Kita bisa melihat iklim yang tidak bersahabat. Saat alam jatuh sakit, manusia juga sulit untuk tetap sehat. Jadi, demi kesehatan dan kebahagiaan kita, kita hendaklah berdoa dengan tulus semoga empat unsur alam selaras. Saat dunia tenteram, barulah manusia bisa hidup tenteram dan bahagia.

Buddha terus mengingatkan kita tentang ketidakkekalan. Berhubung hidup ini tidak kekal, maka kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Kita harus bermawas diri dan berhati tulus. Dengan bermawas diri dan berhati tulus, barulah kita bisa mewujudkan ketenteraman bagi makrokosmos dan mikrokosmos.

Belakangan ini, saya terus berkata bahwa kita harus percaya bahwa alam sudah berada dalam kondisi kritis dan empat unsur sudah tidak selaras. Bencana yang terjadi merupakan peringatan bagi umat manusia. Jadi, saat bencana terjadi, kita hendaklah memetik hikmah darinya.
Saya berulang kali mengulas tentang hukum sebab akibat dan ketidakkekalan karena khawatir orang-orang tidak bisa memahami atau menyerapnya ke dalam hati. Ketidakkekalan menunjukkan penderitaan dan kekosongan. Berdasarkan ajaran Buddha, penderitaan dan kekosongan merupakan kebenaran di dunia ini.

Prinsip kebenaran tidak bisa dilihat ataupun diraba. Musim demi musim terus bertukar, tetapi kita tidak menyadarinya. Detik demi detik yang berlalulah yang mendukung pertukaran empat musim. Dalam pertukaran empat musim ini terkandung Dharma yang mendalam. Di dunia tanpa siklus kelahiran kembali dan penderitaan, Dharma tidak dibutuhkan. Penghuni alam surga tidak dapat mendengar Dharma.

Berhubung di alam manusia terdapat penderitaan dan kebahagiaan, Buddha pun datang untuk membabarkan Dharma. Jadi, tidak ada Dharma di alam surga dan neraka. Penghuni alam surga hidup nyaman sehingga tidak berkesempatan untuk tersadarkan, sedangkan penghuni alam neraka terlalu menderita sehingga tidak berjodoh untuk mengenal Dharma.

Di alam manusia, terdapat penderitaan dan kebahagiaan sekaligus. Di alam manusia, kita bisa melihat lima alam. Kita juga bisa mendengar dan mempraktikkan Dharma. Kita pun bisa menjadi Bodhisatwa dunia karena adanya makhluk yang menderita. Makhluk yang menderita menunjukkan kekuatan karma buruk.

Belakangan ini, saya sering berkata bahwa kita harus bersyukur di kehidupan ini, kita dapat menuju arah yang bajik. Kita menapaki Jalan Bodhisatwa dan menjangkau orang-orang yang membutuhkan dengan cinta kasih yang tidak membeda-bedakan.

Lihatlah para relawan kita yang menjangkau keluarga yang membutuhkan. Tidak peduli betapa kotornya tubuh orang dan tempat tinggal mereka, relawan kita tetap membantu membersihkannya. Meski tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka, relawan kita tidak menyerah pada mereka. Relawan kita menunjukkan cinta kasih di dunia ini. Inilah teladan Bodhisatwa dunia.

Sungguh, rasa syukur saya tidak habis untuk diucapkan setiap hari. Orang yang saya hormati sangatlah banyak. Para relawan yang kini ada di hadapan saya dan yang terhubung dalam jaringan di berbagai wilayah telah menunjukkan kekuatan semangat mereka yang menakjubkan. Di mana pun ada orang yang membutuhkan, relawan kita akan menolong mereka dengan semangat Bodhisatwa. Ini sangat mengagumkan.

Dari Sutra Ksitigarbha, kita bisa mengetahui bagaimana Bodhisatwa Ksitigarbha membangun tekad dan ikrar agung untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan tanpa mengejar kedamaian dan kebahagiaan pribadi. Bodhisatwa Ksitigarbha tidak gentar menghadapi penderitaan di neraka. Beliau memiliki misi yang sama dengan Buddha untuk membimbing dan menyucikan hati manusia. Beliau sering pergi ke alam neraka untuk menyelamatkan makhluk yang menderita dan kembali ke alam manusia untuk mendengar Dharma.

Jadi, banyak pesan yang disampaikan saat Buddha membabarkan Sutra Ksitigarbha. Tentu saja, kita semua tahu bahwa Bodhisatwa Ksitigarbha sangat berbakti dan telah menyelamatkan ibunya dari neraka. Beliau membalas budi orang tua dari kehidupan ke kehidupan. Dalam berbagai penggalan Sutra diulas tentang bagaimana Bodhisatwa Ksitigarbha berbakti dan menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan.

 
Bodhisatwa Ksitigarbha membimbing semua makhluk sebagai wujud rasa bakti terhadap orang tua. Karena berbakti, beliau berikrar untuk berbuat baik dengan membimbing semua makhluk. Beliau tidak gentar menghadapi penderitaan dan bersedia menyelamatkan semua makhluk di alam manusia dan neraka.

Penderitaan di alam neraka merupakan akibat dari karma buruk semua makhluk. Jika seseorang menciptakan karma buruk besar, dia akan terlahir di alam neraka serta mengalami berbagai siksaan dan penderitaan.

Di alam manusia, kita masih memiliki kesempatan untuk mendengar Dharma dan memilih arah yang bajik. Alam manusia ini merupakan ladang pelatihan besar bagi kita untuk mendalami Dharma dan mencapai kebuddhaan. Karena itu, kita harus bersungguh-sungguh memanfaatkan tubuh kita ini.Sulit untuk terlahir sebagai manusia. Berkat tubuh ini, barulah kita bisa terjun ke masyarakat untuk menyelamatkan semua makhluk.

 Mengamati bahwa tubuh ini tidaklah bersih dan perasaan membawa derita
Mengamati bahwa segala fenomena adalah tanpa inti dan pikiran tidaklah kekal
Memahami kebenaran di Jalan Bodhisatwa
Berbuat baik dan membimbing semua makhluk dengan welas asih dan kebijaksanaan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 April 2021
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 April 2021