“Pada tahun 2009, Topan Morakot menerjang wilayah utara Taiwan, tetapi Kaohsiung dan wilayah selatan dilanda banjir besar. Korban jiwa dan luka-luka juga sangat banyak. Saat itu, saya, Kakak Jing-you, dan Kakak Ye-chun adalah yang pertama menjangkau lokasi bencana di Cishan. Dalam waktu singkat, kami langsung membentuk tiga posko pelayanan Tzu Chi. Yang pertama ada di RS Cishan. Kami segera menghubungi para relawan lain untuk berdoa bagi para korban di sana. Yang kedua dan ketiga ada di SMP Cishan dan Kuil Shunxian. Pada pagi hari, kami bertiga pergi ke lokasi bencana untuk melakukan survei dan memberi penghiburan. Setelah itu, kami segera kambali untuk menjalankan tugas internal kami di Tzu Chi. Jadi, hari pertama berpartisipasi dalam penyaluran bantuan ini, saya langsung pergi ke lokasi bencana pada pagi hari,”cerita Lin Zhong-xian.

“Kami sangat bersyukur kepada Master yang sangat bijaksana. Master berkata bahwa Tzu Chi Kaohsiung yang akan mengemban tanggung jawab penuh atas proyek pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Shanlin. Yang ingin saya bagikan hari ini ialah saat itu, Master berulang kali mengatakan bahwa para korban bencana harus pindah ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Shanlin sebelum Tahun Baru Imlek. Pembangunan itu rampung dalam 88 hari berkat petunjuk dari Master ini. Kami juga sangat bersyukur kepada Master yang memberikan tanggung jawab penuh kepada Tzu Chi Kaohsiung dan insan Tzu Chi di seluruh Taiwan yang memberikan dukungan penuh pada kami. Kami sangat bersyukur. Master bersiteguh bahwa rumah yang dibangun harus berkualitas. Selain harus bisa ditempati dengan tenang, juga harus memiliki ventilasi yang baik dan antigempa. Karena itu, kami sangat bersungguh hati dalam kualitas bangunan,” cerita Chen Qing-cai.

Bodhisatwa sekalian, dengan berbagi hal-hal dalam ingatan kita, berarti kita berbagi tentang nilai kehidupan kita. Yang tersimpan dalam ingatan kita adalah hal-hal yang kita lakukan dengan kehidupan kita. Jika kita tidak membagikannya sekarang, siapa yang akan melakukannya untuk kita? Kita harus berbagi tentang apa yang telah kita lakukan dengan kehidupan kita.

Relawan yang bergabung belakangan tidak tahu tentang hal yang kita lakukan dahulu. Kita harus berbagi pengalaman kita karena relawan yang bergabung belakangan tidak tahu tentang hal yang pernah kita lakukan. Contohnya saat terjadi banjir akibat Topan Morakot.

Saat itu, saya tinggal cukup lama di Pingtung. Saat itu, saya tinggal cukup lama di Pingtung. Saya juga meninjau lokasi bencana yang terkena dampak banjir bersama para relawan kita. Saat itu, kita juga mendirikan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Changjhih. Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Changjhih. Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di sana tidaklah kecil. Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Shanlin adalah yang terbesar.

Di Kaohsiung dan Pingtung, kita juga membangun beberapa perumahan yang lebih kecil, bervariasi dari belasan hingga puluhan unit rumah. Inilah yang pernah kita lakukan. Jadi, baik relawan di Kaohsiung maupun Pingtung, semuanya hendaklah mengenang masa lalu. Jangan melupakan tahun itu. Semua itu merupakan sejarah kehidupan kita.

Sebelas tahun yang lalu, dari Taipei, saya menuju wilayah-wilayah yang dilanda bencana dengan hati yang berat. Kritikan apa pun yang terdengar, saya selalu bersabar. Saya harus bersabar. Saya bersabar agar memiliki kekuatan. Saya berpikir bahwa dengan bersabar, saya dapat menciptakan berkah bagi orang yang tak terhingga. Jika saya tidak bersabar dan mundur karena kritikan orang, saya tidak bisa menolong orang-orang yang menderita.

Di kehidupan ini, saya selalu melangkah maju. Kini saya sudah lanjut usia. Saya berani memberi tahu kalian bahwa tidak ada penyesalan dalam kehidupan saya. Saya bersiteguh untuk melakukan hal yang seharusnya dilakukan karena saya memilih untuk berbuat baik. Saya bersiteguh untuk berbuat baik. Jika sesuatu itu seharusnya dilakukan, saya pasti akan melakukannya. Jika kita tidak melakukannya, siapa yang akan melakukannya? Beruntung, saya bersiteguh saat itu. Karena itulah, kita bisa mendirikan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Shanlin dan Changjhih.

Semua itu merupakan komunitas besar. Kita harus memiliki hati yang tulus. Dengan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan, kita dapat menciptakan dunia yang indah. Ini tidak bisa dilakukan oleh satu orang atau dua tangan saja. Ini membutuhkan banyak orang yang memiliki kesatuan hati. Saya mengeluarkan seruan seperti ini dan setiap orang merespons seruan saya. Mereka yakin pada apa yang saya katakan dan berikrar untuk melakukan apa yang ingin saya lakukan. Jadi, saat semua orang menghimpun kekuatan dengan kesatuan hati dan tekad, tiada hal yang mustahil.

Saya yakin sebagian relawan di sini pernah berpartisipasi dalam pembangunan kembali pascatopan Morakot. Para korban bencana dari wilayah pegunungan pindah ke dataran rendah serta hidup tenteram dan bahagia. Kita menenteramkan batin, fisik, dan kehidupan mereka dalam jangka panjang sehingga anak cucu mereka dapat bekerja dan bersekolah di tengah masyarakat. Jadi, mereka dapat membangun rumah dan karier mereka di sini.

Saya masih ingat dengan jelas bahwa pascatopan Morakot, relawan kita menggunakan 88 hari untuk membangun lebih dari 700 unit rumah. Selain itu, kita juga menghadiahkan 88 jenis barang pada warga yang pindah ke rumah baru. Saudara sekalian, saya akan mengulanginya sekali lagi dan kalian harus mengingatnya. Pascatopan Morakot, kita merampungkan pembangunan dalam 88 hari dan menyiapkan 88 jenis hadiah bagi warga. Kita memberikan bantuan yang menyeluruh.

Penggalan sejarah ini harus diwariskan pada generasi mendatang. Ini merupakan sejarah yang paling nyata dan berharga. Saat mengenang masa lalu, janganlah kita melupakan tahun itu, orang-orang itu, dan hal itu. Saudara sekalian, ini adalah nilai kehidupan kita yang paling cemerlang.

Mengukir sejarah dengan sumbangsih nyata
Menyimpan pengalaman penuh cinta kasih di dalam ingatan
Memilih untuk berbuat baik demi menolong orang yang menderita
Tidak melupakan tekad guru dan selalu bersatu hati

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Maret 2021
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 30 Maret 2021