Saya terus berdoa semoga dunia tenteram dan empat unsur selaras. Namun, tetap banyak bencana yang terjadi. Kita bisa melihat ketidakselarasan empat unsur alam. Banyak spesies hewan dan tumbuhan yang perlahan-lahan punah seiring perubahan iklim.
“Contohnya di hutan ini, kita tidak akan lagi melihat bunga mekar di musim semi ataupun mendengar kicauan burung. Musim semi datang lebih cepat dan kupu-kupu keluar dari kepompong lebih awal sehingga saat burung gelatik biru dan burung lainnya mengerami telur, tidak ada sumber makanan bagi mereka. Begitulah ekosistem perlahan-lahan punah.”
Ekosistem di Bumi ini mengalami kerusakan lebih cepat dari yang dibayangkan. Bumi memang mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur. Demikianlah kondisi Bumi, tempat tinggal kita saat ini. Kita tinggal di tempat yang berbeda-beda di Bumi ini. Namun, di tempat yang berbeda-beda ini, semua orang menciptakan karma buruk sehingga bencana terus terjadi di seluruh dunia.
Sungguh, alam tengah memberikan peringatan, tetapi sebagian besar orang tidak menyadarinya. Dunia ini bagaikan rumah yang tengah terbakar dan kini kita tinggal di dalam “rumah” tersebut. Di dunia ini, banyak orang yang terus mengejar nafsu keinginan dan tidak menyadari kesalahan mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menenangkan pikiran. Setiap orang hendaknya menenangkan pikiran dan memetik pelajaran besar yang didatangkan oleh bencana.
Mari kita menenangkan pikiran untuk merenungkan bagaimana mewujudkan ketenteraman, mengembangkan cinta kasih, dan mengendalikan nafsu keinginan. Pendidikan cinta kasih ialah yang terpenting. Contohnya insan Tzu Chi. Selama ini, kita bersumbangsih tanpa pamrih. Di mana ada penderitaan, kita akan pergi ke sana untuk memberikan bantuan.
Akan tetapi, jumlah relawan Tzu Chi sangatlah sedikit. Kita sendiri mungkin merasa bahwa jumlah relawan Tzu Chi sangat banyak, tetapi dibandingkan dengan populasi manusia, itu sangatlah sedikit, bagaikan seekor semut kecil dan Gunung Sumeru. Kekuatan kita sangat terbatas.
Saya berharap masyarakat dan pemerintah dapat bersama-sama menyosialisasikan vegetarisme agar semua orang dapat mendengar, memahami, mengingat, dan mempraktikkannya. Jika bisa demikian, barulah sungguh bermanfaat bagi umat manusia. Kini kita jangan hanya menggunakan percikan atau tetesan air untuk mendinginkan besi yang membara. Gunakanlah seember besar air untuk menyiramnya. Tetesan atau percikan air tidak akan mempan bagi besi yang membara. Kita harus mengakumulasi tetes demi tetes air itu di dalam sebuah guci, baru bisa membawa manfaat.
Jangan meremehkan setetes air. Jangan mengira bahwa kurang setetes tidak berpengaruh. Setiap tetes air dalam guci sangatlah berarti. Jadi, mari kita mengimbau orang-orang untuk bertutur kata baik dan berhenti mengonsumsi daging. Mari kita mengimbau orang-orang untuk berhenti menyembelih hewan, berhenti mengonsumsi daging, dan menerapkan pola makan sederhana.
Tanaman pangan merupakan bahan pangan yang paling menyehatkan bagi kita. Jika memahami hal ini, barulah orang-orang bisa mengubah pola makan. Lihatlah wakil manajer umum di sebuah pabrik besar yang juga merupakan relawan Tzu Chi. Dia bervegetaris sendiri, juga mengajak karyawannya untuk bervegetaris. Banyak orang yang bertekad untuk bervegetaris.
Di pabrik yang memiliki ratusan karyawan, saat setiap orang bertekad untuk bervegetaris, maka banyak hewan yang akan terselamatkan setiap kali makan. Inilah yang disebut menciptakan pahala. Wakil manajer umum itu menciptakan pahala dengan menjadi teladan dalam bervegetaris dan mengajak orang lain untuk bervegetaris bersama. Sungguh, pahala harus dipupuk sendiri. Saat semua orang memupuk pahala bersama, barulah iklim bisa bersahabat dan dunia bisa tenteram. Ini membutuhkan partisipasi semua orang.
Kekuatan segelintir orang tidaklah cukup. Akan tetapi, kekuatan setiap orang pun sangat berarti. Intinya, tetes demi tetes air yang terakumulasi dapat membasahi bumi agar bumi tidak kekeringan dan retak. Saat bumi memperoleh air yang cukup, barulah beragam tanaman pangan bisa tumbuh subur. Ini merupakan sebuah siklus.
Manusia harus terlebih dahulu mengasihi dan melindungi bumi agar ada air yang cukup untuk pertumbuhan beragam tanaman pangan. Ini merupakan sebuah siklus. Intinya, kekuatan cinta kasih setiap orang sangat berarti. Singkat kata, saya berharap setiap orang dapat bervegetaris dan melindungi hewan.
Setiap orang hendaknya mengerahkan cinta kasih menyeluruh agar tidak ada hewan yang merintih. Saat akan disembelih, hewan pasti akan merintih serta membangkitkan rasa dendam dan benci. Rasa dendam inilah yang memengaruhi iklim.
Saya sering mengulas tentang hukum sebab akibat. Mari kita bersungguh-sungguh merenungkannya. Jika setiap orang dapat memahaminya dan mengasihi hewan, secara alami, dunia akan tenteram dan iklim akan bersahabat.
Kekuatan satu orang tidak dapat menghalau semua bencana
Merenungkan hukum sebab akibat dan memutus nafsu keinginan
Memberi teladan nyata untuk menghimpun cinta kasih
Mengakumulasi pahala agar iklim bersahabat
Merenungkan hukum sebab akibat dan memutus nafsu keinginan
Memberi teladan nyata untuk menghimpun cinta kasih
Mengakumulasi pahala agar iklim bersahabat
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 April 2021
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 24 April 2021
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 24 April 2021