Bodhisatwa sekalian, saya sangat tersentuh. Sejak 55 tahun lalu hingga hari ini, berapa banyak yang telah kita lakukan? Saya selalu menggenggam setiap waktu untuk melangkah maju dengan mantap. Saya terus melangkah maju tanpa menoleh.

Selama lebih dari 50 tahun ini, saya menggenggam waktu, memberanikan diri, dan mengerahkan kemampuan saya. Meski saya sering berkata bahwa saya tidak mengukur kemampuan diri sendiri, tetapi saya memiliki keyakinan tentang apa yang bisa saya lakukan.

Setiap kali mendengar tentang penderitaan, saya hanya berkata pada diri sendiri, “Lakukan saja dengan berani.” Karena itulah, saya berkata bahwa saya tidak mengukur kemampuan diri sendiri. Saya tidak pernah berpikir, “Apakah saya memiliki uang dan tenaga untuk melakukannya?”

Namun, saya yakin bahwa dengan hati yang tulus, saya akan memperoleh dukungan cinta kasih yang tak terhingga. Inilah keyakinan saya selama ini. Saya hanya takut timbul pikiran pengganggu. Karena itu, saya bersungguh-sungguh menjaga pikiran saya agar tidak ada noda setitik pun. Jadi, seumur hidup ini, tidak ada yang saya jaga selain pikiran saya.

Pikiran saya adalah ladang pelatihan saya. Pikiran yang tidak berwujud ini tidak dapat dilihat ataupun diraba. Namun, saat kita mewujudkannya dengan bersumbangsih, ia akan terlihat.

Kita bisa melihat kesungguhan hati dan cinta kasih banyak orang di dunia ini. Mereka memiliki niat untuk bersumbangsih, tetapi butuh seseorang untuk mengajak mereka. Jika ada seseorang yang bersedia untuk mengajak orang-orang bersumbangsih, maka suaranya bisa menjangkau seluruh alam semesta. Ini berawal dari sebersit niat.

Saya sering berkata bahwa kita harus melapangkan hati hingga bisa merangkul seluruh alam semesta. Ini bukanlah omong kosong, melainkan kalimat yang penuh kekuatan. Kalimat ini adalah kebenaran sejati. Saat kita selaras dengan prinsip kebenaran, kita akan memiliki kekuatan. Prinsip kebenaran sungguh eksis di dunia ini.

Buddha datang ke dunia ini untuk menyebarkan kebenaran. Karena itulah, terdapat prinsip kebenaran di dunia ini. Saya terus memberi tahu kalian bahwa jangan melupakan tujuan mulia Buddha datang ke dunia ini.

Hakikat kebuddhaan dimiliki oleh saya, Anda, dan orang-orang yang tak terhingga di dunia ini. Karena itu, kita yang terlahir di dunia ini juga hendaknya memiliki satu tujuan mulia, yaitu bersumbangsih bagi dunia sebagai Bodhisatwa dunia.

Kita bisa menjadi Bodhisatwa yang menjangkau semua makhluk yang menderita dengan membangkitkan sebersit niat dan cinta kasih. Cinta kasih kita bisa merangkul alam semesta asalkan kita melapangkan hati. Jangan meremehkan diri sendiri karena setiap orang memiliki potensi yang tak terhingga. Setiap orang bisa melapangkan hati serta membangun tekad dan ikrar. Ini bukanlah hal yang mustahil.

Kita harus mempraktikkan prinsip kebenaran yang diajarkan oleh Buddha. Buddha datang ke dunia ini dan membabarkan Dharma agar kita dapat mewariskannya dari generasi ke generasi.

Seperti yang sering saya katakan belakangan ini, kita harus memperluas cinta kasih tanpa celah dan memperpanjang jalinan kasih sayang. Berlandaskan cinta kasih terhadap dunia ini, Buddha rela melepas kedudukan, kekayaan, dan kemewahan. Beliau bertapa dan menanggung berbagai kondisi yang tidak bisa ditanggung oleh orang lain.

Meski Dunia Saha ini penuh dengan penderitaan, tetapi asalkan setiap orang turut berkontribusi dan menghimpun tetes demi tetes cinta kasih, kita pasti bisa menolong dan menenangkan hati orang-orang yang menderita. Kita tahu bahwa ada banyak orang yang menderita, tetapi tidak bisa sepenuhnya melenyapkan penderitaan mereka. Meski demikian, kita bisa berusaha semampu kita.

Saat datang ke dunia ini, Buddha juga tidak bisa melenyapkan semua penderitaan. Karena itu, Buddha terus mengajarkan prinsip kebenaran pada kita agar kita dapat melenyapkan kekeruhan batin, yakni ketamakan, kebencian, kesombongan, dan keraguan. Jika kita tidak bisa melenyapkan kekeruhan batin, bagaimana kita bisa mengakhiri pandemi?

Kini seluruh dunia diselimuti pandemi. Tiada seorang pun yang dapat menghentikannya. Namun, kita hendaknya bersatu hati, bermawas diri, dan berhati tulus. Ini hanya bisa dilakukan dengan menyosialisasikan vegetarisme. Jika kita menyosialisasikan vegetarisme, orang-orang akan berhenti menyembelih hewan. Tidak menyembelih hewan berarti mengasihi hewan.

Kita bisa mengasihi segala sesuatu di dunia ini dengan cinta kasih dan welas asih agung. Dengan cinta kasih agung, kita berharap seluruh dunia damai dan tenteram. Dengan welas asih agung, kita tidak tega melihat semua makhluk menderita. Inilah cinta kasih dan welas asih.

Selain cinta kasih dan welas asih, kita juga membutuhkan sukacita dan keseimbangan batin. Mari kita mengimbau orang-orang untuk bersumbangsih dengan penuh sukacita. Jadi, mari kita menggenggam kesempatan untuk mengembangkan nilai kehidupan dan bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga.

Saya bersyukur kepada Bodhisatwa sekalian yang mengakumulasi kekuatan cinta kasih. Setiap langkah kita harus mantap agar dapat meninggalkan jejak langkah yang dalam di dunia ini. Jadi, jangan menyia-nyiakan kehidupan. Semoga kalian semua aman dan tenteram.
Menjangkau makhluk yang menderita di Jalan Bodhisatwa
Yakin bahwa orang lain memiliki cinta kasih dan diri sendiri tidak memiliki pamrih
Melindungi kehidupan dan melenyapkan kekeruhan dengan welas asih
Tulus bersumbangsih dengan sukacita dan keseimbangan batin

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Mei 2021
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 Mei 2021