Topan Gaemi telah meninggalkan Taiwan, tetapi juga menimbulkan dampak bencana. Ini karena tidak adanya persiapan. Jika semua orang meningkatkan kewaspadaan, hasilnya akan berbeda. Prinsipnya sama seperti saat orang dewasa marah, anak-anak hendaknya segera meminta ampun. Dengan demikian, semua akan baik-baik saja. Kali ini, kita tidak meminta ampun dan meremehkan kekuatan topan ini sehingga terkena dampak bencana seperti sekarang.

Dalam keseharian, kita hendaknya senantiasa tulus dan bersyukur. Saya sangat bersyukur di Kaohsiung, semua relawan kita sangat kompak dan memiliki kekuatan yang memadai. Saya bersyukur kepada Relawan Fang dan dua relawan lainnya yang sering bekerja sama untuk mencurahkan perhatian. Kali ini, saya juga merasa bahwa tenaga manusia di Kaohsiung lebih memadai dan faktanya memang demikian.

Saya sangat bersyukur kepada Relawan Fang yang segera menyediakan 10 ribu buah roti. Bantuan ini sangat berarti. Selain mengenyangkan perut, bantuan ini juga dapat menyemangati orang-orang. Saya sungguh sangat bersyukur kepada Relawan Fang yang segera bersumbangsih saat ada yang membutuhkan.

“Kami tahu bahwa baik di wilayah pegunungan maupun pesisir, banyak tempat yang terendam banjir. Saya yakin bahwa banyak warga yang membutuhkan roti. Karena itu, kami segera meminta karyawan kami untuk membuat roti pada pagi hari. Berhubung tahu bahwa roti-roti ini akan digunakan untuk penyaluran bantuan bencana, semua orang membuatnya dengan sungguh-sungguh,” kata Fang Han-wu relawan Tzu Chi.

Saya yakin bahwa kalian telah mencurahkan perhatian ke area yang luas. Saya telah mendengar bagaimana kalian menuruti perkataan saya.

“Kami bermawas diri dan berhati tulus. Master, para bhiksuni Griya Jing Si juga menelepon untuk memastikan keselamatan diri kami. Jika kondisi di luar tidak aman, kami tidak keluar. Saat kondisi di luar aman, barulah kami akan keluar. Setelah prakiraan cuaca menyatakan bahwa curah hujan akan berkurang dan banjir surut, kami akan kembali menerima laporan kondisi bencana,” kata Pan Ji-li relawan Tzu Chi.

“Setelah kami merapikan laporan yang diterima, tim koordinasi kami akan mempersiapkan langkah-langkah berikutnya sesuai kebutuhan korban bencana. Saat kondisi aman, barulah kami akan mencurahkan perhatian kepada saudara se-Dharma, termasuk mengantarkan barang bantuan dan membersihkan rumah. Master tidak perlu khawatir,” pungkas Pan Ji-li.

Saya pernah berkata bahwa orang yang hendak menolong orang lain hendaknya mempertimbangkan keselamatan diri terlebih dahulu. Kalian telah mengingat kata-kata saya ini dan menjalankannya dengan sungguh-sungguh. Saya sangat bersyukur kepada para relawan di Kaohsiung yang membuat saya merasa tenang karena memiliki tenaga dan kekuatan yang memadai. Saya sungguh bersyukur pada kalian. Laporan para relawan dari Yilan juga membuat saya sangat tersentuh.

“Pada tanggal 22, kami memulai upaya antisipasi topan di komunitas. Kami juga mengingatkan para relawan di depo daur ulang untuk melakukan upaya antisipasi topan dengan baik, bahkan meminta para pengurus depo daur ulang untuk tak lagi keluar untuk melakukan daur ulang,” kata Wu Hong-tai relawan Tzu Chi.

“Saat tahu bahwa Yilan termasuk dalam zona waspada, para relawan langsung bergerak untuk memperhatikan saudara se-Dharma, penerima bantuan, dan relawan daur ulang serta meminta mereka untuk melakukan persiapan menghadapi terjangan topan,” kata Zhang Bi-mao, relawan Tzu Chi.

Pascatopan kali ini, saya ingin mengingatkan kalian untuk menuruti kata-kata saya dan kembali membangkitkan semangat Tzu Chi. Ini juga menunjukkan bahwa kita tetap tulus memperhatikan sesama. Kekuatan Tzu Chi masih sangat solid. Bagaimanapun, setelah menjalankan Tzu Chi di kehidupan sekarang, kita harus menjalankannya dari kehidupan ke kehidupan. Ini merupakan jalinan jodoh yang istimewa.

