humanis.

Para reporter bekerja agar semua orang memahami kondisi terkini dan dapat merasa tenang. Jika tak tahu kondisi sebenarnya, orang-orang malah akan cemas. Jadi, para reporter memberitakan kebenaran dan membimbing ke arah yang benar. Mereka harus mengumpulkan informasi yang akurat dan memberitakannya. Inilah tanggung jawab badan misi budaya humanis kita.

Badan misi amal menjadi sandaran badan misi kesehatan. Badan misi budaya humanis menenangkan batin masyarakat. Inilah yang telah kita lakukan.

Entah berapa lama lagi pandemi akan berlangsung. Sungguh, kita hanya bisa membangkitkan ketulusan hati dan menyerukan agar semua orang melakukan hal yang sama. Insan Tzu Chi kini harus mengembangkan pengaruh positif.

Kita lihat di Filipina, bahkan orang-orang yang kurang mampu juga rela mendonasikan satu-satunya uang logam yang mereka miliki. Buddha mengajarkan kepada kita untuk melepaskan segala noda batin dan mengerahkan tetes-tetes kekuatan kita. Dengan bertambahnya cinta kasih satu orang, bertambah pula kekuatan kita untuk bersumbangsih bagi seluruh dunia. Inilah yang disebut menyucikan hati manusia.

Dengan mengikis ketamakan, kebencian, dan kebodohan, kita dapat menumbuhkan lebih banyak cinta kasih dan menciptakan lebih banyak berkah. Dengan kaya akan berkah, kita bisa meredam bencana.

Bodhisatwa sekalian, kita harus memiliki keyakinan, membangun ikrar, dan mempraktikkannya. Bukan hanya misi kesehatan yang dapat menolong orang, misi amal dan budaya humanis kita juga dapat menolong orang. Kita semua tentu dipenuhi rasa syukur. Semoga kalian semua dapat menyebarkan informasi ini lewat ponsel kepada kerabat masing-masing.

Semua orang di setiap daerah hendaknya menciptakan berkah. Kita harus membebaskan makhluk hidup dengan cara bervegetaris. Dengan bervegetaris, setiap orang memupuk pahala bagai melepaskan satwa. Jadi, menolong yang kesulitan dan membebaskan makhluk hidup dilakukan secara bersamaan. Untuk mengembangkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin agung, kita hendaknya meredam nafsu akan cita rasa. Kita semua bisa melakukannya.

Mulut kita mengeluarkan udara yang tidak bersih, tetapi dengan lebih banyak bertutur kata baik, kita memupuk lebih banyak pahala lewat mulut. Jadi, untuk berdana lewat mulut, kita dapat mengurangi konsumsi daging makhluk hidup.

Saat manusia membuka mulut, entah berapa banyak nyawa makhluk hidup yang ditelan. Jika dapat bervegetaris, kita tidak lagi menelan makhluk hidup dan dapat menciptakan lebih banyak pahala lewat mulut dengan mengajak orang-orang untuk bervegetaris dan berdana.

Selain bervegetaris, kita juga harus berdana. Dana ini kita himpun sedikit demi sedikit. Berapa pun jumlahnya, semuanya merupakan himpunan pahala. Saat terhimpun, kekuatannya akan besar. Saya terus menyerukan hal ini dengan harapan seruan saya dapat merasuk ke hati setiap orang dan membangkitkan cinta kasih sampai menjadi tak terhingga dan tak terbatas.

Semoga cinta kasih yang tak terhingga dan tak terbatas ini menciptakan pahala yang juga tak terhingga.

Berani memikul tanggung jawab tanpa kenal takut dan lelah
Bersatu hati dan bergotong royong untuk mencurahkan perhatian
Menjadi sandaran yang mendukung tenaga medis
Memiliki keyakinan, ikrar, dan praktik berlandaskan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 Juni 2021
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 07 Juni 2021