Saya berharap para insan Tzu Chi dapat menerima apa yang saya katakan sekarang. Sekali menjadi insan Tzu Chi, kalian selamanya adalah insan Tzu Chi. Setelah menjalankan Tzu Chi di kehidupan sekarang, kita harus menjalankannya dari kehidupan ke kehidupan karena di Tzu Chi, kita menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Kita bukan hanya mendedikasikan diri di Tzu Chi sesaat, melainkan seumur hidup.

Tzu Chi mengajarkan praktik Bodhisatwa. Buddha datang ke dunia demi satu tujuan utama, yaitu mengarahkan orang-orang pada Jalan Bodhisatwa. Dengan menapaki Jalan Bodhisatwa, barulah kita bisa tersadarkan. Kita meneladan Buddha agar bisa tersadarkan. Kita harus belajar hingga tersadarkan. Bagaimana agar kita bisa tersadarkan? Yang terpenting ialah “melihat”.

Kita harus bisa mengetahui dan melihat kebenaran sejati. Kita harus bisa mengetahui, menyadari, dan melihat kebenaran sejati. Buddha datang ke dunia ini demi mengajari orang-orang agar memahami kebenaran sejati. Jadi, ada “belajar” dan “sadar”. Apakah yang harus kita pelajari? Kebenaran sejati. Untuk mempelajari kebenaran sejati, kita hanya bisa menapaki Jalan Bodhisatwa. Jalan Bodhisatwa adalah kebenaran sejati.

Kali ini, saya sangat bersyukur kepada para insan Tzu Chi. Berkat adanya dua kata ini, “Tzu Chi”, setiap relawan menganggap menjalankan Tzu Chi sebagai kewajiban masing-masing. Karena itulah, para relawan kita memberi perhatian dengan semangat Tzu Chi. Para relawan kita selalu berusaha untuk mencari tahu bagaimana kondisi penerima bantuan kita dan para saudara se-Dharma. Jadi, kita harus terus membentangkan jalan Tzu Chi dari dekat hingga jauh.

Para bhiksuni Griya Jing Si juga mengemban tanggung jawab untuk mewariskan silsilah Dharma, lebih memperhatikan para relawan kita, dan menyebarluaskan mazhab Tzu Chi. Saya sering berkata bahwa kita harus menilai diri sendiri. Sudahkah kita mencapai target kita? Setelah bertekad, sudahkah kita menjalankannya? Dalam melatih diri, sudahkah kita mencapai tujuan pelatihan diri kita dan menuju arah yang benar? Kali ini, mari kita lebih bersungguh hati.

Insan Tzu Chi terdapat di berbagai wilayah. Pascatopan kali ini, kalian yang menapaki Jalan Bodhisatwa Tzu Chi telah turut memikul tanggung jawab. Saya merasa bahwa topan kali ini juga merupakan sejenis ujian. Jika kita ingin menyebarkan Tzu Chi dari Taiwan ke seluruh dunia, apakah yang seharusnya kita lakukan? Setiap masalah yang dihadapi dapat menumbuhkan kebijaksanaan kita. Setelah mengatasi satu masalah, kita hendaknya menilai kelebihan dan kekurangan kita.

Setiap pengalaman merupakan kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Jadi, pascatopan kali ini, kita harus kembali membekali diri. Intinya, kita harus memulainya dari sekarang. Setelah topan berlalu, kita juga perlu memperhatikan kondisi orang-orang di seluruh Taiwan. Jika para anggota komite kita aman dan selamat, saya berharap kalian dapat memperhatikan orang-orang.

Akibat topan kali ini, penerima bantuan kita pasti sedikit banyak membutuhkan bantuan kita. Mungkin ada yang rumahnya bocor atau masalah lainnya. Kita harus mengunjungi mereka. Semoga staf kita dapat memperhatikan hal ini. Ini adalah hal yang harus kita lakukan. Ini adalah kewajiban dan tanggung jawab kita karena kita semua disebut “Tzu Chi”. “Tzu Chi” berarti menyelamatkan dunia dengan welas asih.

Senantiasa berhati tulus dan bersyukur
Segera menghimpun kekuatan untuk berbuat baik bersama
Menyelamatkan dunia dengan welas asih dan menapaki jalan menuju kesadaran
Mengemban tanggung jawab untuk mewariskan silsilah Dharma dan menyebarkan mazhab Tzu Chi